Seri Pengharapan Orang Kristen

    • Pengharapan yang Hidup
    • Bersukacita dalam Pengharapan
    • Pengharapan dalam Kekuatiran
    • Ketaatan dalam Pengharapan
    • Bersaksi dalam Pengharapan

Subscribe Youtube Channel

 

Matius 6:25-34

Di dalam keadaan krisis ini, kita mengalami banyak masalah yang bisa menimbulkan kekuatiran, bahkan ketakutan. Perusahaan yang bangkrut, ribuan karyawan sudah & akan kena PHK, masalah dampak sosial dari jumlah pengangguran yang makin meningkat, banyak yang sudah terjangkit covid & angka masih terus meningkat, tidak sedikit yang sudah meninggal dunia, masalah-masalah relasi di dalam keluarga, KDRT, hari depan pendidikan anak-anak dsb. Mungkin juga di antara saudara ada yang sudah mengalami & sedang mengalami sakit karena covid & kuatir karena tidak tahu sembuh atau tidak. Ada yang sakit kanker & takut menghadapi hari depan. Di dalam keadaan yang tidak menentu ini, biarlah Firman Tuhan dalam bagian ini boleh menjadi kekuatan bagi kita.

Perkataan Yesus Kristus bagi kita adalah, “Janganlah kuatir akan hidupmu.” Tuhan menaruh kalimat “jangan kuatir”, “jangan takut” ini, sekitar 360 kali diulang terus di dalam Kitab Suci – Tuhan tahu, manusia memang sulit untuk menghindarkan diri dari rasa takut ini.

Tuhan memulai bagian ini dengan, “Karena itu” – karena apa? Itu sebabnya diperikop sebelumnya Tuhan berkata, “Engkau tidak bisa mengabdi pada dua tuan, sebab nanti engkau akan mengasihi yang satu & mengabaikan yang lain.” Apakah Tuhan mempersalahkan kita memiliki harta & keinginan kita untuk menabung? Tidak, ini adalah permasalahan materialisme. Tuhan tahu kecenderungan arah hati kita untuk mencintai harta milik lebih daripada Tuhan sendiri. “Pengabdian” disini tidak sama dengan istilah kita mengabdi kepada atasan kita, misalnya seperti kerja dalam office hour 8 jam, tetapi ini pengabdian seorang budak yang seluruh hidup & waktunya diberikan kepada tuannya. Kitab Suci mengajarkan fokus hati kita itu harusnya satu & satu-satunya yaitu untuk Tuhan sendiri. Ingat orang muda yang kaya di dalam Kitab Suci yang hatinya mendua yang dengan sedih pilih meninggalkan bergantung kepada Tuhan daripada bergantung kepada miliknya. Tuhan mengajar kita disini, “engkau harus membuat prioritas”; prioritas & fokus disitu. Seperti Maria yang duduk di kaki Yesus, memprioritaskan Tuhan. Tapi Marta kebalikannya – hatinya banyak terbagi-bagi; itu kekuatiran disitu. Ia sepertinya sibuk sekali melayani, tapi Tuhan tidak merasa dilayani. Prioritas kita ditentukan oleh arah hati kita.

