Dengarkan Lagu |
Lirik & History |
Download Lagu |
► Play KPRI 001 B'rilah Hormat Pada Hu |
Lyric
VERSI 1
B’rilah hormat pada Hu, b’rilah hormat pada Allah
B’rilah hormat pada Hu, patut pujilah t’rus.
Puji Allah Pemb’ri berkat, puji Allah s’gala bangsa
puji Allah yang tertinggi, puji, Bapa Putra dan Roh.
Reff:
B’rilah hormat pada Hu, b’rilah hormat pada Hu
Mulia, mulia, mulia, mulia, b’rilah hormat pada-Nya.
Mulia, mulia, mulia, mulia, b’rilah hormat pada-Nya.
VERSI 2
1
Glory to God in the highest! Glory to God! Glory to God!
Glory to God in the highest! Shall be our song today;
Another year’s rich mercies prove
His ceaseless care and boundless love;
So let our loudest voices raise
Our glad and grateful song of praise.
Reff:
Glory to God in the highest! Glory to God in the highest!
Glory, glory, glory, glory, Glory be to God on high!
Glory, glory, glory, glory, Glory be to God on high!
2
Glory to God in the highest! Glory to God! Glory to God!
Glory to God in the highest! Shall be our song today;
O, may we, an unbroken band,
Around the throne of Jesus stand,
And there with angels and the throng,
Of His redeemed ones, join the song.
|
Download KPRI 001 |
► Play KPRI 002 Besarlah Allahku |
Lyric | History
VERSI 1
1
Bila kulihat bintang gemerlapan
dan bunyi guruh riuh kudengar,
ya Tuhanku tak putus aku heran,
melihat ciptaan-Mu yang besar.
Reff:
Maka jiwaku pun memuji-Mu,
sungguh besar Kau Allahku.
Maka jiwaku pun memuji-Mu,
sungguh besar kau Allahku.
2
Ya Tuhanku ‘pabila kurenungkan
pemberian-Mu dalam Penebus,
ku tertegun bagiku dicurahkan,
oleh Putra-Mu darah-Nya kudus.
3
‘Pabila nanti Kristus memanggilku,
sukacitaku amatlah besar,
kar’na terkabullah yang kurindukan,
melihat Dikau Tuhanku akbar.
VERSI 2
1
O Lord my God, when I in awesome wonder
Consider all the world Thy Hand have made,
I see the stars, I hear the rolling thunder,
Thy pow'r thro’-out the universe displayed.
Reff:
Then sings my soul, my Saviour God to Thee:
How great Thou art! How great Thou art!
Then sings my soul, my Saviour God to Thee,
How great Thou art! How great Thou art!
2
When thro’ the woods and forest glades I wander
And hear the bird sing sweetly in the trees,
When I look down from lofty mountain grandeur,
And hear the brook and feel the gentle breeze;
3
And when I think that God, His Son not sparing
Sent Him to die, I scarce can take it in,
That on the cross my burden gladly bearing,
He bled and died to take away my sin.
4
When Christ shall come with shouts of acclamation
And take me home, what joy shall fill my heart!
Then I shall bow in humble adoration,
And there proclaim: "My God, how great Thou art!"
How Great Thou Art
Teks: Carl G. Boberg, 1885
Musik: Stuart K. Hine, 1949
Tune: O STURE GUD
Firman Tuhan: Mazmur 145:3 Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga.
Latar Belakang:
Ini adalah himne pujian abad ke-20 yang sangat baik yang telah menjadi kesukaan umat Tuhan selama tiga dekade belakangan ini. Popularitasnya sebagian besar dikarenakan seringnya digunakan oleh penyanyi rohani terkenal, seperti George Beverly Shea. Meskipun sudah diperkenalkan ke Amerika ketika James Caldwell menyanyikan lagu ini di Konferensi Alkitab Stony Brook di Long Island pada tahun 1951, lagu ini baru mulai dikenal baik di seluruh dunia ketika Cliff Barrows dan Bev Shea dari Tim Penginjilan Billy Graham menggunakannya selama London Crusade yang terkenal itu di Harringay Arena.
Teks aslinya yang berbahasa Swedia adalah sebuah puisi yang berjudul “O Store Gud,” ditulis oleh seorang pastor Swedia, Pendeta Carl Boberg, pada tahun 1886. Selain menjadi salah satu pengkotbah hebat pada zamannya, Boberg juga adalah seorang editor yang sukses di majalah Sanningsvittnet. Inspirasi untuk teks lagu ini dikisahkan berasal dari kunjungannya ke sebuah daerah pinggiran yang indah di pantai tenggara Swedia. Ia tiba-tiba terperangkap dalam sebuah badai guntur tengah hari yang menimbulkan kekaguman akan kedasyatannya, lalu diikuti dengan munculnya kembali matahari di langit yang cemerlang. Segera setelah itu, ia mendengar nyanyian burung yang tenang dan manis dari pepohonan sekitarnya. Pengalaman ini mendesak sang pastor jatuh berlutut dengan rendah hati dalam kekaguman akan kebesaran Tuhan. Ia menuliskan pujiannya di dalam sebuah puisi sembilan bait, yang dimulai dengan kata-kata berbahasa Swedia “O Store Gud, nar jag den Varld beskader.”
Beberapa tahun kemudian, Boberg mengikuti sebuah pertemuan di Provinsi Varmländ dan terkejut ketika mendengar jemaat menyanyikan puisinya dengan tune dari sebuah melodi kuno Swedia.
Sejarah selanjutnya dari himne ini lebih menarik lagi. Diperkirakan bahwa sesaat setelah versi Boberg keluar, teks lagu ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Jerman oleh Manfred von Glehn dan diberi judul “Wie gross bist Du.” Kemudian pada tahun 1925, Pdt. E. Gustav Johnson dari North Park College, Chicago, Illinois, membuat sebuah terjemahan harafiah pertama ke dalam Bahasa Inggris dari teks Swedianya. Terjemahan ini sedikit berbeda dari teks yang kita tahu hari ini tetapi mungkin masih bisa ditemukan di beberapa buku himne. Terjemahan harafiah Johnson dari teks Swedia itu berjudul, “O Mighty God, When I Behold the Wonder” (O Tuhan yang Mahabesar, Ketika Aku Melihat Keajaiban itu). Pada tahun 1927, I. S. Prokhanoff menemukan versi Bahasa Jerman dari himne ini dan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Rusia.
Pada tahun 1933, Pdt. S. K. Hine dan isterinya, misionaris Inggris, memberikan pelayanan kepadaorang-orang Ukraina. Di sanalah mereka mem pelajari terjemahan Bahasa Rusia “O Store Gud” dari jemaat Ukraina. Mereka ingat mereka pernah berduet menyanyikan lagu ini di tengah-tengah kegelapan, di tempat-tempat yang belum diinjili dan pengaruh yang dihasilkan lagu itu pada orang-orang yang belum percaya. Pada saat itu, belum terpikirkan oleh mereka untuk menuliskan lirik berbahasa Inggris untuk lagu ini – hingga saat mereka menyeberang ke Sub-Carpathian, Rusia, dimana pemandangan gunung menggugah mereka untuk membuatnya. Pemikiran untuk tiga bait pertama dalam Bahasa Inggris dilahirkan, baris demi baris, di tengah-tengah pengalaman yang tak terlupakan di pegunungan Carpathian. (Bait ke empat ditulis kemudian di Inggris.) Oleh sebab itu, terinspirasi sebagian oleh katakata berbahasa Rusianya, dan sebagian lagi oleh keheranan ketika melihat “all the works thy hand hath made” (semua karya yang dibuat tangan-Mu), ide untuk dua baris pertama dalam Bahasa Inggris langsung muncul. Ketika Pdt. Hine dan isterinya melanjutkan penginjilan mereka di Pegunungan Carpathian dan menyebarkan Injil di desa demi desa, bait ketiga pun lahir.
Ketika pecah perang pada tahun 1939, Pdt. Hine dan isterinya kembali ke Inggris. Sekarang, dengan tiga bait lagu itu di tangan, mereka melanjutkan pelayanan penginjilannya selama “Blitz years” (tahun-tahun di mana pesawat bom Jerman menjatuhkan bom ke kota-kota Inggris). Bait keempat baru muncul setelah perang usai. Tune untuk himne ini adalah sebuah aransemen yang dibuat dari melodi tradisional kuno rakyat Swedia. Tune tersebut mempunyai karakter yang khas seperti banyak tune himne lainnya, yaitu “Day by Day” dengan iramanya yang sederhana, hangat, dan unik. Dengan lirik orisinal berbahasa Inggris dan aransemen dari melodi tradisional Swedia, Stuart K. Hine menerbitkan apa yang hari ini kita kenal sebagai himne “How Great Thou Art.” Penyerahan copyright dan hak penerbitan kepada sebuah perusahaan penerbitan Amerika pada tahun 1954 membantu mempopulerkan himne ini. Pada bulan April 1974, majalah Christian Herald, di dalam sebuah polling menyatakan kepada pembacanya bahwa “How Great Thou Art” menempati urutan pertama untuk himne yang paling disukai di Amerika.
|
Download KPRI 002 |
► Play KPRI 003 Mulia |
Lyric | History
VERSI 1
Mulia, sembah Raja mulia,
bagi Yesus s’gala hormat sembah puji.
Mulia Tuhan Mahakuasa,
dari Sorga terdengarlah Kidung pujian.
Tinggikan dan muliakan nama-Nya Yesus,
Puji Dia dan sembah Dia Kristus Sang Raja.
Mulia, sembah Raja mulia,
Raja atas s’gala raja, termulialah!
VERSI 2
Majesty, worship His majesty.
Unto Jesus be all glory, honor and praise.
Majesty, Kingdom authority
flow from His throne,
Unto his own, His anthem raise.
So exalt, lift up on high the name of Jesus.
Magnify, come glorify, Christ Jesus, the King.
Majesty, worship His majesty.
Jesus who died, now glorified, King of all kings!
Majesty!
Teks: Jack W. Hayford
Musik: Jack W. Hayford
Tune: MAJESTY
Latar Belakang:
Saat itu adalah perayaan perak penobatan Elizabeth II sebagai Ratu Inggris. Dr. Jack Hayfort dari California sedang berwisata ke Inggris bersama dengan isterinya. Adanya perayaan tersebut, suasana pedesaan, dan semangat serta antusiasme rakyat Inggris, digabungkan dengan signifikansi sejarah yang besar dari kerajaan itu, membuat dua minggu itu menjadi sangat spesial bagi Hayfords.
Ketika merasakan keberanian dan motivasi dari rakyat Inggris, Hayford menyadari bahwa ada perasaan yang dalam dalam hati mereka pula terhadap keluarga kerajaan yang berdiri bersama mereka pada masa-masa sukar. Tiba-tiba timbul dalam pikirannya suatu perasaan bahwa Kristus menginginkan gereja-Nya untuk juga mempunyai kesetiaan dan persekutuan seperti itu, karena Dialah pemimpin kita dalam masa senang maupun sukar.
Satu kata menyerbu pikirannya: Mulia! Kata itu, pada momen tersebut seperti mewakili keagungan, kesempurnaan, anugerah dan kuasa Kristus. Dibandingkan dengan Kristus, kemuliaan Ratu Elizabeth nampak tak berharga.
Dr. Hayford berkata pada isterinya, “Maukah kau mengambil buku catatan dan menuliskan beberapa kata?” Dia kemudian mulai mendiktekan nada, not, tempo, dan syair dari lagu yang sekarang menjadi sangat terkenal di antara orang-orang Kristen di segala tempat.
|
Download KPRI 003 |
► Play KPRI 004 Agungkan Kuasa NamaNya |
Lyric | History
1
Agungkan kuasa nama-Nya; malaikat bersujud!
Nobatkan Raja mulia dan puji Tuhanmu!
Nobatkan Raja mulia dan puji Yesus Tuhanmu!
2
Kaum Israel pilihan-Nya, dosamu ditebus!
Mesiasmu terimalah dan puji Tuhanmu!
Mesiasmu terimalah dan puji Yesus Tuhanmu!
3
Yang mati kar’na nama-Nya, hai martir yang kudus,
Di dalam salib bermegah dan puji Tuhanmu!
Di dalam salib bermegah dan puji Yesus Tuhanmu!
4
Hai bangsa – bangsa dunia, sekarang bertelut;
Akui Kerajaan-Nya dan puji Tuhanmu!
Akui Kerajaan-Nya dan puji Yesus Tuhanmu!
ALL HAIL THE POWER OF JESUS’ NAME
Teks: Edward Perronet, 1779
Musik: Oliver Holder, 1793; James Ellor, 1838
Tune: CORONATION; DIADEM
Firman Tuhan: Wahyu 4:11 Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.
Latar Belakang:
Himne ini sering disebut sebagai “Lagu Kebangsaan Kerajaan Kristen.” Lagu ini pertama kali muncul di dalam Gospel Magazine edisi November 1779, diedit oleh Augustus Toplady, pengarang lagu “Rock of Ages”. Lirik ini sudah diterjemahkan ke dalam hampir semua bahasa yang mengenal agama Kristen. Setiap kali dinyanyikan, lagu ini menyatakan kebutuhan rohani di dalam hati manusia. Seorang penulis berkata, “Selama masih ada orang Kristen di dunia ini, lagu ini akan terus-menerus dinyanyikan, dan setelah itu, akan dinyanyikan di surga.”
Edward Perronet dilahirkan di Sundridge, Kent, Inggris, pada tahun 1726. Ia adalah keturunan sebuah keluarga Huguenot Perancis yang terkenal, yang melarikan diri ke Swiss dan kemudian ke Inggris karena terjadi penganiayaan di Perancis. Ayah Edward, seorang pastor di Gereja Negara Inggris (State Church of England), sangat simpatik terhadap gerakan penginjilan yang dimulai oleh Wesley bersaudara dan George Whitefield. Edward juga menjadi seorang pendeta di Gereja Anglikan tetapi ia sangat kritis terhadap ajaran-ajaran gereja tersebut. Suatu ketika ia menulis, “Aku dilahirkan dan mungkin akan mati di dalam Gereja Inggris yang sudah terseok-seok ini, tapi aku membenci setiap omongkosong yang ada di dalamnya.” Akan tetapi, tidak lama setelah itu ia keluar dari Gereja Inggris dan ikut bekerja habis-habisan di dalam pelayanan penginjilan yang dilakukan oleh Wesley bersaudara selama tahun 1740-an dan 1750-an. Pada saat ini jugalah Wesley bersaudara mengalami penindasan dan kekerasan dari orang-orang yang tidak setuju dengan pelayanan mereka. Mengenai pengalaman ini, Wesley membuat catatan berikut di dalam buku hariannya:
Dari Rockdale kami pergi ke Bolton, dan segera menemukan bahwa singa-singa di Rockdale bagaikan domba-domba bila dibandingkan dengan yang ada di Bolton. Edward Perronet dilempar ke tanah dan digelindingkan di dalam lumpur. Batu-batu beterbangan dan jendelajendela pecah.
Hal menarik lainnya mengenai hubungan Wesley bersaudara dan Perronet adalah mengenai insiden ketika John Wesley mengumumkan kepada sebuah jemaat bahwa Perronet akan berkotbah pada ibadah selanjutnya. Karena delapanbelas tahun lebih muda dari Wesley, Perronet selalu menolak untuk berkotbah di tengah-tengah kehadiran negarawan senior. Karena ingin menghindari konflik di hadapan umum dengan Wesley, Perronet naik ke mimbar namun dengan cepat menjelaskan bahwa ia tidak pernah menyetujui untuk berkotbah sebelumnya. “Akan tetapi,” tambahnya, “Saya akan menyampaikan kotbah paling besar yang pernah dikotbahkan di atas bumi.” Ia kemudian membacakan Kotbah di Bukit dan kemudian duduk kembali tanpa memberikan komentar apa-apa.
Akhirnya, kekeraskepalaan dan semangat yang tidak ingin diikat membuat Perronet berpisah dengan Wesley bersaudara, khususnya karena perdebatan apakah para penginjil beserta para pelayan umum boleh memimpin sakramen atau tidak. Perronet melanjutkan sisa hidupnya sebagai seorang pastor di sebuah gereja yang independen di Cantebury, Inggris. Kata-kata terakhirnya juga sudah menjadi klasik:
Glory to God in the height of His divinity!
(Kemuliaan bagi Tuhan dalam kebesaran keilahian-Nya!)
Glory to God in the depth of His humanity!
(Kemuliaan bagi Tuhan dalam kedalaman kemanusiaan-Nya!)
Glory to God in His all-sufficency!
(Kemuliaan bagi Tuhan dalam segala kecukupan-Nya!)
Into His hands I commend my spirit.
(Ke dalam tangan-Nya aku mempercayakan jiwaku.)
Meskipun Perronet menulis banyak himne dan bentuk-bentuk puisi lainnya, yang banyak diterbitkannya secara anonim (tanpa nama), himne ini adalah satu-satunya karyanya yang terus bertahan. Tak diragukan lagi, keberhasilan teks ini dibuat lebih sempurna lagi oleh tiga tune yang baik. Tune “Coronation” (Penobatan), yang digubah oleh Oliver Holden, seorang tukang kayu di Massachusetts, yang belajar musik secara otodidak dan guru yang terhormat di sebuah sekolah menyanyi, adalah yang paling banyak dipakai di Amerika. Tune “Miles Lae” karya William Shrubsole, teman dekat Perronet, adalah yang paling populer di Inggris Raya, sementara tune “Diadem” yang bernuansa perayaan, digubah pada tahun 1838 untuk teks ini oleh James Ellor, seorang awam Inggris, seringkali digunakan sebagai lagu paduan suara.
Banyak kejadian menarik yang berhubungan dengan penggunaan himne ini. Salah satu cerita yang paling luar biasa dikisahkan oleh E. P. Scott, seorang misionaris pelopor di India. Suatu hari ia dicegat oleh segerombolan orang suku pembunuh yang mendekatinya dengan membawa tombak. Didorong oleh gerakan hatinya, sang misionaris mengeluarkan biolanya dari koper dan mulai memainkan dan menyanyikan himne ini. Ketika ia sampai pada bait “Let every kindred, every tribe” - “Biarlah segala bangsa, segala suku,” (bait kedelapan dalam Bahasa Inggris) tanpa disangka ia melihat setiap tombak diturunkan dan banyak orang suku tersebut menangis. Scott menghabiskan sisa hidupnya untuk berkotbah dan membagikan kasih dan penebusan Tuhan bagi orang-orang tersebut. Tuhan di dalam pemeliharaan-Nya menggunakan himne yang sederhana ini sebagai alat untuk memperkenalkan Injil bagi sekelompok penyembah berhala yang memerlukannya.
|
Download KPRI 004 |
► Play KPRI 005 Terpujilah Nama Yesus |
Lyric | History
1
Terpujilah nama Yesus, sujud malaikat-Nya,
malaikat-Nya semua, sembahkan mahkota mulia
Reff:
B’ri hor...mat, hormat, hormat
B’rilah hormat kepada-Nya
2
S’gala bangsa di atas bumi, sujud dan berbakti,
berbakti pada-Nya, berlutut dan muliakan Dia
3
Hormat mulia kuasa hikmat, bagi domba Allah
yang menebus kita, terpujilah nama Yesus
4
Bersama umat-Nya yang kudus, kita pun bersujud,
bersujud pada-Nya, terpujilah Penebus kita
ALL HAIL THE POWER OF JESUS’ NAME
Teks: Edward Perronet, 1779
Musik: Oliver Holder, 1793; James Ellor, 1838
Tune: CORONATION; DIADEM
Firman Tuhan: Wahyu 4:11 Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.
Latar Belakang:
Himne ini sering disebut sebagai “Lagu Kebangsaan Kerajaan Kristen.” Lagu ini pertama kali muncul di dalam Gospel Magazine edisi November 1779, diedit oleh Augustus Toplady, pengarang lagu “Rock of Ages”. Lirik ini sudah diterjemahkan ke dalam hampir semua bahasa yang mengenal agama Kristen. Setiap kali dinyanyikan, lagu ini menyatakan kebutuhan rohani di dalam hati manusia. Seorang penulis berkata, “Selama masih ada orang Kristen di dunia ini, lagu ini akan terus-menerus dinyanyikan, dan setelah itu, akan dinyanyikan di surga.”
Edward Perronet dilahirkan di Sundridge, Kent, Inggris, pada tahun 1726. Ia adalah keturunan sebuah keluarga Huguenot Perancis yang terkenal, yang melarikan diri ke Swiss dan kemudian ke Inggris karena terjadi penganiayaan di Perancis. Ayah Edward, seorang pastor di Gereja Negara Inggris (State Church of England), sangat simpatik terhadap gerakan penginjilan yang dimulai oleh Wesley bersaudara dan George Whitefield. Edward juga menjadi seorang pendeta di Gereja Anglikan tetapi ia sangat kritis terhadap ajaran-ajaran gereja tersebut. Suatu ketika ia menulis, “Aku dilahirkan dan mungkin akan mati di dalam Gereja Inggris yang sudah terseok-seok ini, tapi aku membenci setiap omongkosong yang ada di dalamnya.” Akan tetapi, tidak lama setelah itu ia keluar dari Gereja Inggris dan ikut bekerja habis-habisan di dalam pelayanan penginjilan yang dilakukan oleh Wesley bersaudara selama tahun 1740-an dan 1750-an. Pada saat ini jugalah Wesley bersaudara mengalami penindasan dan kekerasan dari orang-orang yang tidak setuju dengan pelayanan mereka. Mengenai pengalaman ini, Wesley membuat catatan berikut di dalam buku hariannya:
Dari Rockdale kami pergi ke Bolton, dan segera menemukan bahwa singa-singa di Rockdale bagaikan domba-domba bila dibandingkan dengan yang ada di Bolton. Edward Perronet dilempar ke tanah dan digelindingkan di dalam lumpur. Batu-batu beterbangan dan jendelajendela pecah.
Hal menarik lainnya mengenai hubungan Wesley bersaudara dan Perronet adalah mengenai insiden ketika John Wesley mengumumkan kepada sebuah jemaat bahwa Perronet akan berkotbah pada ibadah selanjutnya. Karena delapanbelas tahun lebih muda dari Wesley, Perronet selalu menolak untuk berkotbah di tengah-tengah kehadiran negarawan senior. Karena ingin menghindari konflik di hadapan umum dengan Wesley, Perronet naik ke mimbar namun dengan cepat menjelaskan bahwa ia tidak pernah menyetujui untuk berkotbah sebelumnya. “Akan tetapi,” tambahnya, “Saya akan menyampaikan kotbah paling besar yang pernah dikotbahkan di atas bumi.” Ia kemudian membacakan Kotbah di Bukit dan kemudian duduk kembali tanpa memberikan komentar apa-apa.
Akhirnya, kekeraskepalaan dan semangat yang tidak ingin diikat membuat Perronet berpisah dengan Wesley bersaudara, khususnya karena perdebatan apakah para penginjil beserta para pelayan umum boleh memimpin sakramen atau tidak. Perronet melanjutkan sisa hidupnya sebagai seorang pastor di sebuah gereja yang independen di Cantebury, Inggris. Kata-kata terakhirnya juga sudah menjadi klasik:
Glory to God in the height of His divinity!
(Kemuliaan bagi Tuhan dalam kebesaran keilahian-Nya!)
Glory to God in the depth of His humanity!
(Kemuliaan bagi Tuhan dalam kedalaman kemanusiaan-Nya!)
Glory to God in His all-sufficency!
(Kemuliaan bagi Tuhan dalam segala kecukupan-Nya!)
Into His hands I commend my spirit.
(Ke dalam tangan-Nya aku mempercayakan jiwaku.)
Meskipun Perronet menulis banyak himne dan bentuk-bentuk puisi lainnya, yang banyak diterbitkannya secara anonim (tanpa nama), himne ini adalah satu-satunya karyanya yang terus bertahan. Tak diragukan lagi, keberhasilan teks ini dibuat lebih sempurna lagi oleh tiga tune yang baik. Tune “Coronation” (Penobatan), yang digubah oleh Oliver Holden, seorang tukang kayu di Massachusetts, yang belajar musik secara otodidak dan guru yang terhormat di sebuah sekolah menyanyi, adalah yang paling banyak dipakai di Amerika. Tune “Miles Lae” karya William Shrubsole, teman dekat Perronet, adalah yang paling populer di Inggris Raya, sementara tune “Diadem” yang bernuansa perayaan, digubah pada tahun 1838 untuk teks ini oleh James Ellor, seorang awam Inggris, seringkali digunakan sebagai lagu paduan suara.
Banyak kejadian menarik yang berhubungan dengan penggunaan himne ini. Salah satu cerita yang paling luar biasa dikisahkan oleh E. P. Scott, seorang misionaris pelopor di India. Suatu hari ia dicegat oleh segerombolan orang suku pembunuh yang mendekatinya dengan membawa tombak. Didorong oleh gerakan hatinya, sang misionaris mengeluarkan biolanya dari koper dan mulai memainkan dan menyanyikan himne ini. Ketika ia sampai pada bait “Let every kindred, every tribe” - “Biarlah segala bangsa, segala suku,” (bait kedelapan dalam Bahasa Inggris) tanpa disangka ia melihat setiap tombak diturunkan dan banyak orang suku tersebut menangis. Scott menghabiskan sisa hidupnya untuk berkotbah dan membagikan kasih dan penebusan Tuhan bagi orang-orang tersebut. Tuhan di dalam pemeliharaan-Nya menggunakan himne yang sederhana ini sebagai alat untuk memperkenalkan Injil bagi sekelompok penyembah berhala yang memerlukannya.
|
Download KPRI 005 |
► Play KPRI 006 Rajakanlah Yesus |
Lyric | History
VERSI 1
1
Rajakanlah Yesus, Domba di tahta-Nya,
dengarlah suara pujian kumandang di sorga
bangunlah jiwaku, bersama pujilah,
Tuhan yang mati bagiku, pujilah selamanya!
2
Mahkotailah Tuhan, Raja kehidupan,
sorakkanlah kemenangan atas kes’lamatan,
muliakanlah Dia, yang mati dan bangkit,
serta menganug’rahkan kehidupan yang kekal.
3
Mahkotailah Tuhan, Raja Mahakasih,
ternyatalah kuasa-Nya indah dan mulia,
pujilah Penebus, yang mati bagiku,
Puji dan muliakan Tuhan selama-lamanya.
VERSI 2
1
Crown Him with many crowns, the Lamb upon His throne.
Hark! How the heavenly anthem drowns all music but its own.
Awake, my soul, and sing of Him who died for thee,
And hail Him as Thy matchless King through all eternity.
2
Crown Him the virgin’s Son, the God incarnate born,
Whose arm those crimson trophies won which now His brow adorn;
Fruit of the mystic rose, as of that rose the stem;
The root whence mercy ever flows, the Babe of Bethlehem.
3
Crown Him the Son of God, before the worlds began,
And ye who tread where He hath trod, crown Him the Son of Man;
Who every grief hath known that wrings the human breast,
And takes and bears them for His own, that all in Him may rest.
4
Crown Him the Lord of life, who triumphed oe’r the grave,
And rose victorious in the strife for those He came to save.
His glories now we sing, who died, and rose on high,
Who died eternal life to bring, and lives that death may die.
5
Crown Him the Lord of peace, whose power a scepter sways
From pole to pole, that wars may cease, and all be prayer and praise.
His reign shall know no end, and round His pierced feet
Fair flow’rs of paradise extend their fragrance ever sweet.
6
Crown Him the Lord of love, behold His hands and side,
Those wounds, yet visible above, in beauty glorified.
No angel in the sky can fully bear that sight,
But downward bends his burning eye at mysteries so bright.
7
Crown Him the Lord of Heav’n, enthroned in worlds above,
Crown Him the King to Whom is given the wondrous name of Love.
Crown Him with many crowns, as thrones before Him fall;
Crown Him, ye kings, with many crowns, for He is King of all.
8
Crown Him the Lord of lords, who over all doth reign,
Who once on earth, the incarnate Word, for ransomed sinners slain,
Now lives in realms of light, where saints with angels sing
Their songs before Him day and night, their God, Redeemer, King.
9
Crown Him the Lord of years, the Potentate of time,
Creator of the rolling spheres, ineffably sublime.
All hail, Redeemer, hail! For Thou has died for me;
Thy praise and glory shall not fail throughout eternity.
Crown Him with Many Crowns
Teks: Matthew Bridges, 1851
Musik: George J. Elvey, 1868
Tune: DIADEMATA
Firman Tuhan: Wahyu 19:12, 13 Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: “Firman Allah.”
Latar Belakang:
Syair penuh pujian ini adalah penggabungan hasil dari upaya dua orang pendeta Anglikan yang terkemuka, yang keduanya berkeinginan untuk menulis sebuah himne yang mengagungkan Allah yang menderita dan menang.
Berdasarkan ayat dalam Wahyu 19:12, Matthew Bridges, di tahun 1851, menulis himne “Crown Him with Many Crowns” dalam 6 bait. Dua puluh tiga tahun kemudian, Godfrey Thring menulis 6 bait tambahan, yang muncul dalam koleksinya Hymns and Sacred Lyrics. Himne yang ada sekarang ini terdiri dari bait pertama, kedua dan keempat dari karya Bridges dan bait ketiga dari karya Thring.
Masing-masing baitnya memahkotai Kristus dengan beberapa aspek spesifik atas pribadi atau pelayanan-Nya:
(1) Bait pertama atas ke-Raja-an-Nya yang kekal;
(2) Bait kedua atas kasih-Nya yang dinyatakan dalam penderitaan penebusan-Nya;
(3) Bait ketiga atas kemenangan kebangkitan dan kenaikan-Nya, dan
(4) Bait keempat atas ke-Tritunggal-an-Nya yang selamanya patut dipuji dan sembah.
Melodinya, Diadernata (kata Yunani untuk mahkota-mahkota), dikomposisikan khusus untuk syair ini oleh George Elvey, seorang organis terkemuka di St.George Chapel di Windsor, England, yang sering didatangi oleh bangsawan Kerajaan Inggris.
|
Download KPRI 006 |
► Play KPRI 007 Glorify Thy Name |
Lyric
1
Father, we love You, we worship and adore You,
Glorify Thy name in all the earth.
Glorify Thy name, Glorify Thy name
Glorify Thy name in all the earth.
2
Jesus, we love You, we worship and adore You,
Glorify Thy name in all the earth.
Glorify Thy name, Glorify Thy name
Glorify Thy name in all the earth.
3
Spirit, we love You, we worship and adore You,
Glorify Thy name in all the earth.
Glorify Thy name, Glorify Thy name
Glorify Thy name in all the earth.
|
Download KPRI 007 |
► Play KPRI 008 Puji! Puji! |
Lyric
VERSI 1
1
Puji! Puji! Yesuslah Jurus’lamatku.
Seg’nap bumi masyurkan nama-Nya.
Puji! Puji! Yesus yang sudah bertahta.
B’rilah hormat, muliakan nama-Nya.
Yesus s’lalu menggembalakan kita.