“Karena itu Aku berkata kepadamu: Jangan kuatir.” Karena apa? Karena 3 hal ini: (1) Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita: Jangan kuatir kalau engkau menaruh prioritasmu kepada Tuhan, karena Bapa tahu apa yang kita perlukan. Bahasa asli kuatir adalah merimna, menunjuk pada suatu keadaan jiwa seseorang; yang cemas, gelisah, takut berlebihan terhadap sesuatu yang belum terjadi. Bedakan antara prihatin disini dengan kuatir. Prihatin membuat kita merencana sesuatu untuk hari depan, tetapi kuatir membuat kita panik, ketakutan & tidak beriman kepada Tuhan. WHO memberikan data tentang anxiety disorders, namun dikatakan bahwa ketakutan mereka tidak jelas. Dan firman ini berkata, “Janganlah kamu kuatir”, karena berlawanan dengan iman percaya kita. Di dalam kitab Matius, iman itu adalah persoalan kebergantungan yang praktis kepada pemeliharaan Tuhan. Contohnya, cerita tentang perwira yang hambanya sakit namun merasa tidak layak untuk menerima Tuhan datang ke dalam rumahnya, namun memiliki iman yang Yesus puji. Perwira-tanpa-nama ini beriman, percaya kepada Yesus yang berkuasa & mau menolong dia & percaya akan apa yang dia dengar tentang Yesus selama ini sebagai benar adanya. Iman datang kepada Yesus sebagai orang yang tidak berdaya, orang berdosa yang terhilang & menaruh jiwa kita di tangan Tuhan. Yesus berkata, “Jangan khawatir, hai orang yang menaruh prioritas kepada Tuhan.” Kita yang percaya kepada Yesus, bukan seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Justru di dalam Kristus kita punya priviledge untuk panggil Allah sebagai Bapa. Sama seperti seorang anak; kalau anak kecil, dia tidak pernah worry atau takut akan apa yang akan ia makan besok, karena ia tahu Papa akan sedia makanan. Itu iman yang bergantung penuh pada kesadaran bahwa Bapa yang tahu & akan memenuhi kebutuhan kita, bahkan sebelum kita meminta kepada-Nya (Efesus 3:20). Rasa kuatir yang berlebihan hanya akan bawa pada penyakit kronis, padahal banyak yang kita kuatirkan tidak terjadi pada hidup kita. Banyak diantara kita kuatir di dalam 2 hal: (a) Kuatir tentang masa lalu. Ketahuilah: bagi orang percaya, masa lalu itu sudah dibereskan di dalam darah Yesus Kristus – jangan mau terus ditipu oleh setan sehingga melemahkan semangat saudara untuk berjuang bagi Kristus, dilumpuhkan dengan terus diganggu hati nuraninya. (b) Banyak juga yang kuatir tentang masa depan; disinilah Tuhan berjanji: Bapa yang tahu apa yang kamu butuhkan, akan memelihara engkau. Coba pikir, masa lalu sudah tidak mungkin diubah, masa depan juga bukan di tangan kita. Maka Yesus mengajar bahwa Bapa yang akan memelihara hari depan kita; yang penting beriman kepada Dia. Orang beriman memang tidak bebas dari derita di dalam perjalanan hidup kita, tapi itu bukan berarti Tuhan tidak peduli kita, karena sudah dicantumkan disini: Bapa peduli & tahu apa yang kita butuhkan.