Siang malam kasih-Nya pun serta.
Reff:
Puji! Puji! dan masyurkanlah kasih Hu.
Puji! Yesus selama-lamanya.
2
Puji! Puji! Yesuslah Jurus’lamatku.
Disalibkan bagi yang berdosa.
Puji! Puji! Jurus’lamat yang abadi,
Yang t’lah tanggung segala dosaku.
Puji nama-Nya penghibur yang sejati.
Rahmat kasih Tuhan tak terduga.
3
Puji! Puji! Yesuslah Jurus’lamatku.
Tent’ra sorga bersorak gembira.
Puji! Puji! Juru s’lamatku yang mulia.
Yesus, Tuhan, Raja, Imam, Nabi.
Dengan kuasa-Nya Yesus s’gra kembali.
Kuasa, mulia, bagi Hu s’lamanya.
VERSI 2
1
Praise Him! Praise Him! Jesus, our blessed Redeemer!
Sing, O Earth, His wonderful love proclaim!
Hail Him! hail Him! highest archangels in glory;
Strength and honor give to His holy Name!
Like a shepherd, Jesus will guard His children,
In His arms He carries them all day long:
Reff:
Praise Him! Praise Him!
Tell of His excellent greatness.
Praise Him! Praise Him!
Ever in joyful song!
2
Praise Him! Praise Him! Jesus, our blessed Redeemer!
For our sins He suffered, and bled, and died.
He our Rock, our Hope of eternal salvation,
Hail Him! hail Him! Jesus the Crucified.
Sound His praises! Jesus who bore our sorrows,
Love unbounded, wonderful, deep and strong.
3
Praise Him! Praise Him! Jesus, our blessed Redeemer!
Heav’nly portals loud with hosannas ring!
Jesus, Savior, reigneth forever and ever.
Crown Him! Crown Him! Prophet, and Priest, and King!
Christ is coming! over the world victorious,
Pow’r and glory unto the Lord belong.
|
Download KPRI 008 |
► Play KPRI 009 Worthy Of Worship |
Lyric
1
Worthy of worship, worthy of praise,
Worthy of honour and glory;
Worthy of all the glad songs we can sing,
Worthy of all of the off’rings we bring;
Reff:
You are worthy, Father, Creator,
You are worthy, Saviour, Sustainer,
You are worthy, worthy and wonderful,
Worthy of worship and praise.
2
Worthy of rev'rence, worthy of fear,
Worthy of love and devotion;
Worthy of bowing and bending of knees
Worthy of all this and added to these.
3
Almighty Father, Master and Lord,
King of all kings and Redeemer,
Wonderful Counsellor, Comforter, Friend
Saviour and Source of our life without end;
|
Download KPRI 009 |
► Play KPRI 010 Walau Seribu Lidahku |
Lyric | History
1
Walau seribu lidahku
tak sampai ya Tuhan, tak sampai ya Tuhan,
menyanyikan Pujian Hu (pujian Hu) dan kemuliaan-Nya,
dan kemuliaan-Nya, dan kemuliaan-Nya.
2
Nama Hu-lah menghiburkan
memb’ranikan hati, memb’ranikan hati,
sentosa dan kesukaan (kesukaan) Dia saja memb’rinya,
Dia saja memb’rinya, Dia saja memb’rinya.
3
Nama yang amat mulia,
Yesus Jurus’lamat, Yesus Jurus’lamat,
pada seluruh dunia (ke sedunia) hendak kumasyurkan,
hendak kumasyurkan, hendak kumasyurkan.
O For a Thousand Tounges to Sing
Teks: Charles Wesley (1707-1788), 1749
Musik: Thomas Jarman, 1803 Composer Carl G. Glaser, 1784-1829Tune Name ‘Azmon’
Tune: LYNGHAM
Firman Tuhan: Mazmur 150:6 Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!
Latar Belakang:
Pada umumnya disetujui bahwa Isaac Watts dan Charles Wesley adalah dua orang penulis himnodi dari Inggris yang paling berpengaruh hingga sekarang. Mengikuti irama lagu pujian baru yang dikenalkan oleh Watts bersaudara, gereja Kristen abad ke-18 siap untuk himne-himne yang lebih hangat, yang berdasarkan pengalaman, karangan Charles Wesley. Pemeliharaan Allah membangkitkan Charles Wesley ketika penyair yang lebih tua, Isaac Watts meninggal dan hal itu menjaga pujian-pujian gereja terus berkumandang.
Ketika John dan Charles Wesley kuliah di Oxford Universitas, mereka membentuk sebuah klub keagamaan bernama ‘Holy Club’ karena ketidakpuasan mereka akan kelesuan rohani di universitas itu. Sebagai hasil dari kebiasaan metodikal hidup dan belajar mereka, teman-temannya berkelakar menyebut mereka ‘metodis’.
Setelah lulus kedua orang muda bersaudara ini dikirim ke Amerika oleh Gereja Anglikan untuk membantu menstabilkan iklim keagamaan di Koloni-koloni Georgia dan menginjili orang-orang Indian.
Dalam kapal ketika menyeberangi Laut Atlantik, Wesley bersaudara berkenalan dengan sebuah kelompok Moravian Jerman, sebuah kelompok penginjilan kecil yang sejak lama dikenali berkaitan dengan misionari dan kegairahan mereka dalam bernyanyi pujian. Kedalaman rohani dari orangorang percaya ini dengan segera terbukti ketika badai mengamuk. Kisah di bawah ini diambil dari jurnal Wesley, pada 25 Januari 1736:
Di tengah-tengah pembacaan Mazmur, yang menandakan dimulainya ibadah mereka, laut meledak dengan tiba-tiba, merobek-robek layar utama, melingkupi kapal dan menerjang di antara geladak… Teriakan-teriakan mengerikan mulai terdengar di antara orang-orang Inggris. Para Moravian menengadah, dan seketika itu juga dengan tenang bernyanyi. Aku bertanya pada seorang dari mereka setelah kejadian itu, “Apakah kau tidak takut?” Dia menjawab, “Puji Tuhan, tidak!”
John Wesley sangat terkesan dengan orang-orang Moravian ini sehingga ia langsung membuat sebuah penelitian detil mengenai lagu-lagu pujian (himnal) yang digunakan dalam gereja asal mereka di Herrnhut, Jerman. Ia segera memperkenalkan beberapa terjemahan berbahasa Inggris dari himne-himne Moravian ke dalam kebaktian-kebaktian Anglikan. Antara tahun 1737-1786, Wesley bersaudara menerbitkan sekitar 63 himnal, dengan banyak di antaranya memiliki latar belakang Moravian.
Menyusul pelayanan singkat yang tidak berhasil di Amerika, Wesley bersaudara yang kecewa kembali ke Inggris, ketika sekali lagi mereka terbawa dalam pengaruh sekelompok Moravian yang taat yang sedang mengadakan pertemuan di Aldersgate, London. Pada bulan Mei 1738, kedua saudara ini mengalami pembaharuan rohani, menyadari bahwa meski selama ini mereka bertekun dalam pelayanan gereja, tidak seorangpun di antara mereka telah menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi atau juga mengetahui sukacita dari iman kepercayaan mereka seperti yang dimiliki temanteman Moravian mereka. Sejak saat itu, pelayanan Wesley bersaudara memiliki dimensi dan kuasa baru.
John dan Charles, memiliki semangat yang tak kenal lelah, biasanya bekerja 15 hingga 18 jam setiap harinya. Diperkirakan mereka menjalani seperempat juta mil di seluruh Inggris Raya, sebagian besar dengan berkuda, ketika menyelenggarakan lebih dari 40.000 kebaktian umum. Charles sendiri menulis tidak kurang dari 6.500 teks himne, hampir tak pernah lewat satu hari atau satu pengalaman tanpa ia kristalisasikan menjadi syair.
‘O for a Thousand Tongues’ ditulis pada tahun 1749 pada peristiwa perayaan kesebelas pengalaman pertobatan Charles di Aldersgate. Diperkirakan himne ini diinspirasikan oleh ucapan yang tak disangkasangka dari Peter Bohler, seorang pemimpin Moravian yang berpengaruh, yang berseru, “Jika aku memiliki seribu lidah, aku akan memuji Yesus Kristus dengan semua lidahku itu.”
Himne ini aslinya memiliki sembilanbelas bait dan ketika diterbitkan diberi judul, ‘For the Anniversary Day of One’s Conversion’ – ‘Untuk Peringatan Pertobatan Seseorang.’ Sebagian besar ayat-ayatnya tidak lagi digunakan, karena berkenaan dengan pengalaman pertobatan Wesley yang sangat pribadi. Sebagai contoh,
I felt my Lord’s atoning blood close to my soul applied
(Aku merasakan darah penebusan Allah tercurah bagi jiwaku)
Me, me He loved – the Son of God – for me, for me He died
(Aku, diriku dikasihi-Nya - Anak Allah - bagiku, bagiku Dia mati)
Charles Wesley meninggal pada 29 Maret 1788, setelah melewati lebih dari limapuluh tahun melayani Tuhan yang sangat ia cintai dan layani dengan sangat efektif. Bahkan ketika ia terbaring di atas tempat tidur kematiannya, disebutkan bahwa ia mendiktekan sebuah lagu pujian terakhir kepada isterinya. Himne-himne lain karya Charles Wesley adalah: “Christ the Lord is Risen Today”, “Jesus, Lover of My Soul”, “A Charge to Keep I Have”, dan “Hark! The Herald Angels Sing” (KPRI no. 36).
|
Download KPRI 010 |
► Play KPRI 011 Terpujilah Allah |
Lyric
VERSI 1
1
Terpujilah Allah hikmat-Nya besar.
Begitu kasih-Nya ‘tuk dunia cemar,
sehingga dib’rikan Putra-Nya kudus,
mengangkat manusia serta menebus.
Reff:
Pujilah, pujilah! Buatlah dunia
bergemar, bergemar mendengar suaranya.
Dapatkanlah Allah demi Putra-Nya.
B’ri puji pada-Nya sebab hikmat-Nya.
2
Tiada terukur besar hikmat-Nya.
Penuhlah hatiku sebab Anak-Nya,
dan amatlah k’lak hati kita senang
melihat Sang Kristus di surga c’erlang.
VERSI 2
1
To God be the glory, great things He hath done;
So loved He the world that He gave us His Son,
Who yielded His life an atonement for sin,
And opened the life gate that all may go in.
Reff:
Praise the Lord! praise the Lord!
Let the earth hear His voice!
Praise the Lord! Praise the Lord!
Let the people rejoice!
O come to the Father, through Jesus the Son,
And give Him the glory, great things He has done.
2
O perfect redemption, the purchase of blood,
To every believer the promise of God;
The vilest offender who truly believes,
That moment from Jesus a pardon receives.
3
Great things He has taught us, great things He hath done,
And great our rejoicing through Jesus the Son;
But purer, and higher, and greater will be
Our wonder, our transport, when Jesus we see.
To God Be the Glory
Teks: Fanny J. Crosby (1820-1915), 1875
Musik: William H. Doane, 1875
Tune: TO GOD BE THE GLORY
Latar Belakang:
“To God Be the Glory” merupakan sebuah himne yang berbeda dari sebagian besar himne-himne lain yang ditulis oleh Fanny Crosby. Himne ini berisi pujian yang lebih obyektif tentang Allah dibandingkan dengan tipe lagu berisi kesaksian atau pengalaman orang Kristen yang subyektif.
Himne ini pertama kali muncul dalam sebuah kumpulan lagu sekolah Minggu, Brightest and Best, yang dikumpulkan oleh William Doane dan Robert Lowry pada tahun 1875.
Di tahun 1952, Tim Penginjilan Billy Graham pergi ke Inggris, dimana mereka pertama kali menggunakan himne ini secara luas dalam pertemuan-pertemuan mereka. Hal itu berhasil dengan sangat baik. Ketika mereka kembali ke Amerika Serikat, mereka mendapatkan respon antusias yang sama dari jemaat Amerika. Sejak saat itu himne ini menjadi kesukaan banyak orang.
|
Download KPRI 011 |
► Play KPRI 012 Atas Bumi Nan Permai |
Lyric | History
VERSI 1
1
Atas bumi nan permai, atas langit nan cerah;
atas kasih tersemai dalam hidup semesta;
Reff:
Kristus, kami panjatkan
syukur, puji dan sembah.
2
Atas tiap kurnia pada pagi dan petang;
atas bukit dan lembah, surya bintang yang terang;
3
Atas kasih yang mesra di antara manusia;
atas sanak saudara dalam surga dan dunia;
VERSI 2
1
For the beauty of the earth, For the glory of the skies,
For the love which from our birth, Over and around us lies.
Reff:
Lord of all, to Thee we raise,
This our hymn of grateful praise.
2
For the beauty of each hour, Of the day and of the night,
Hill and vale, and tree and flower, Sun and moon, and stars of light.
3
For the joy of ear and eye, For the heart and mind's delight,
For the mystic harmony, Linking sense to sound and sight.
4
For the joy of human love, Brother, sister, parent, child,
Friends on earth and friends above, For all gentle thoughts and mild.
5
For Thy church, that evermore, Lifteth holy hands above,
Offering upon every shore, Her pure sacrifice of love.
6
For the martyrs’ crown of light, For Thy prophets’ eagle eye,
For Thy bold confessors’ might, For the lips of infancy.
7
For Thy virgins’ robes of snow, For Thy maiden mother mild,
For Thyself, with hearts aglow, Jesu, Victim undefiled.
8
For each perfect gift of Thine, To our race so freely given,
Graces human and divine, Flow’rs of earth and buds of Heaven.
For the Beauty of the Earth
Teks: Folliot Sanford Pierpoint (1835-1917), 1864
Musik: Conrad Kocher, 1838
Tune: DIX
Latar Belakang:
Himne musim panas yang indah ini, penuh dengan semangat padang rumput dan hutan, ditulis oleh Folliot Sanford Pierpoint, dimana tentang hidupnya sedikit sekali yang dapat kita ketahui.
Ia dilahirkan di Bath, England, pada tanggal 7 Oktober 1835, dan memperoleh pendidikan pada Queen’s College di Universitas Cambridge, lulus dengan penghargaan pada tahun 1871.
Ia menerbitkan beberapa volume puisi, tetapi karyanya paling dikenal melalui himne ini, yang muncul pada tahun 1864. Banyak baris dalam himne ini telah berubah, tetapi versi terbaik mungkin yang tertera di bawah ini.
Pierpoint berusia 29 tahun ketika pulang ke kota kelahirannya di Bath, Inggris. Keindahan daerah pedesaan pada akhir musim semi menginspirasikannya menulis kata-kata untuk sebuah himne, “For the Beauty of the Earth.” Pierpoint memasukkan di dalamnya syukur atas ciptaan Tuhan, berkat-berkat
umum, dan juga syukur atas berkat rohani dari Allah.
Himne ini pada awalnya ditulis bagi kebaktian komuni. Tiap-tiap baitnya disimpulkan dengan kata-kata: Kristus, Allah kami, kepada-Nyalah kami menaikkan korban pujian ini, sesuai dengan Ibrani 13:15 ‘Karena itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.”
For the beauty of the earth, for the glory of the skies,
For the love which from our birth over and around us lies:
Christ our God, to thee we raise this our hymn of grateful praise.
For the wonder of each hour of the day and of the night,
Hill and vale, and tree and flower, sun and moon, and stars of light:
Christ our God, to thee we raise this our hymn of grateful praise.
For the joy of human love, brother, sister, parent, child,
Friends on earth, and friends above, for all gentle thoughts and mild:
Christ our God, to thee we raise this our hymn of grateful praise.
For the church that evermore lifteth holy hands above,
Offering up on every shore her pure sacrifice of love:
Christ our God, to thee we raise this our hymn of grateful praise.
|
Download KPRI 012 |
► Play KPRI 013 Inilah Dunia Hu |
Lyric | History
VERSI 1
1
Inilah dunia Hu, hai mari dengarlah,
Langit bumi memuji Dia, bintang pun menggema.
Inilah dunia Hu, hatiku tenanglah,
Pohon bunga langit dan laut, nyatakan kuasa Hu.
2
Inilah dunia Hu, burung berkicaulah!
Terang fajar, mekar bunga, nyatakan cipta-Nya.
Inilah dunia Hu, kasih-Nya besarlah.
Dan semua yang bernafas, nyatakan hadir Hu.
3
Inilah dunia Hu, s’lalu kuingatlah!
Kuasa dosa tak berjaya, hanya Dia berkuasa.
Inilah dunia Hu, hatiku tak susah.
Umat semua memuji Dia, nyatalah tahta Hu.
VERSI 2
1
This is my Father’s world, and to my listening ears
All nature sings, and round me rings the music of the spheres.
This is my Father’s world: I rest me in the thought
Of rocks and trees, of skies and seas;
His hand the wonders wrought.
2
This is my Father’s world, the birds their carols raise,
The morning light, the lily white, declare their Maker’s praise.
This is my Father’s world: He shines in all that’s fair;
In the rustling grass I hear Him pass;
He speaks to me everywhere.
3
This is my Father’s world. O let me ne’er forget
That though the wrong seems oft so strong, God is the ruler yet.
This is my Father’s world: the battle is not done:
Jesus Who died shall be satisfied,
And earth and Heav’n be one.
4
This is my Father’s world, dreaming, I see His face.
I open my eyes, and in glad surprise cry, “The Lord is in this place.”
This is my Father’s world, from the shining courts above,
The Beloved One, His Only Son,
Came—a pledge of deathless love.
5
This is my Father’s world, should my heart be ever sad?
The lord is King—let the heavens ring. God reigns—let the earth be glad.
This is my Father’s world. Now closer to Heaven bound,
For dear to God is the earth Christ trod.
No place but is holy ground.
6
This is my Father’s world. I walk a desert lone.
In a bush ablaze to my wondering gaze God makes His glory known.
This is my Father’s world, a wanderer I may roam
Whate’er my lot, it matters not,
My heart is still at home.
This is My Father’s World
Teks: Maltbie D. Babcock, 1901
Musik: Tradisional Inggris, gubahan Franklin L. Sheppard, 1915
Tune: TERRA BEATA
Firman Tuhan: Mazmur 33:5 Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN.
Latar Belakang:
Himne ini diambil dari puisi sepanjang 16 bait yang ditulis oleh Pdt. Maltbie D. Babcock dan diterbitkan setelah kematiannya pada 1901. Baris pertama dari setiap bait itu dimulai dengan kalimat “This is my Father’s world” (“Ini dunia Bapaku”).
Maltbie D. Babcock dilahirkan di Syracuse, New York, pada 3 Agustus 1858 di sebuah keluarga yang terpandang. Di kemudian hari ia menjadi salah seorang hamba Tuhan yang luar biasa dalam generasinya. Dikatakan bahwa tidak ada pengkhotbah sejantan dirinya yang pernah berkhotbah di atas mimbar Kristen. Tubuhnya tinggi dan bahunya lebar dengan otot-otot sekeras besi, sebuah contoh yang hebat untuk tubuh laki-laki. Dia adalah juara pitcher (pelempar bola) baseball dan renang. Lakilaki muda di dalam gereja tempat ia melayani sangat mengidolakan dan menghormatinya sebagai pastor mereka karena keyakinan dan prinsip-prinsipnya yang kuat. Ia menyenangkan dan badung seperti laki-laki lainnya, tetapi ia tidak mau bertorelansi untuk beberapa hal. Suatu hari ketika seorang rekan yang lebih tua mencoba menindas seorang yang lebih muda darinya sambil menggunakan bahasa yang tidak pantas, Babcock dengan diam-diam menarik tengkuk dan bagian belakang celana panjang orang itu dan sambil mengeluarkan kata-kata peringatan menariknya ke dekat pagar. Karakter Babcock yang jantan, baik sebagai laki-laki maupun sebagai pengkotbah, tercerminkan di dalam salah satu puisinya yang terkenal, “Be Strong:”
We are not here to play, to dream, to drift.
(Kita tidak di sini untuk bermain, bermimpi, terbawa arus.)
We have hard work to do, and loads to lift,
(Kita harus kerja keras, pikul beban,)
Shun not the struggle; face it;
(Jangan menghindari perjuangan; hadapilah;)
‘Tis God’s gift.
(Itu adalah anugerah Tuhan.)
Pdt. Babcock juga dikenal sebagai seorang musikus handal. Ia memainkan organ, piano dan biola. Ia adalah seorang pengagum alam, sebagaimana tercerminkan di dalam teks lagunya. Ketika masih bekerja sebagai pastor di Lockport, New York, Dr. Babcock mempunyai kebiasaan berjalan pagi ke puncak bukit di sebelah utara kota, di mana ia dapat menikmati pemandangan yang utuh akan Danau Ontario dan dareah pinggiran di sekitarnya. Ia mempunyai ciri khas sering mengeluarkan pernyataan, “Aku mau keluar untuk melihat dunia Bapaku.” Namun, seperti yang diperhatikan oleh seorang penulis, “Himne ini tidak hanya sekadar luapan lagu tentang alam, tetapi lebih merupakan sebuah penghargaan yang tepat pada waktunya, ditulis dengan kata-kata indah, tentang keyakinan yang teguh akan jalan-jalan dan keadilan Tuhan. Di dalam himne ini, Babcock menggambarkan Kehadiran, Kepribadian, Kekuatan, dan Tujuan Tuhan.”
Tune untuk teks ini disusun dari sebuah melodi Inggris kuno oleh salah seorang teman dekat Babcock, F. L. Sheppard, seorang musikus yang berhasil. Lagu ini pertama kali diterbitkan di dalam bukunya, Alleluia, sebuah buku Sekolah Minggu Presbyterian yang diterbitkan pada tahun 1915. Nama tune ini, “Terra Beata,” adalah bahasa Latin untuk “bumi yang diberkati.”
|
Download KPRI 013 |
► Play KPRI 014 I Stand In Awe |
Lyric | History
You are beautiful beyond description,
too marvelous for words.
Too wonderful for comprehension
like nothing ever seen or heard.
Who can grasp Your infinite wisdom
Who can fathom the depths of Your love.
You are beautiful beyond description.
Majesty, enthroned above.
Reff:
And I stand, I stand in awe of You
I stand, I stand in awe of You
Holy God to whom all praise is due
I stand in awe of You.
I Stand in Awe
Teks: Mark Altrogge
Musik: Mark Altrogge
Tune: I STAND IN AWE
Firman Tuhan: Mazmur 33:5 Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN.
Latar Belakang:
Sebagai seorang remaja pecinta rock ‘n roll, Mark Altrogge tidak pernah menyangka bahwa kriterianya dalam menilai baikkah suatu lagu itu akan berupa apakah lagu tersebut bermakna teologis atau tidak. Sebagai seorang pendeta dan pemimpin pujian di kota universitas Indiana, Pennsylvania, Altrogge sekarang menempatkan nilai tersebut di tempat paling atas dalam setiap lagunya.
“Lagu yang ideal buatku,” tuntunya, “jika mungkin dituliskan, harus kaya akan doktrin namun juga mengandung emosi yang menangkap kasih yang sungguh akan Tuhan.” Sesungguhnya, sangatlah mungkin mengarang lagu-lagu seperti demikian, seperti yang dibuktikan oleh Altrogge dalam nadanada penyembahan pada “I’m Forever Grateful” dan “I Stand in Awe,” yang ditulis pada tahun 1986.
Tetapi jalan yang membawanya ke tempat di mana dia berada sekarang ini bukanlah tanpa liku dan belokan. Pada awal tahun 1970-an, kekuatan teologia merupakan suatu hal yang asing bagi Altrogge. Pada masa itu, fokus utamanya adalah pada mempelajari seni, yang kemudian diajarkannya, sebelum ia menjadi seorang pendeta, dan berkonsentrasi pada karir musiknya sendiri.
Ketika Altrogge menjadi seorang Kristen di tahun 1974, menyusul kelulusannya, fokus tersebut dengan segera berubah. “Aku terluka ketika berhenti dari band rock dan tidak yakin apa yang Tuhan inginkan dariku dengan musikku. Aku tergoda untuk menulis lagu-lagu bertipe pertunjukkan.” Dalam sebuah momen yang jujur dia membeberkan, “Dalam fantasiku, aku berharap akan menjadi sama seperti Keith Green atau yang lain, mengadakan konser-konser. Kupikir aku sebenarnya tidak cukup baik untuk melakukan hal itu,” gumamnya kering, “tetapi pada saat itu aku terperdaya untuk berpikir bahwa aku dapat melakukannya.”
Walau bagaimanapun juga, satu pengamalan spiritual penting semasa frase hidupnya ini, secara dramatis mengubah rencana masa depan Altrogge. “Aku ingat sedang membuang-buang waktu,” ujarnya, “menulis lagu, dan, meskipun tidak terdengar atau apapun itu, aku merasa seperti Tuhan berkata kepadaku, ‘Mark, apakah kau ingin menjadi pelayan dengan musikmu?’ Dan aku menjawab, pada dasarnya, ‘Yeah, tentu saja.’ Dan kemudian aku merasa Tuhan berkata lagi kepadaku, ‘Baiklah, tulislah lagu-lagu pujian yang melayani umat-Ku.’ Hal tersebut bukan berarti bahwa jenis lagu yang lain lebih kurang bernilai – Aku hanya merasa bahwa entah bagaimana Tuhan berbicara tentang itu kepadaku.”
Dengan jujur, Altrogge mengakui bahwa, “Pada saat itu, aku tidak terlalu bergairah untuk membuat musik penyembahan. Aku biasanya mendengar band seperti Yes dan Genesis, dan musik mereka sangat kompleks.” Musik penyembahan baginya nampak sangat mendasar. “Aku ingat pernah berpikir bahwa pastilah mudah menulis lagu penyembahan. Tetapi dalam waktu yang singkat kuketahui, itu tidaklah mudah!” Usaha-usaha awalnya seperti “usang dan sentimentil,” tetapi Altrogge akhirnya memperoleh sebuah perspektif yang berbeda. “Aku mulai membangun suatu gairah untuk mencoba menulis lagu yang memiliki kedalaman lirik dan doktrin, serta kompleksitas musik.”
Pada masa ini, Altrogge mulai menjadi murid dari Brent Detwiler, seorang pemimpin Gereja PDI (yang dulunya kependekan dari “People of Destiny International”, sekarang menjadi “Proclaiming God’s Grace, Developing Local Churches, Influencing Our World with the Gospel”) yang menekankan pada kesatuan teologi dan karakter dalam hidup Kristen dan dalam segala hal yang orang-orang percaya kerjakan. Altrogge juga mulai berhubungan erat dengan para pemimpin PDI lainnya. Hasilnya, dia mengatakan, adalah sebuah penekanan akan muatan doktrin yang kuat dalam lagu-lagunya “karena aku mulai melihat bahwa suara doktrin menciptakan motivasi kasih yang sebenarnya kepada Allah.”
Altrogge mengakui, “sebagian besar laguku tidak memiliki kisah mengesankan tentang bagaimana aku mendapat inspirasinya. Biasanya banyak kerja keras dan pukulan dan kesalahan dan memainkannya berulang-ulang, berharap dapat mengenali ketika sesuatu yang baik muncul.” Refleksi akan “I Stand in Awe of You,” penulis lagu tersebut berkata, “Aku ingat mengerjakan lagu ini dalam waktu yang cukup lama sebelum akhirnya berhasil menyelesaikannya.”
Itu terjadi di pertengahan tahun 1980-an dan Altrogge, sudah menjadi seorang suami dan ayah dari dua orang anak (dua anak berikutnya menyusul), telah menjadi seorang pendeta di gerakan PDI. “Dalam hampir seluruh lagu yang kutulis,” Altrogge menjelaskan, “aku biasanya merenungkan sesuatu yang mempengaruhiku. Ketika aku merenung, terkadang aku akan mencoba menangkap renungan itu dalam lagu.” Ketika membaca The Holiness of God karya R.C. Sproul dan The Knowledge of the Holy karya A.W. Tozer, tema untuk lagu tersebut muncul. “Aku sangat tergerak dengan kenyataan bahwa Allah sungguh tidak terbatas dalam segala atribut-Nya, dan bahwa tidak mungkin ada yang dapat memahami hal itu sepenuhnya.”
Lagu tersebut dengan cepat menjadi kesukaan dalam gereja-gereja PDI, meski memerlukan waktu cukup lama untuk diterbitkan. “Di awal tahun 1980-an, aku sungguh tidak berani mengirimkan lagu-lagu ke produser-produser rekaman,” akunya. “Aku akan merekam tiga atau empat lagu dalam sebuah kaset dan mengirimkannya ke gereja-gereja yang berafiliasi dengan kami dan berkata, ‘Jika Anda dapat menggunakannya, silahkan. Ini gratis. Aku tidak menginginkan imbalan apapun. Aku akan merasa sangat terhormat jika ada di antara lagu-lagu tersebut yang dapat melayani gereja.’”
Akhirnya, pada kenyataannya “I Stand in Awe” mulai melayani orang-orang percaya dengan tak terhitung banyaknya. Ketika akhirnya PDI memutuskan untuk mulai mempublikasikan musik, Integrity Music memasukkan lagu tersebut dalam proyek Bob Fitts, The Lord Reigns, yang diluncurkan pada tahun 1989.
Altrogge mengajurkan pendekatan ini kepada para penulis lagu yang baru. “Pertama-tama, perhatikan apakah lagu tersebut efektif dalam gereja lokal Anda,” sarannya. “Jika lagu tersebut dapat diterima dalam wilayah lokal, maka kirimkanlah kepada gereja-gereja afiliasi Anda dan perhatikan apakah dapat diterima di sana. Kupikir Tuhan akan meloloskan lagu-lagu yang ingin Dia gunakan.”
“Aku tidak pernah mengimpikan hal ini,” ucap Altrogge mengenai kesuksesannya. “Menulis sebuah lagu yang dapat menolong orang untuk masuk dalam penyembahan atau memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang keagungan Tuhan adalah hal paling memuaskan yang dapat kupikirkan dalam hidupku,” ucapnya dengan kesungguhan. “Aku tidak dapat meminta yang lebih lagi.”
|
Download KPRI 014 |
► Play KPRI 015 Allah Baik |
Lyric
1
Mari kita nyanyi semua: Allah baik!
Sorga dan dunia puji Dia: Allah baik!
Mari semua datanglah, nyanyilah di muka Allah.
Dengan lagu amat merdu: Allah baik!
Allah baik! Allah baik!
Dengan lagu amat merdu: Allah baik!
2
Kabarkanlah ke tempat jauh: Allah baik!
Ada tempat di rumah Hu: Allah baik!
Kristuslah pelepas dosa, t’rang dalam g’lap dib’rikan-Nya.
Yang terlepas bersoraklah: Allah baik!
Allah baik! Allah baik!
Yang terlepas bersoraklah: Allah baik!
3
Dan kalau hatiku lemah: Allah baik!
Dia batu karang yang kuasa: Allah baik!
Sungai Yordan dan lautan, tak membawa ketakutan.
Sana Tuhan serta jalan: Allah baik!