Yesus melanjutkan penjelasannya dengan point (2) Kita jangan kuatir karena kehilangan hidup & kehilangan tubuh itu jauh lebih celaka daripada hilang makanan & pakaian. Karena tubuh akan dibangkitkan untuk hidup yang kekal & tubuh & jiwa ini dicipta Tuhan jauh melebihi ciptaaan Tuhan yang lain. Tuhan memakai contoh 2 hal di dalam ciptaan-Nya yang lain, yaitu: (a) burung. Ini adalah sesuatu bentuk analogi dari pengajaran Yahudi: the lesser to the greater – jadi apalagi, lebih jauh lagi, kalau burung saja dipelihara apalagi kamu yang diciptakan lebih mulia itu. Luther berkata, “Kita harusnya malu kalau melihat burung, karena kita ini ciptaan yang jauh lebih tinggi & mulia dibanding burung, tapi tetap kita tidak punya iman bergantung kepada Tuhan seperti burung. Coba lihat burung, terus terbang di udara, nyanyi-nyanyi, mereka tidak kuatir meski mereka tidak tahu apa yang mereka akan makan besok”. Burung tidak menabur & menuai & tidak mengumpulkan bekal di dalam lumbung & dipelihara Bapa, tapi mereka juga akan mati kelaparan kecuali mereka terbang & mencari makanannya. Makanan itu didapat – mereka harus terbang cari. Tapi burung itu dapat makanan bukan karena pekerjaan mereka, tapi mereka bergantung pada kebaikan Tuhan; ini keseimbangan. Tuhanlah yang telah menaruh dimana makanan itu dapat ditemukan burung itu dengan insting yang diberikan Tuhan. Setiap orang dipanggil berbeda-beda oleh Tuhan, tapi intinya kita harus bekerja & sekaligus bergantung kepada pemeliharaan Bapa; orang demikian tidak mungkin kelaparan. Tidak perlu kuatir apakah uang cukup nanti kalau sudah pensiun – semua yang kita kuatir ini belum terjadi bukan? Kalau saudara sudah bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan, tidak perlu kuatir lagi meski hidup pas-pasan. Memang Tuhan sedang melatih saudara menjadi kuat & rendah hati, supaya tidak menginginkan di luar porsi yang sudah Tuhan tetapkan bagi saudara. Tetapi kalau saudara malas, tidak mau bekerja, saudara harus bertobat. Saudara harus belajar dari semut yang kecil itu, yang kerja keras & diberi makanan oleh Bapa; itu sebab kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang malas. Di dalam masa krisis ini berharaplah kepada Tuhan, karena janji Tuhan: Bapa di Sorga tahu apa yang kamu butuhkan & Dia memelihara kamu. Tidak pernah orang percaya ditinggalkan Tuhan sehingga mengemis & mempermalukan nama Tuhan (Mazmur 37:25). Selain belajar dari burung, di dalam firman ini Tuhan juga mengajar kita kepada ciptaan-Nya yang lain, yang jauh lebih rendah daripada kita, yaitu: (b) bunga. Bunga tidak memintal untuk dirinya – mereka bukan malas, tapi memang Tuhan menciptanya demikian. Tuhan tidak meninggalkan bunga yang jauh lebih rendah daripada manusia, tetapi Tuhan dengan kuasa-Nya mendandani mereka. Tuhan sudah memelihara bunga yang umurnya pendek sekali, yang dicipta jauh lebih rendah dari kita itu saja Tuhan sudah pelihara, how much more? “You are My children.”

Tuhan berkata, “Siapa di antara kamu yang karena kekuatirannya bisa menambahkan sehasta saja pada jalan hidupmu?” Sehasta ini sekitar dari ujung jari kepada siku, 46cm. Itu dipakai Tuhan menggambarkan waktu hidup manusia itu ada di tangan Tuhan. Kita tidak bisa kontrol hidup kita sendiri. Mau umur berapa kita mati, kita tidak bisa rencanakan. Kita bisa jaga kesehatan tapi tidak bisa tambah umur kita. Hidup manusia tidak bisa diperpanjang sedikit pun oleh kepandaian manusia – baik kemajuan di dalam medis & teknologi, yang bisa sampai buat vaksin untuk virus covid nantinya. Jika waktu yang ditetapkan Tuhan sudah datang, maka manusia akan mati. Dengan kata lain jika tugas kita sudah selesai, kita akan mati. Tuhan sendiri yang akan menyediakan apa yang diperlukan anak-anak-Nya sampai rencana yang Dia berikan itu selesai. Maka kalau hidup kita tidak bisa ditambahi sedikit pun, “ajarlah kami untuk hidup sehari demi sehari, ya Tuhan”.

Dengarlah Tuhan berkata, “Jangan kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok punya kesusahannya sendiri.” Tuhan berkata, “Besok adalah milik-Ku. Engkau tidak perlu kuatir, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Engkau tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, karena jika engkau mengabdi kepada-Ku, maka engkau bisa mengatasi kekuatiran untuk besok.” Tuhan berkata tiap pagi setia Tuhan itu baru. Setia Tuhan itu cukup untuk hari itu; besok ada kesetiaan Tuhan yang baru lagi. Tiap hari kesetiaan Tuhan menopang hidup kita. Apakah ketenangan kita? Apakah kedamaian kita di hati kita adalah karena deposit kita di bank? Tuhan bilang, “Percayalah kepada-Ku, bukan kepada uangmu.” Yesus mengajar kita jangan kuatir hari besok, karena besok punya kesusahannya sendiri, ada salib yang harus kita pikul. Maka Tuhan yang mengirimkan salib itu, juga akan mengirimkan anugerah-Nya bagi kita, yang cukup untuk menanggung.