Allah baik! Allah baik!
Sana Tuhan serta jalan: Allah baik!
|
Download KPRI 015 |
► Play KPRI 016 God Is Our Refuge And Our Strength |
Lyric
VERSI 1
1
God is our refuge and our strength,
our ever present aid.
And therefore, though the earth be moved,
we will not be afraid;
though hills into the seas be cast,
though foaming waters roar,
though all the mighty billows shake
the mountains on the shore.
2
A river flows whose streams make glad
the city of our God,
the holy place wherein the Lord
Most High has His abode.
Since God is in the midst of her,
unmoved her walls shall stand;
for God will hasten to her aid,
when trouble is at hand.
3
The nations rage, the kingdoms move,
but when His voice is heard
earth melts with trembling fear before
the thunder of His world.
The Lord of Hosts is on our side
our safety to secure;
the God of Jacob is for us
a refuge strong and sure.
4
O come and see that wondrous works
the hand of God has done
come, see what desolation great
he brings beneath the sun.
In every corner of the earth
he causes wars to cease;
the weapon of the strong destroyed
He makes abiding peace.
5
Be still and know that I am God,
the Lord whom all must claim
and every nation of the earth
shall magnify my name.
The Lord of hosts is on our side,
our safety to secure;
the God of Jacob is for us
a refuge strong and sure.
|
Download KPRI 016 |
► Play KPRI 017 Allah Jadi Benteng Kukuh |
Lyric | History
You are beautiful beyond description,
too marvelous for words.
Too wonderful for comprehension
like nothing ever seen or heard.
Who can grasp Your infinite wisdom
Who can fathom the depths of Your love.
You are beautiful beyond description.
Majesty, enthroned above.
Reff:
And I stand, I stand in awe of You
I stand, I stand in awe of You
Holy God to whom all praise is due
I stand in awe of You.
I Stand in Awe
Teks: Mark Altrogge
Musik: Mark Altrogge
Tune: I STAND IN AWE
Firman Tuhan: Mazmur 33:5 Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN.
Latar Belakang:
Sebagai seorang remaja pecinta rock ‘n roll, Mark Altrogge tidak pernah menyangka bahwa kriterianya dalam menilai baikkah suatu lagu itu akan berupa apakah lagu tersebut bermakna teologis atau tidak. Sebagai seorang pendeta dan pemimpin pujian di kota universitas Indiana, Pennsylvania, Altrogge sekarang menempatkan nilai tersebut di tempat paling atas dalam setiap lagunya.
“Lagu yang ideal buatku,” tuntunya, “jika mungkin dituliskan, harus kaya akan doktrin namun juga mengandung emosi yang menangkap kasih yang sungguh akan Tuhan.” Sesungguhnya, sangatlah mungkin mengarang lagu-lagu seperti demikian, seperti yang dibuktikan oleh Altrogge dalam nadanada penyembahan pada “I’m Forever Grateful” dan “I Stand in Awe,” yang ditulis pada tahun 1986.
Tetapi jalan yang membawanya ke tempat di mana dia berada sekarang ini bukanlah tanpa liku dan belokan. Pada awal tahun 1970-an, kekuatan teologia merupakan suatu hal yang asing bagi Altrogge. Pada masa itu, fokus utamanya adalah pada mempelajari seni, yang kemudian diajarkannya, sebelum ia menjadi seorang pendeta, dan berkonsentrasi pada karir musiknya sendiri.
Ketika Altrogge menjadi seorang Kristen di tahun 1974, menyusul kelulusannya, fokus tersebut dengan segera berubah. “Aku terluka ketika berhenti dari band rock dan tidak yakin apa yang Tuhan inginkan dariku dengan musikku. Aku tergoda untuk menulis lagu-lagu bertipe pertunjukkan.” Dalam sebuah momen yang jujur dia membeberkan, “Dalam fantasiku, aku berharap akan menjadi sama seperti Keith Green atau yang lain, mengadakan konser-konser. Kupikir aku sebenarnya tidak cukup baik untuk melakukan hal itu,” gumamnya kering, “tetapi pada saat itu aku terperdaya untuk berpikir bahwa aku dapat melakukannya.”
Walau bagaimanapun juga, satu pengamalan spiritual penting semasa frase hidupnya ini, secara dramatis mengubah rencana masa depan Altrogge. “Aku ingat sedang membuang-buang waktu,” ujarnya, “menulis lagu, dan, meskipun tidak terdengar atau apapun itu, aku merasa seperti Tuhan berkata kepadaku, ‘Mark, apakah kau ingin menjadi pelayan dengan musikmu?’ Dan aku menjawab, pada dasarnya, ‘Yeah, tentu saja.’ Dan kemudian aku merasa Tuhan berkata lagi kepadaku, ‘Baiklah, tulislah lagu-lagu pujian yang melayani umat-Ku.’ Hal tersebut bukan berarti bahwa jenis lagu yang lain lebih kurang bernilai – Aku hanya merasa bahwa entah bagaimana Tuhan berbicara tentang itu kepadaku.”
Dengan jujur, Altrogge mengakui bahwa, “Pada saat itu, aku tidak terlalu bergairah untuk membuat musik penyembahan. Aku biasanya mendengar band seperti Yes dan Genesis, dan musik mereka sangat kompleks.” Musik penyembahan baginya nampak sangat mendasar. “Aku ingat pernah berpikir bahwa pastilah mudah menulis lagu penyembahan. Tetapi dalam waktu yang singkat kuketahui, itu tidaklah mudah!” Usaha-usaha awalnya seperti “usang dan sentimentil,” tetapi Altrogge akhirnya memperoleh sebuah perspektif yang berbeda. “Aku mulai membangun suatu gairah untuk mencoba menulis lagu yang memiliki kedalaman lirik dan doktrin, serta kompleksitas musik.”
Pada masa ini, Altrogge mulai menjadi murid dari Brent Detwiler, seorang pemimpin Gereja PDI (yang dulunya kependekan dari “People of Destiny International”, sekarang menjadi “Proclaiming God’s Grace, Developing Local Churches, Influencing Our World with the Gospel”) yang menekankan pada kesatuan teologi dan karakter dalam hidup Kristen dan dalam segala hal yang orang-orang percaya kerjakan. Altrogge juga mulai berhubungan erat dengan para pemimpin PDI lainnya. Hasilnya, dia mengatakan, adalah sebuah penekanan akan muatan doktrin yang kuat dalam lagu-lagunya “karena aku mulai melihat bahwa suara doktrin menciptakan motivasi kasih yang sebenarnya kepada Allah.”
Altrogge mengakui, “sebagian besar laguku tidak memiliki kisah mengesankan tentang bagaimana aku mendapat inspirasinya. Biasanya banyak kerja keras dan pukulan dan kesalahan dan memainkannya berulang-ulang, berharap dapat mengenali ketika sesuatu yang baik muncul.” Refleksi akan “I Stand in Awe of You,” penulis lagu tersebut berkata, “Aku ingat mengerjakan lagu ini dalam waktu yang cukup lama sebelum akhirnya berhasil menyelesaikannya.”
Itu terjadi di pertengahan tahun 1980-an dan Altrogge, sudah menjadi seorang suami dan ayah dari dua orang anak (dua anak berikutnya menyusul), telah menjadi seorang pendeta di gerakan PDI. “Dalam hampir seluruh lagu yang kutulis,” Altrogge menjelaskan, “aku biasanya merenungkan sesuatu yang mempengaruhiku. Ketika aku merenung, terkadang aku akan mencoba menangkap renungan itu dalam lagu.” Ketika membaca The Holiness of God karya R.C. Sproul dan The Knowledge of the Holy karya A.W. Tozer, tema untuk lagu tersebut muncul. “Aku sangat tergerak dengan kenyataan bahwa Allah sungguh tidak terbatas dalam segala atribut-Nya, dan bahwa tidak mungkin ada yang dapat memahami hal itu sepenuhnya.”
Lagu tersebut dengan cepat menjadi kesukaan dalam gereja-gereja PDI, meski memerlukan waktu cukup lama untuk diterbitkan. “Di awal tahun 1980-an, aku sungguh tidak berani mengirimkan lagu-lagu ke produser-produser rekaman,” akunya. “Aku akan merekam tiga atau empat lagu dalam sebuah kaset dan mengirimkannya ke gereja-gereja yang berafiliasi dengan kami dan berkata, ‘Jika Anda dapat menggunakannya, silahkan. Ini gratis. Aku tidak menginginkan imbalan apapun. Aku akan merasa sangat terhormat jika ada di antara lagu-lagu tersebut yang dapat melayani gereja.’”
Akhirnya, pada kenyataannya “I Stand in Awe” mulai melayani orang-orang percaya dengan tak terhitung banyaknya. Ketika akhirnya PDI memutuskan untuk mulai mempublikasikan musik, Integrity Music memasukkan lagu tersebut dalam proyek Bob Fitts, The Lord Reigns, yang diluncurkan pada tahun 1989.
Altrogge mengajurkan pendekatan ini kepada para penulis lagu yang baru. “Pertama-tama, perhatikan apakah lagu tersebut efektif dalam gereja lokal Anda,” sarannya. “Jika lagu tersebut dapat diterima dalam wilayah lokal, maka kirimkanlah kepada gereja-gereja afiliasi Anda dan perhatikan apakah dapat diterima di sana. Kupikir Tuhan akan meloloskan lagu-lagu yang ingin Dia gunakan.”
“Aku tidak pernah mengimpikan hal ini,” ucap Altrogge mengenai kesuksesannya. “Menulis sebuah lagu yang dapat menolong orang untuk masuk dalam penyembahan atau memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang keagungan Tuhan adalah hal paling memuaskan yang dapat kupikirkan dalam hidupku,” ucapnya dengan kesungguhan. “Aku tidak dapat meminta yang lebih lagi.”
|
Download KPRI 017 |
► Play KPRI 018 You Are My Hiding Place |
Lyric
You are my hiding place,
You always fill my heart
with songs of deliverance;
Whenever I am afraid,
I will trust in You
I will trust in You
Let the weak say
“I am strong; in the strength of the Lord!”
You are my hiding place,
You always fill my heart
with songs of deliverance;
Whenever I am afraid,
I will trust in You
|
Download KPRI 018 |
► Play KPRI 019 Besar Setia-Mu |
Lyric | History
VERSI 1
1
Besar setia-Mu, Allah Bapaku,
besarlah Kasih-Mu berk’limpahan.
Tiada kurang dan tidak berubah,
sempurna dan tetap selamanya.
Besar setia-Mu, besar setia-Mu,
tiap hari nampak rahmat baru.
S’gala yang ku perlu t’lah Hu sediakan
besar setia-Mu kepadaku.
2
Matahari serta bintang dan bulan,
menyaksikan kesetiaan Tuhan.
Musim menuai dan musim apapun,
menyaksikan kasih setia-Mu.
3
Pengampunan dosa memb’rikan damai,
kehadiran Tuhan menghiburkan.
Kekuatan dan penghiburan tiap hari,
berkat berk’limpahan ku alami.
VERSI 2
1
Great is thy faithfulness, O God my Father;
There is no shadow of turning with Thee;
Thou changest not, Thy compassions, they fail not;
As thou hast been, Thou forever will be.
Great is Thy faithfulness! Great is thy faithfulness!
Morning by morning new mercies I see.
All I have needed thy hand hath provided;
Great is Thy faithfulness, Lord, unto me!
2
Summer and winter and springtime and harvest,
Sun, moon and stars in their courses above
Join with all nature in manifold witness
To Thy great faithfulness, mercy and love.
3
Pardon for sin and a peace that endureth
Thy own dear presence to cheer and to guide;
Strength for today and bright hope for tomorrow,
Blessings all mine, with ten thousand beside!
Great is Thy Faithfulness
Teks: Thomas O. Chisholm, 1923
Musik: William M. Runyan, 1923
Tune: FAITHFULNESS
Firman Tuhan: Yakobus 1:17 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.
Latar Belakang:
Dari sekian banyak himne yang ditulis baru-baru ini yang bertemakan kebaikan dan kesetiaan Tuhan, himne ini bersinar bagaikan mercusuar di antara himne yang lain. Sementara banyak himne dilahirkan dari pengalaman dramatis tertentu, himne ini hanyalah hasil dari “wujud nyata kesetiaan pribadi Tuhan pagi demi pagi” di dalam hidup pengarang lagu ini.
Thomas Obadiah Chisholm dilahirkan di sebuah pondok kayu yang sederhana di Fanklin, Kentucky, pada tanggal 29 Juli 1866. Tanpa memasuki SMU atau pendidikan tinggi lainnya, ia memulai karirnya sebagai seorang guru sekolah pada umur 16 tahun di sebuah sekolah desa tempat ia menempuh pendidikan SD dan SMP-nya. Ketika ia berumur 21 tahun, dia menjadi seorang rekan editor untuk surat kabar mingguan di kota asalnya, The Franklin Favorite. Enam tahun kemudian dia menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi selama sebuah pertemuan kebangunan rohani yang diadakan di Franklin oleh Dr. H. C. Morrison.
Atas undangan Dr. Morrison, Chisholm pindah ke Louisville untuk menjadi office editor dan manajer bisnis perusahaan penerbitan kepunyaan Morrison, Pentecost Herald. Kemudian Chisholm dinobatkan ke dalam pelayanan Methodist, tetapi dipaksa untuk mengundurkan diri dalam waktu penggembalaan yang singkat karena kondisi kesehatannya yang buruk. Setelah 1909, dia menjadi agen asuransi jiwa di Winona Lake dan kemudian di Vineland, New Jersey. Thomas Chisholm pensiun pada tahun 1953 dan menghabiskan sisa hidupnya di sebuah panti jompo Methodist, di Ocean Grove, New Jersey.
Mr. Chisholm menulis lebih dari 1200 puisi, banyak diantaranya sering muncul di majalah rohani seperti Sunday School Times, Moody Monthly, Alliance Weekly dan lainnya. Sejumlah dari puisi-puisi ini sudah menjadi teks himne yang terkenal.
Di dalam sebuah surat yang ditulis tahun 1941, Chisholm menulis, “Penghasilan saya tidak pernah besar selama saya hidup karena kesehaan buruk di awal-awal hidup saya yang masih mengikuti saya sampai sekarang. Meskipun saya tidak boleh tidak menyebutkan di sini kesetiaan Tuhan yang tidak pernah pudar di dalam menjaga perjanjian-Nya dan bahwa Ia sudah memberikan kepada saya banyak tanda-tanda yang ajaib tentang pemeliharaan-Nya, yang karenanya saya penuh dengan rasa syukur yang mengagumkan.”
Pada tahun 1923, Mr. Chisholm mengirimkan beberapa puisinya kepada Pdt. W. M. Runyan, seorang musikus yang punya hubungan dengan Moody Bible Institute dan seorang editor Hope Publishing Company, sampai hari kematiannya, 29 Juli 1957. Runyan menulis sebagai berikut:
Puisi ini begitu memikat sehingga saya berdoa dengan sangat bersungguh-sungguh supaya tune saya dapat mengangkat pesannya dengan cara yang tepat, dan penggunaan himne ini di dalam sejarah menyatakan bahwa Tuhan mengabulkan doa saya. Tune itu ditulis di Baldwin, Kansas, 1923, dan diterbitkan untuk pertama kali di dalam pamflet lagu-lagu pribadi saya.
Himne ini adalah favorit almarhum Dr. Will Houghton, mantan president Moody Bible Institute yang tercinta. Lagu ini sudah menjadi favorit siswa-siswa di sekolah sepanjang masa dan sebagai hasilnya kegunaannya sudah menyebar ke gereja-gereja injili di semua tempat. Bev Shea menyatakan bahwa himne ini diperkenalkan kepada audiens di Kerajaan Inggris pada tahun 1954 oleh Billy Graham Crusades dan sejak saat itu telah menjadi lagu favorit di sana juga.
Thomas Chisholm juga adalah pengarang lagu “Living for Jesus”(Hidup Bagi Yesus, KPRI no.138).
|
Download KPRI 019 |
► Play KPRI 020 Engkau Milikku Abadi |
Lyric | History
1
Engkau milikku abadi, segalanya bagiku;
Di sepanjang ziarahku inginku bersama-Mu.
Kudekat pada-Mu, kudekat pada-Mu;
Di sepanjang ziarahku inginku bersama-Mu.
2
Bukan nikmat duniawi yang menjadi doaku;
Kusenang bersusah payah asal Kau bersamaku.
Kudekat pada-Mu, kudekat pada-Mu;
Kusenang bersusah payah asal Kau bersamaku.
3
Pimpin daku melewati lembah bayang maut sendu;
Maka pintu hidup baka kumasuki serta-Mu.
Kudekat pada-Mu, kudekat pada-Mu;
Maka pintu hidup baka kumasuki serta-Mu.
Close to Thee
Teks: Fanny J. Crosby, 1874
Musik: Silar J. Vail
Tune: CLOSE TO THEE
Latar Belakang:
Tidak ada penulis lirik yang mempunyai semangat evangelisasi pada abad 19 seperti yang dimiliki dan dibagikan oleh Penulis buta: Fanny Crosby. Beberapa ribu lirik lagunya mengalir dari hatinya seperti ia mengekspresikan perasaannya.
Percakapan biasa, perayaan perorangan, pada pertemuan dan lain-lain, merupakan suatu inspirasi baginya dan dengan cepat ia dapat menyelesaikan lirik untuk nyanyian.
Kadang-kadang penerbit lagunya menanyakan apa judul dari syair tadi. Kadang-kadang ia sukar menentukan judulnya, karena ia sungguh membutuhkan inspirasi khusus untuk membuka saluran dari imajinasi puisinya. Seorang komposer dapat memainkan dengan benar musik asli dan kata-kata dari “Safe in the Arms of Jesus,” “Blessed Assurance,” dan “Thou My Everlasting Portion” dengan menyalurkan inspirasinya. Banyak liriknya yang digubah sewaktu senja, ketika ia sendirian di dalam ruangan. Ia menyimpannya semalaman dan mendiktekan kepada orang-orang, bahkan sampai esok harinya. Meskipun mengetahui Huruf Braille, ia tidak menggunakannya lagi semenjak kesulitan dalam membaca setelah jari-jarinya digunakan untuk bermain gitar dan harpa.
Pada tahun 1874, Silas Vail memainkan untuk Fanny musik yang baru ia gubah. Setelah mendengar sekali, Fanny tersenyum dan berkata bahwa melodi itu cocok dengan kata-kata: ”Close to thee, close to thee.” Dalam beberapa menit ia telah menyelesaikan liriknya.
Pada saat William F. Sherwin dan Vail menerbitkan koleksi nyanyian, di dalamnya termasuk “Thou My Everlasting Portion” atau dikenal juga dengan judul “Close to Thee”.
|
Download KPRI 020 |
► Play KPRI 021 It Is Well With My Soul |
Lyric | History
1
Bila damai mengiring jalan hidupku
rasa aman di hatiku
dan kesusahan menimpaku t'lah Kau
ajarku mengingat firman-Mu
Reff:
Nyamanlah jiwaku, Nyamanlah, Nyamanlah jiwaku.
2
Dalam pergumulan dan pencobaan
Kristus memb’rikan jaminan
dan mempedulikan kepapaanku
darah-Nya membasuh jiwaku
3
Tuhan lekaskanlah harinya tiba
iman pun akan tampaklah
dan sangkakala pun akan berbunyi
Tuhan akan turun ke bumi
VERSI 2
1
When peace, like a river, attendeth my way,
When sorrows like sea billows roll;
Whatever my lot, Thou has taught me to say,
It is well, it is well, with my soul.
Reff:
It is well, with my soul,
It is well, it is well, with my soul.
2
Though Satan should buffet, though trials should come,
Let this blest assurance control,
That Christ hath regarded my helpless estate,
And hath shed His own blood for my soul.
3
My sin, O, the bliss of this glorious thought!
My sin, not in part but the whole,
Is nailed to the cross, and I bear it no more,
Praise the Lord, praise the Lord, O my soul!
4
For me, be it Christ, be it Christ hence to live:
If Jordan above me shall roll,
No pang shall be mine, for in death as in life
Thou wilt whisper Thy peace to my soul.
5
But, Lord, ‘tis for Thee, for Thy coming we wait,
The sky, not the grave, is our goal;
Oh trump of the angel! Oh voice of the Lord!
Blessed hope, blessed rest of my soul!
6
And Lord, haste the day when my faith shall be sight,
The clouds be rolled back as a scroll;
The trump’t shall resound, and the Lord shall descend,
Even so, it is well with my soul.
It is Well with My Soul
Teks: Horatio G. Spafford, 1873
Musik: Philip P. Bliss, 1876
Tune: VILLE DU HAVRE
Firman Tuhan: Mazmur 46:1 Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti
Latar Belakang:
Lagu rohani tercinta ini ditulis oleh seorang Presbyterian awam Chicago, Horation G. Spafford. Ia dilahirkan di North Troy, New York, pada tanggal 20 Oktober 1828. Sebagai seorang muda, Spafford sudah membangun praktek hukum yang sukses di Chicago, Illinois. Ia adalah seorang ayah dari empat puteri, seorang pelajar Firman yang sangat rohaniah dan tekun, serta seorang pendukung dan teman yang setia dari D. L. Moody dan banyak pemimpin Injili lainnya pada masa itu. Kemudian ia mengalami suatu malapetaka berturut-turut, yang diawali dengan peristiwa Great Chicago Fire (Kebakaran besar di Chicago) pada tahun 1871, yang memusnahkan hampir seluruh investasi real estate keluarganya.
Dua tahun kemudian, ketika Moody dan Ira Sankey pergi ke Inggris Raya untuk menyelenggarakan sebuah gerakan penginjilan, Spafford memutuskan untuk mengangkat semangat keluarganya dengan membawa mereka berlibur ke Eropa. Ia juga berencana untuk bergabung dalam pelayanan penginjilan Moody dan Sankey. Yang menarik, dilaporkan bahwa sesaat sebelum pergi, keluarga tersebut menghadiri sebuah ibadah di Chicago dimana Moody berkotbah. Dalam kebaktian tersebut keempat puteri Spafford membuat pernyataan iman pribadi untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat.
Pada bulan November 1873, ketika seharusnya mereka berangkat, Horatio tertahan oleh beberapa urusan bisnis penting yang tak terduga, sehingga ia harus tetap tinggal di Chicago, namun ia tetap memberangkatkan istri dan keempat puterinya seperti rencana semula dengan kapal S.S. Ville du Havre ke Eropa, seraya berjanji akan segera menyusul mereka. Di tengah perjalanan menyeberangi Samudera Atlantik, tanggal 22 November, kapal tersebut tertabrak Lochearn, sebuah kapal Inggris, dan tenggelam dalam 12 menit. Keempat puteri Spafford - Tanetta, Maggie, Annie, dan Bessie - termasuk di antara 226 penumpang yang tenggelam. Ny. Spafford adalah satu dari sedikit orang yang secara ajaib selamat. Beberapa hari kemudian, orang-orang yang selamat akhirnya berlabuh di Cardiff, Wales, dan Ny. Spafford mengirim berita kawat kepada suaminya, “Selamat sendiri. Isterimu.”
Horatio Spafford menghabiskan berjam-jam di geladak kapal yang membawanya bertemu dengan isterinya yang berduka di Cardiff, Wales. Ada yang mengatakan bahwa ketika kapalnya melewati area laut yang diperkirakan sebagai tempat keempat puterinya tenggelam, Spafford mendapatkan dukungan penghiburan dari Tuhan yang memampukannya untuk berespon, “When sorrows like sea billows roll - whatever my lot, Thou hast taught me to say, it is well with my soul.” (Ketika dukacita menggulunggulung seperti ombak laut - betapapun banyaknya, Tuhan telah mengajarku untuk berkata, nyamanlah jiwaku.)
Namun perlu diperhatikan bahwa Stafford tidak terus menerus berkutat pada tema penderitaan hidup dan pengujian, tetapi memfokuskan bait ketiga pada pekerjaan penebusan Kristus dan pada bait keempat mengharapkan kedatangan-Nya yang kedua kali, yang mulia. Secara manusia, adalah sangat menakjubkan jika seseorang dapat mengalami tragedi dan dukacita seperti yang dialami oleh Spafford dan masih dapat berkata dengan kejelasan yang meyakinkan, “It is well with my soul.” (Nyamanlah jiwaku.)
Philip P. Bliss, seorang penulis musik rohani yang sangat produktif, sangat terkesan dengan pengalaman dan pernyataan teks Spafford ini, hingga ia segera menggubah musik yang sesuai untuk teks tersebut. Himne ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1876, dalam salah satu himnal Sankey-Bliss, Gospel Hymns Number Two. Bliss adalah seorang penulis lagu rohani yang menghasilkan banyak karya dalam masa hidupnya yang singkat. Pada kebanyakan kesempatan, ia menuliskan kata-kata sekaligus musik untuk himne-himne gubahannya. Lagu-lagunya, seperti banyak himne-himne rohani lainnya, sangat kuat dengan sentuhan emosi dan disertai dengan tune-tune yang mudah dipelajari dan dinyanyikan.
Himne-himne lainnya oleh Philip P. Bliss, termasuk: “Hold the Fort”, “I Gave My Life for Thee”, “Jesus Loves Even Me”, “Let the Lower Lights Be Burning”, dan “Once for All”.
|
Download KPRI 021 |
► Play KPRI 022 Semua Karena Anugerah-Nya |
Lyric
1
Bukan kar’na kebaikanmu, bukan karena fasih lidahmu;
Bukan kar’na kekayaanmu, kau dipilih, kau dipanggil-Nya;
2
Bukan kar’na kelebihanmu, bukan karena baik rupamu;
Bukan kar’na kecakapanmu, kau dipanggil, kau dipakai-Nya.
Reff:
Bila engkau dapat itu karena-Nya
Bila engkau punya semua dari pada-Nya
Semua hanya anug’rah-Nya, dib’rikan-Nya pada kita
Semua anug’rah-Nya bagi kita, bila engkau dipakai-Nya
|
Download KPRI 022 |
► Play KPRI 023 Kubersandar Pada Yang Kekal |
Lyric | History
VERSI 1
1
Alangkah girang dan bahagia,
ku bersandar pada yang kekal,
karunia besar dib’ri oleh-Nya,
sandar pada lengan yang kekal.
Reff:
Sandar, sandar, sandar Hu tentu kuat teguh,
Sandar, sandar, ku bersandar pada yang kekal.
2
Jalan musafir indah dan permai,
ku bersandar pada yang kekal,
jalanku cerah, hilang yang getir,
sandar pada lengan yang kekal.
3
Hilanglah cemas, hilang takutku,
ku bersandar pada yang kekal,
hatiku aman, Tuhan panduku,
sandar pada lengan yang kekal.
VERSI 2
1
What a fellowship, what a joy divine,
Leaning on the everlasting arms;
What a blessedness, what a peace is mine,
Leaning on the everlasting arms.
Reff:
Leaning, leaning,
safe and secure from all alarms;
Leaning, leaning,
leaning on the everlasting arms.
2
O how sweet to walk in this pilgrim way,
Leaning on the everlasting arms;
O how bright the path grows from day to day,
Leaning on the everlasting arms.
3
What have I to dread, what have I to fear,
Leaning on the everlasting arms;
I have blessed peace with my Lord so near,
Leaning on the everlasting arms.
Leaning on the Everlasting Arms
Teks: Elisha A. Hoffman, 1887
Musik: Anthony J. Showalter, 1887
Tune: SHOWALTER
Firman Tuhan: Ulangan 33:27 “Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal.”
Latar Belakang:
Satu hari, seorang pengarang, usahawan, dan pelayan awam Presbiterian yang berhasil, Anthony J. Showalter, menerima surat-surat yang berisi kabar yang menyedihkan dari dua orang temannya yang berbeda. Dalam surat balasan berisi penghiburannya, ia menyertakan ayat ini, Ulangan 33:27.
Setelah ia menyelesaikan penulisan surat-surat balasan tersebut, ia berpikir bahwa kata-kata ini dapat menjadi sebuah tema yang baik untuk sebuah himne. Ia segera menulis kata-kata untuk bagian refrain dan musik untuk himne tersebut. Mengetahui bahwa ia memerlukan bantuan untuk menyelesaikan teks yang berdasarkan ayat penghiburang dari Kitab Ulangan ini, Showalter meminta temannya, Elisha Hoffman, seorang pastor dan pengarang lebih dari 2.000 lagu rohani, untuk memperbaiki bait-bait tersebut. Himne ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1887 dalam Glad Evangel for Revival, Camp and Evangelistic Meetings Hymnals.
|
Download KPRI 023 |
► Play KPRI 024 Tak Kulupakan Engkau |
Lyric
VERSI 1
1
Janji yang manis, “Kau tak Kulupakan.”
Tak terombang-ambing lagi jiwaku.
Walau lembah hidupku penuh awan,
nanti ‘kan cerahlah langit di atasku.
Reff:
“Kau tidak ‘kan Aku lupakan
Aku memimpinmu, Aku membimbingmu
Kau tidak ‘kan Aku lupakan,
Aku Penolongmu yakinlah teguh.”
2
Yakinkan janji: ”Kau tak Kulupakan.”
Dengan sukacita aku jalan t’rus.
Dunia dan kawan tiada kuharapkan,
satu yang setia, Yesus Penebus.
3
Dan bila pintu sorga dibukakan,
selesailah sudah susah dan lelah.
‘Kan kudengarlah suara mengatakan,
“Hamba yang setiawan, mari masuklah.”
VERSI 2
1
Sweet is the promise “I will not forget thee,”
Nothing can molest or turn my soul away;
E’en though the night be dark within the valley,
Just beyond is shining an eternal day.
Reff:
“I will not forget thee or leave thee,
In My hands I’ll hold thee, In My arms I’ll fold thee,
I will not forget thee or leave thee;
I am thy Redeemer, I will care for thee.”
2
Trusting the promise “I will not forget thee,”
Onward I will go with songs of joy and love,
Though earth despise me, Though my friends forsake me,
I shall be remembered in my home above.
3
When at the golden portals I am standing,
All my tribulations, all my sorrows past;
How sweet to hear the blessed proclamation,
“Enter, faithful servant, welcome home at last.”
|
Download KPRI 024 |
► Play KPRI 025 Tuhan Yang Pegang |
Lyric | History
VERSI 1
1
Tak kuta’u ‘kan hari esok, namun langkahku tegap.
Bukan surya kuharapkan, kar’na surya ‘kan lenyap.
O tiada ‘ku gelisah akan masa menjelang;
‘ku berjalan serta Yesus, maka hatiku tenang
Reff:
Banyak hal tak kumengerti dalam masa menjelang
tapi t’rang bagiku ini: Tangan Tuhan yang pegang.
2
Makin t’rang lah perjalanan, makin tinggi aku naik.
Dan bebanku makin ringan, makin tampaklah yang baik.
Di sanalah t’rang abadi tiada tangis dan keluh;
di neg’ri seb’rang pelangi, kita k’lak ‘kan bertemu.