(3) Carilah dulu kerajaan Allah & kebenaran-Nya, maka engkau akan terbebas dari kuatir itu. Di awal sebelum perikop ini, kita semua diajar untuk prioritas hidupmu kepada Tuhan; di tengah bicara soal kekuatiran; lalu ditutup di bagian akhir juga Tuhan berikan obatnya kepada kita, bagaimana untuk kita tidak kuatir: cari dahulu kerajaan Allah. Cari dahulu ini bukan di dalam pengertian waktu, tapi fokus. Dan prioritas yang ingin disampaikan bukanlah soal first thing first saja, bukan berarti “setelah cari Tuhan boleh cari setan”, “setelah melayani di gereja engkau boleh pergi cari pelacur”, atau engkau berani korupsi karena pikir nanti uang persembahan untuk bangun gereja – itu salah belaka; tapi yang diinginkan Tuhan adalah kita harus menjadikan Tuhan & kerajaan-Nya satu-satunya yang penting & fokus di dalam hidup kita. Kita semua orang-orang yang sudah disucikan oleh darah Kristus menjadi anggota kerajaan Allah. Fokus kepada kerajaan itu artinya kita taat mengerjakan apa yang menjadi kehendak raja kita itu. “Hidupmu harus menyenangkan Tuhan. (Stephen Tong)”; “Tujuan manusia adalah untuk memuliakan Tuhan & menikmati Dia (Westminster Confession of Faith).

Bukan kita tidak boleh berusaha untuk mencapai kesuksesan dalam hal materi, tetapi fokus hati kita itu dimana. Kalau kita prioritaskan Tuhan, maka seluruh pencapaian kita di dalam materi pasti juga untuk Tuhan, karena motivasi hati kita adalah kerajaan Allah & kebenaran-Nya. Prioritas dan hatimu dimana? Fokus kepada kerajaan Allah. Inilah hati seorang hamba yang mengabdi kepada satu tuan, Tuhan. Maka yang kamu butuhkan Tuhan pasti memberikannya di dalam waktu-Nya. Apa yang dia kerjakan, dia kerjakan dengan segenap hatinya bagi Tuhan (Kolose 3:23-24). Itulah prioritas kepada kerajaan Allah & kebenaran-Nya. Kita pasti harus menyangkal diri, memikul salib. Belajar fokus kepada hal rohani, cari Tuhan, mendisiplin diri banyak baca Kitab Suci, berdoa, jalankan hidup suci, hidup menyenangkan Tuhan. Jika saudara pernah bertobat & ikut Tuhan Yesus, teruskan perjuangan saudara dengan bertumbuh dalam iman. Dalam pengenalan akan Tuhan & pelayanan kepada-Nya, berikan diri saudara untuk kerajaan-Nya. Kapan saudara ingat benar-benar mencari Tuhan? Hari ini biarlah kita menyadari bahwa Tuhan mencari kita. Tuhan bertanya pada saudara, “Maukah saudara menyerahkan kekuatiran kepada-Ku?” Hanya Tuhan yang bisa memberikan kepadamu damai yang sejati itu.

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah di dalam doa & permohonan dengan ucapan syukur. Maka damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati & pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:6-7).” “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5:7).” Kalau kekuatiran tiba, jangan takut, tetapi ucapkanlah kepada dirimu sendiri kalimat yang diucapkan oleh Pemazmur, “Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah.” Karena itu jangan kuatir, karena Bapa tau apa yang kita perlu; tetapi carilah dulu kerajaan-Nya & fokus kepada Tuhan – VL.