3
Tak kuta’u ‘kan hari esok, mungkin langit ‘kan gelap.
Tapi Dia yang berkasihan, melindungiku tetap.
Meski susah perjalanan g’lombang dunia menderu.
Dipimpin-Nya kubertahan sampai akhir langkahku.
VERSI 2
1
I don't know about tomorrow; I just live from day to day.
I don't borrow from it's sunshine; For its skies may turn to gray.
I don't worry o'er the future; For I know what Jesus said;
And, today, I'll walk beside Him; For He knows what lies ahead.
Reff:
Many things about tomorrow, I don't seem to understand.
But, I know Who holds tomorrow, And I know Who holds my hand!
2
Every step is getting brighter; As the golden stairs I climb.
Every burden's getting lighter; Every cloud is silver-lined.
There the sun is always shining; There no tear will dim the eye.
At the ending of the rainbow; Where the mountains touch the sky.
3
I don’t know about tomorrow; It may bring me poverty.
But, the One who feeds the sparrow; Is the One who stands by me.
And, the path that is my portion; May be through the flame or flood,
But, His presence goes before me; And I’m covered with His blood.
I Know Who Holds Tomorrow
Teks: Ira F. Stanphill
Musik: Ira F. Stanphill
Latar Belakang:
Orang Kristen terbesar sekalipun sering menghadapi tantangan yang kejam dari dunia. Menerima Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat tidak menjamin hidup seseorang menjadi bebas dari tragedi. Ira Stanphill, yang lagu-lagunya memberi inspirasi bagi banyak orang selama lebih dari setengah abad, adalah seorang pria berkomitmen tinggi yang mengenal sakit dan penderitaan secara pribadi. Dia juga adalah seorang Kristen yang dicobai untuk mengkompromikan prinsip-prinsip hidupnya dan mengutamakan kebutuhan pribadinya daripada kehendak Tuhan.
Isteri pertama Stanphill meninggalkannya demi hidup yang penuh dengan perzinahan dan menderita kecanduan. Ketika pasangan ini bercerai, mantan isterinya itu mengambil satu-satunya anak mereka. Ke mana pun Stanphill pergi, ada banyak bisikan, desas-desus dan kebohongan yang beredar. Banyak orang memberi tuduhan. Beberapa orang merasa bahwa dia harus meninggalkan pekerjaan Kristiani oleh karena rasa malu akibat perceraiannya itu.
Tetapi Stanphill tidak bersalah. Bukan dia yang menyerah. Dia selalu setia pada janji pernikahannya. Isterinyalah yang merusak janji pernikahannya. Stanphill telah memaafkan isterinya dan berusaha membangun kembali keutuhan rumah tangga mereka lagi dan lagi. Meskipun demikian kenyataannya, Stanphill tidak mengutarakan ketidak-bersalahannya. Daripada berbicara tentang kesalahan yang telah terjadi, Stanphill malahan menunjukkan niatnya untuk mempertahankan janji pernikahan mereka walau apapun pengorbanannya.
Pada usia 40-an, Stanphill bekerja di Bethel Temple di Dallas. Gereja tersebut, satu dari gereja-gereja terbesar di Selatan, dikenal di seluruh negeri sebagai rumah dari Stamps School of Music. Karena pelayanan gereja yang dinamis dan sekolah tersebut, Bethel menjadi sebuah lingkungan yang subur bagi pertumbuhan rohani. Meski saat itu Stanphill dikelilingi oleh beberapa orang bertalenta musik besar yang pernah dia kenal, dia tidak bekerja sama ataupun menghasilkan karya besar yang baru. Malahan, dia merasa kasihan pada dirinya sendiri.
Dia baru saja bertemu dengan seorang wanita muda yang dia tahu mungkin merupakan cinta sejatinya. Sepertinya wanita itu sempurna baginya; Ia mencintai musik, anak-anak, dan Tuhan. Ia adalah seorang Kristen yang dinamis dengan karisma yang menarik orang-orang kepada imannya. Ira merasa Gloria juga sangat mencintainya. Sekalipun demikian, Ira telah menyatakan dengan sangat jelas akan kenyataan bahwa dirinya mungkin tidak dapat menikah lagi. Ira bahkan mendorong Gloria untuk menemukan lelaki lain.
Stanphill bertekad untuk melupakan Gloria dan memusatkan perhatian pada musiknya. Namun demikian, bayangan Gloria terus menyita pikirannya. Stanphill mulai memikirkan Gloria sedemikian sering, hingga dia ketakutan bahwa Gloria telah mengambil alih tempat Allah di hidupnya.
Lebih dari satu kali Stanphill mempertimbangkan untuk mengakhiri janji pernikahannya. Stanphill mulai hidup dengan rasa bersalah. Dia tidak dapat menerima jalan manapun. Hidupnya seperti tidak berpengharapan. Ketika dia tenggelam dalam depresi yang makin dalam, dia mulai menyenandungkan sebuah lagu. Dengan segera dia menyanyikan sebuah lagu tentang ketidaktahuannya akan masa depan, namun menyadari bahwa Tuhanlah yang berjalan bersamanya di setiap langkah.
Stanphill sangat tergerak dengan pemikiran bahwa Tuhan turut menjalani setiap langkah yang menyakitkan bersamanya, hingga ketika ia tiba di tempat kerjanya dia berlari ke piano dan dengan cepat menyelesaikan syair “I Know Who Holds Tomorrow.” Meskipun dia tidak mengerti apa penyebabnya, dia tiba-tiba merasa damai. Ia tahu bahwa ia dapat meneruskan pekerjaannya. Segalanya akan menjadi baik, karena Tuhan akan menyediakan segala kebutuhannya.
“I Know Who Holds Tomorrow” adalah satu dari banyak kesaksian iman besar yang pernah ditulis. Dalam kerangka lirik yang sangat sederhana, Ira Stanphill mengakui bahwa ia tidak mengerti mengapa hal-hal buruk terjadi pada orang baik, mengapa orang-orang Kristen berbuat salah, dan mengapa banyak orang harus menderita dalam hidupnya sehari-hari. Dan bahkan setelah mengakui bahwa banyak hal yang tidak ia ketahui, dengan sukacita ia menemukan satu kebenaran yang dapat ia yakini sungguh – ia tahu siapa yang memegang hari esok.
“I Know Who Holds Tomorrow” telah direkam berkali-kali. Lagu ini adalah satu dari banyak lagu rohani terkenal yang sering diputar di radio dan dinyanyikan di gereja. Yang membuat lagu ini menjadi begitu spesial bukan hanya karena pesan yang disampaikan di dalamnya, tapi juga karena apa yang terjadi dalam hidup Ira Stanphill setelah ia menuliskan lagu ini.
Ira tidak melanggar janji pernikahannya, ia tidak mengkompromikan imannya, ia tetap setia pada Firman-Nya dan hidup benar di hadapan Allah. Namun demikian, ia juga menikahi wanita yang dengan cintanya menantang komitmennya akan pelayanan Kristen.
Beberapa bulan setelah Ira menyelesaikan bait terakhir dari “I Know Who Holds Tomorrow”, isteri pertamanya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Segera setelah ia dan anak laki-lakinya mulai membangun hidup baru, Gloria masuk di hidupnya lagi. Beberapa bulan berikutnya, ketika mempelainya berjalan menuju altar gereja, Ira sungguh-sungguh mengerti bahwa Tuhan tidak hanya memegang hari esok tetapi juga memberi hadiah pada orang-orang yang kuat imannya, yang tidak jatuh pada godaan-godaan hari ini.
Ira Stanphill mungkin hanya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri tentang iman ketika ia menulis “I Know Who Holds Tomorrow.” Namun lima puluh tahun setelah itu, pesan pribadinya akan harapan dan pengabdian tetap lekang oleh waktu dan berbicara pada hati setiap orang Kristen.
|
Download KPRI 025 |
► Play KPRI 026 Tuntun Aku |
Lyric | History
VERSI 1
1
Tuntun aku Tuhan Allah, lewat gurun dunia.
Kau perkasa dan setia; bimbing aku yang lemah.
Roti sorga, Roti sorga, puaskanlah jiwaku,
puaskanlah jiwaku.
2
Buka sumber Air Hidup, penyembuhan jiwaku,
dan berjalanlah di muka dengan tiang awan-Mu.
Jurus'lamat, Jurus'lamat, Kau Perisai hidupku,
Kau Perisai hidupku!
3
Pada batas Sungai Yordan hapuskanlah takutku.
Ya Penumpas kuasa maut, tuntun aku serta-Mu.
Pujianku, pujianku bagi-Mu selamanya,
bagi-Mu selamanya.
VERSI 2
1
Guide me, O Thou great Jehovah,
Pilgrim through this barren land.
I am weak, but Thou art mighty;
Hold me with Thy powerful hand.
Bread of Heaven, Bread of Heaven,
Feed me till I want no more;
Feed me till I want no more.
2
Open now the crystal fountain,
Whence the healing stream doth flow;
Let the fire and cloudy pillar
Lead me all my journey through.
Strong Deliv’rer, strong Deliv’rer,
Be Thou still my Strength and Shield;
Be Thou still my Strength and Shield.
3
Lord, I trust Thy mighty power,
Wondrous are Thy works of old;
Thou deliver’st Thine from thralldom,
Who for naught themselves had sold:
Thou didst conquer, Thou didst conquer,
Sin, and Satan and the grave,
Sin, and Satan and the grave.
4
When I tread the verge of Jordan,
Bid my anxious fears subside;
Death of deaths, and hell’s Destruction,
Land me safe on Canaan’s side.
Songs of praises, songs of praises,
I will ever give to Thee;
I will ever give to Thee.
5
Musing on my habitation,
Musing on my heav’nly home,
Fills my soul with holy longings:
Come, my Jesus, quickly come;
Vanity is all I see;
Lord, I long to be with Thee!
Lord, I long to be with Thee!
Guide Me, O Thou Great Jehovah
Teks: William Williams, 1745, 1772
Musik: John Hughes, 1907
Tune: CWM RHONDDA
Firman Tuhan: Mazmur 31:3 Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama- Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.
Latar Belakang:
Selama berabad-abad lamanya, orang Wales sudah dikenal sebagai penyanyi-penyanyi yang paling antusias di seluruh dunia. Sejak hari-hari keluarga Druids, Wales sudah menjadi tanah tempat bertumbuhnya lagu. Hingga hari ini, mereka masih mengadakan International Eisteddfodd (sebuah festival bernyanyi) di Llangollen. Himne ini adalah hasil warisan dari tradisi musikal yang sangat baik.
Selama awal abad kedelapan belas, seorang pengkotbah dari Wales, Howell Harris, menggetarkan Wales dengan kotbah yang Injili dan nyanyian jemaatnya. Di Inggris, Wesley bersaudara dan George Whitefield mengadakan kebangunan rohani yang sama dengan kotbah-kotbah di lapangan terbuka. Salah satu jiwa yang tersentuh oleh kotbah Harris adalah William Williams. Sebelumnya Williams sedang mempersiapkan diri untuk berkecimpung ke dalam profesi medis, tetapi setelah mendengar kotbah Harris, Williams muda mempersembahkan hati dan hidupnya kepada Tuhan dan memutuskan untuk masuk ke dalam pelayanan. Ia melayani di dua wilayah terpisah di dalam Gereja Anglikan untuk satu waktu lamanya, tetapi ia tidak pernah merasa damai berada di dalam gereja yang sudah berdiri kokoh dan bersifat ritual semata itu. Seperti Harris, ia memutuskan untuk menganggap seluruh Wales sebagai wilayah pelayanannya dan selama empat puluh tiga tahun berikutnya ia menempuh perjalanan hampir sejauh 100.000 mil (160.000 km) dengan menunggang kuda, sambil berkotbah dan menyanyikan Injil di dalam bahasa ibunya sendiri. Meskipun ia mengalami banyak penderitaan, ia dikenal akrab sebagai “penyanyi bersuara merdu dari Wales.” Di seluruh dataran Wales, ia dihormati sebagai seorang pengkotbah yang persuasif, meskipun ada yang mengatakan bahwa sumber pengaruhnya adalah himne-himnenya. Ia menulis kurang lebih 800 himne, semuanya dalam Bahasa Wales. Seorang himnologis berkata, “Sebagaimana Isaac Watts bagi orang Inggris, seperti itulah, dan malah lebih lagi, himne-himne William Williams bagi orang Wales.” Sayangnya, kebanyakan himne Williams masih belum diterjemahkan, dan inilah satu-satunya himne yang membuatnya dikenal luas hari ini.
“Guide Me, O Thou Great Jehovah” pertama kali muncul di sebuah buku kumpulan himne yang diterbitkan oleh Williams di Bristol, Inggris, pada tahun 1745. Pada mulanya himne ini terdiri dari lima bait dengan enam baris dalam setiap baitnya dan diberi judul “Strength to Pass Through the Wilderness.” (Kekuatan untuk melewati padang gurun). Pada tahun 1771, sebuah buku himne lain diterbitkan oleh Peter Williams (ia tidak memiliki relasi apa-apa dengan William Williams). Di dalamnya Peter Williams menerjemahkan bait ke-1, ke-3, dan ke-5 ke dalam Bahasa Inggris. Satu tahun berikutnya, pengarang aslinya, William Williams, atau kemungkinan anak laki-lakinya, yaitu John, membuat versi Bahasa Inggris yang lainnya dengan menggunakan bait pertama dari Peter Williams, kemudian menerjemahkan bait ketiga dan keempat dari himne orisinalnya dan menambahkan sebuah bait yang baru. Kebanyakan buku himne sekarang hanya menggunakan tiga bait dari keseluruhan bait yang sudah diterjemahkan ini.
Perumpamaan dalam himne ini diambil seluruhnya dari Alkitab. Himne ini membandingkan perjalanan Israel selama empatpuluh tahun ke tanah perjanjian dengan kehidupan seorang Kristen sebagai “pilgrim through this barren land” (perjalanan ziarah melalui tanah tandus ini). Perhatikan frase-frase simbolis yang digunakan di seluruh lirik lagu ini: “bread of heaven” (roti sorga/manna), “crystal fountain” (air mancur) (1 Korintus 10:3-4), “fire and cloudy pillar” (tiang api dan awan), “verge of Jordan” (tepi Yordan), “Canaan’s Side” (Sisi Kanaan).
Tune untuk teks lagu ini ditulis pada tahun 1907 oleh John Hughes, seorang komposer Wales ternama yang karya-karyanya mencakup sejumlah mars (march) sekolah minggu, lagu-lagu gereja, dan tunetune untuk himne. Tune ini ditulis khususnya untuk festival bernyanyi tahunan yang disebut Baptist Cymnfa Ganu di Capel Rhondda, Pontypridd, Wales, dan dicetak di selebaran-selebaran untuk acara tersebut. Gabungan teks dan tune ini masih merupakan salah satu yang paling populer dan digunakan dengan luas di Wales. Tidaklah aneh bahkan sampai hari ini jika ada sekelompok orang di dalam sebuah acara publik tertentu seperti pertandingan rugby untuk dengan spontan menyanyikan himne ini. Teks dengan simbol-simbol yang kuat dan tune yang energetik mempunyai daya tarik universal, terbukti dengan fakta bahwa himne ini sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari tujuh puluh lima bahasa.
|
Download KPRI 026 |
► Play KPRI 027 Be Strong In The Lord |
Lyric
1
Be strong in the Lord, and be of good courage;
Your mighty Defender is always the same.
Mount up with wings, as the eagle ascending;
Vict’ry is sure when you call on His name.
Reff:
Be strong, be strong, be strong in the Lord;
And be of good courage, for He is your guide.
Be strong, be strong, be strong in the Lord;
And rejoice for the vict’ry is yours.
2
So put on the armour the Lord has provided;
And place your defense in His unfailing care.
Trust Him, for He will be with you in battle,
Lighting your path to avoid every snare.
3
Be strong in the Lord, and be of good courage;
Your mighty commander will vanquish the foe.
Fear not the battle, for the victory is always His;
He will protect you wherever you go.
|
Download KPRI 027 |
► Play KPRI 028 Ku Tahu Siapa Yang Kupercaya |
Lyric | History
VERSI 1
1
Ku tak mengerti anug’rah Tuhan yang diperbuat-Nya bagiku.
Tak layak ku t’rima kasih Kristus tebusku jadi milik-Nya.
Reff:
Namun ini yang kupercaya bahwa Dia dapat memelihara
apa yang t’lah kuserahkan waktu aku percaya.
2
Betapa heran aku dapatkan iman yang meny’lamatkanku
Dan percaya kepada Firman-Nya beroleh damai di hati.
3
Ku tak mengerti kuasa Roh Kudus mengubah orang berdosa.
Meyakinkan tentang Tuhan Yesus menjelma jadi manusia.
VERSI 2
1
I know not why God’s wondrous grace To me He hath made known,
Nor why, unworthy, Christ in love Redeemed me for His own.
Reff:
But I know whom I have believed, And am persuaded that He is able
To keep that which I’ve committed Unto Him against that day.
2
I know not how this saving faith To me He did impart,
Nor how believing in His Word Wrought peace within my heart.
3
I know not how the Spirit moves, Convincing men of sin,
Revealing Jesus through the Word, Creating faith in Him.
4
I know not when my Lord may come, At night or noonday fair,
Nor if I walk the vale with Him, Or meet Him in the air.
I Know Whom I Have Believed
Teks: Daniel W. Whittle, 1883
Musik: James McGranahan, 1883
Tune: EL NATHAN
Latar Belakang:
Daniel Webster Whittle dilahirkan pada tahun 1840 di negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat. Ia mulai membangun kariernya di bidang keuangan pada usia dua puluhan, tetapi rencananya itu terhenti ketika terjadinya perang saudara di Amerika Serikat. Pada saat itu tidak ada pilihan bagi kebanyakan kaum pria sebayanya, Daniel W. Whittle masuk tentara.
Suatu pertempuran sengit di tahun 1863, mengakibatkannya mengalami luka berat, lengan kanannya harus dipotong dan akhirnya ia pun ditangkap dan menjadi tahanan perang.
Dalam kesakitan dan kesedihan di selnya yang sepi, ia mulai membuka dan membaca sebuah Kitab Suci Perjanjian Baru yang diberikan oleh ibunya pada saat ia masuk menjadi tentara. Pada saat itulah keyakinan dan kepercayaan akan Yesus sebagai Juru Selamat telah memberikan penghiburan, kekuatan dan pengharapan. Walau ia tidak sepenuhnya mengerti penderitaan atas cacat tubuhnya, ia meminta Tuhan memberikan iman kepadanya untuk menjalani dan mempercayakan sisa hidupnya kepada Tuhan Yesus.
Terjadinya pertukaran tahanan, membuat Daniel W. Whittle pun kembali aktif sebagai tentara. Ia bergabung dengan jenderal perserikatan, William Sherman, dalam barisan menuju Georgia. Sebelum perang usai di tahun 1865, ia telah mencapai pangkat mayor dan sejak saat itu ia dikenal sebagai Mayor Whittle.
Ia lalu kembali ke Chicago, bekerja sebagai bendahara di perusahaan arloji besar, Elgin Watch Company. Pada tahun 1873, atas dorongan yang diberikan oleh D. L. Moody, mayor ini meninggalkan posisinya yang sukses itu untuk menjadi seorang penginjil. Secara musikalitas, ia dibantu dengan keterampilan P. P. Bliss dan kemudian James McGranahan. Banyak himne karya Whittle yang memuat nama samaran ”El Nathan,” termasuk juga himne berjudul ”I Know Whom I Believed” ini, yang dihasilkan pada tahun 1883.
James McGranahan mengecap pendidikan formal yang terbatas, tetapi pada usia sembilanbelas tahun ia telah mengajar sekolah-sekolah musik di sepanjang wilayah Timur. Ia terkenal karena keindahan suara tenornya dan kepribadiannya yang berwibawa. Setelah Bliss meninggal pada tahun 1877, McGranahan menjadi pemimpin musik (music director) bagi KKR penginjilan Mayor Whittle di Inggris dan Amerika Utara. McGranahan adalah seorang pelopor dalam pembentukkan paduan suara pria. Ia bekerja sama dengan Ira Sankey dan musikus-musikus lainnya dalam banyak terbitan lagu rohani. Selain membuat musik untuk teks-teks karya Mayor Whittle, McGranahan juga menggubah musik untuk banyak lagu rohani lainnya, seperti: “My Redeemer,” “Christ Returneth,” “Christ Receiveth Sinful Men,” “Verily, I Say unto You,” dan “Go Ye into All the World”.
|
Download KPRI 028 |
► Play KPRI 029 Jaminan Mulia |
Lyric | History
VERSI 1
1
Sungguh dan pasti jaminan Hu,
Yesus milikku selamanya.
Ku mendapatkan ke’slamatan,
lahir baru oleh Roh Kudus.
Reff:
Setiap hari kumasyurkan,
memuji Yesus Penebusku.
Setiap hari kumasyurkan,
memuji Yesus Penebusku
2
Aku menyerah kepada-Nya,
kini merasa sukacita.
Malaikat datang mewartakan
anugerah dan kasih Tuhan.
3
Kar’na serahkan segala-Nya
‘ku memperoleh kelegaan.
Dalam Penebus tersedia,
Berkat bahagia dan berlimpah.
VERSI 2
1
Blessed assurance, Jesus is mine!
O what a foretaste of glory divine!
Heir of salvation, purchase of God,
Born of His Spirit, washed in His blood.
Reff:
This is my story, this is my song,
Praising my Savior, all the day long;
This is my story, this is my song,
Praising my Savior, all the day long.
2
Perfect submission, perfect delight,
Visions of rapture now burst on my sight;
Angels descending bring from above;
Echoes of mercy, whispers of love.
3
Perfect submission, all is at rest;
I in my Savior am happy and blest,
Watching and waiting, looking above,
Filled with His goodness, lost in His love.
Blessed Assurance
Teks: Fanny J. Crosby, 1873
Musik: Phoebe P. Knapp, 1873
Tune: ASSURANCE
Latar Belakang:
Frances Jane Crosby, lahir tanggal 24 Maret, 1820 di New York, Amerika Serikat. Sesuai dengan kebiasaan yang ada di daerahnya, ia dipanggil dengan nama panggilan “Fanny”. Ia kehilangan penglihatannya pada usia 4 minggu (ada buku lain yang menulis 6 minggu) akibat kesalahan perawatan pada waktu ia sedang sakit. Kesedihan yang lain adalah meninggalnya ayah Fanny pada waktu dia berusia 1 tahun. Pada usia 5 tahun, tetangga-tetangganya mengumpulkan uang untuk mengirimkan dia ke seorang dokter ahli mata. Tapi dokter mata ternama itupun tidak dapat berbuat apa-apa.
Walau penglihatannya tidak ada, namun telinga dan pikirannya tajam sekali. Pada usia 5 tahun ia sudah dapat menulis syair. Pada usia 10 tahun, Fanny sudah dapat menghafalkan ke-5 kitab pertama Perjanjian Lama dan ke-4 kitab Perjanjian Baru!
Pada usia lima belas ia masuk New York Institution untuk orang buta, yang memberikan pendidikan yang baik sekali padanya. Kemudian ia menjadi guru di sana pada usia 25 dan sangat ahli dalam Bahasa Inggris, sejarah Amerika dan sejarah Romawi. Ia banyak menulis kata-kata untuk lagu-lagu guru musik dalam institut tersebut.
Diperkirakan Fanny Crosby menulis lebih dari 8.000 teks lagu rohani sepanjang hidupnya. Himnehimnenya dahulu hingga sekarang lebih sering dinyanyikan dibandingkan dengan himne-himne karya penulis lainnya. Banyak himne kesukaannya menjadi bagian penting dalam pujian penginjilan pada abad yang lalu.
Sangatlah mengagumkan bahwa ada seseorang, terutama seorang yang buta, dapat banyak menulis mengenai kebenaran-kebenaran rohani dan pengalaman-pengalaman. Dalam sebuah periode hidupnya, di bawah kontrak dengan sebuah penerbit musik, ia menulis tiga himne baru setiap minggunya. Ia menggunakan lebih dari 200 nama samaran selain namanya sendiri. Banyak teks aslinya masih sedang dibongkar dan tidak diragukan akan diterbitkan dalam waktu dekat ini. Seringkali tema bagi himnenya disarankan oleh para pendeta yang mengunjunginya, yang berharap mendapatkan sebuah lagu baru mengenai sebuah subyek tertentu. Di lain waktu, teman-teman musikus mengkomposisi musiknya terlebih dahulu lalu meminta Fanny untuk menuliskan kata-katanya.
Itulah yang terjadi dalam himne “Blessed Assurance”. Ketika Fanny berusia 53 tahun, seorang wanita bernama Phoebe Palmer Knapp, yang dikenal juga dengan nama Ny. Joseph Knapp, seorang musikus amatir, anak dari seorang penginjil Methodist terkemuka, dan seorang teman dekat Fanny, mengunjungi rumahnya di New York. Phoebe yang dari kecil sudah berbakat musik, memainkan melodi ini kepada
Fanny beberapa kali. Kemudian ia bertanya, “Apa yang musik ini katakan?” Setelah berlutut berdoa, sembari menggenggam Alkitab kecilnya, Fanny berdiri dengan muka bersinar dan segera menjawab, “Musik itu berkata ‘Blessed Assurance, Jesus is Mine.’” Fanny kemudian mendiktekan kata-kata untuk musik ini, ke tiga baitnya, maka lahirlah sebuah lagu baru lagi karya Fanny Crosby. Hingga hari ini hati kita terinspirasi dan rohani kita diangkat ketika kita menyanyikan kesaksian musikal ini bersama-sama.
Ny. Knapp menerbitkan lebih dari 500 lagu rohaninya sendiri, termasuk sebuah lagu yang terkenal, “Open the Gates of the Temple.”
Fanny Crosby meninggal pada usia sembilanpuluh lima tahun. Terukir di atas batu nisannya di Bridgeport, Connecticut, kata-kata penting yang Tuhan kita kemukakan tentang Maria, saudara perempuan Lazarus, setelah ia mengurapi-Nya dengan minyak narwastu,
Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. (Markus 14:8)
Himne lain karangan Fanny J. Crosby, antara lain: “All the Way My Savior Leads Me” (Sepanjang Jalan Tuhan Pimpin, KPRI no. 30), “My Savior First of All,” “Rescue the Perishing,” dan “Saved by Grace”.
|
Download KPRI 029 |
► Play KPRI 030 Sepanjang Jalan Tuhan Pimpin |
Lyric | History
VERSI 1
1
S’panjang jalan Tuhan pimpin itu cukup bagiku.
Rahmat-Nya selalu serta dan melindungi daku.
Penghiburan dari surga jika Tuhan sertaku.
Kar’na tentulah semua diperbuat-Nya baik itu.
Kar’na tentulah semua diperbuat-Nya baik itu.
2
S’panjang jalan Tuhan pimpin meski jalanku tak s’nang.
Dibri rahmat dalam ujian roti hidup tak kurang.
Meski ku m’rasa haus penat dan jiwa menanggung b’rat.
Dari batu air memancar terbitlah kegirangan.
Dari batu air memancar terbitlah kegirangan.
3
S’panjang jalan Tuhan pimpin kasih-Nya amat penuh.
Dijanjikan perhentian yang indah amat teguh.
Bila Yesus Kristus datang, k’muliaan-Nya ku pandang.
S’lamanya ku mau bersorak, “Yesus pimpin jalanku.”
S’lamanya ku mau bersorak, “Yesus pimpin jalanku.”
VERSI 2
1
All the way my Savior leads me
What have I to ask beside?
Can I doubt His tender mercy,
Who through life has been my Guide?
Heav’nly peace, divinest comfort,
Here by faith in Him to dwell!
For I know, whate’er befall me,
Jesus doeth all things well;
For I know, whate’er befall me,
Jesus doeth all things well.
2
All the way my Savior leads me
Cheers each winding path I tread;
Gives me grace for every trial,
Feeds me with the living Bread.
Though my weary steps may falter
And my soul a thirst may be,
Gushing from the Rock before me,
Lo! A spring of joy I see;
Gushing from the Rock before me,
Lo! A spring of joy I see.
3
All the way my Savior leads me
O the fullness of His love!
Perfect rest to me is promised
In my Father’s house above.
When my spirit, clothed immortal,
Wings its flight to realms of day
This my song through endless ages;
Jesus led me all the way;
This my song through endless ages;
Jesus led me all the way.
All the Way My Savior Leads Me
Teks: Fanny J. Crosby, 1875
Musik: Robert Lowry, 1875
Tune: ALL THE WAY
Firman Tuhan: Mazmur 37:23 TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya.
Latar Belakang:
Himne rohani yang sangat dicintai ini adalah ungkapan syukur kepada Tuhan setelah sebuah doa dijawab-Nya dengan langsung. Dikisahkan bahwa suatu hari Fanny Crosby sangat memerlukan lima dollar dan tidak tahu ke mana ia dapat mendapatkan uang tersebut. Sesuai dengan kebiasaannya, dia mulai berdoa untuk masalah ini. Beberapa menit kemudian seorang tak dikenal muncul di pintu rumahnya dengan membawa uang persis sebanyak yang diperlukan olehnya. “Saya tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi,” tulisnya, “kecuali bahwa Tuhan, karena ingin menjawab doa saya, bekerja di dalam hati orang itu untuk membawa uang itu ke sini. Yang pertama terpikirkan oleh saya adalah, betapa luar biasanya cara Tuhan memimpin hidup saya. Saya langsung menuliskan puisinya dan Dr. Lowry menjadikannya sebuah lagu.” Himne ini pertama kali muncul di sebuah koleksi sekolah minggu, Brightest and Best, yang dikumpulkan oleh William H. Doane dan Robert Lowry pada tahun 1875.
Fanny Jane Crosby dilahirkan dari sepasang orangtua sederhana di Southeast, New York, pada tanggal 24 Maret 1823. Ia menjadi buta pada umur enam minggu karena kesalahan medis. Sepanjang hidupnya ia adalah seorang jemaat yang setia di Gereja Episkopal Methodist St. John, New York. Dia menempuh pendidikan di Sekolah Tuna Netra New York. Dari tahun 1847 hingga 1858 ia melayani sebagai seorang guru di sekolah ini. Pada tahun 1858, ia menikahi seorang musikus buta, Alexander Van Alstyne, seorang guru musik yang dihormati di institusi bagi tuna netra tersebut. Syair-syair awal Fanny Crosby
bersifat sekuler. Salah satu lagunya yang populer, “Rosalie, the Prairie Flower,” (Rosalie, si Bunga Padang) menghasilkan royalti hampir sebesar tiga ribu dolar, sebuah jumlah yang cukup besar pada saat itu.
Melalui pengaruh seorang pemusik gereja yang terkenal, W. B. Bradbury, dia mulai dengan serius menulis lirik lagu rohani pada usianya yang di awal 40-an dan menjadi “makhluk hidup paling berbahagia di semua benua.” Dikatakan bahwa Fanny Crosby tidak pernah menulis sebuah teks lagu tanpa sebelumnya berlutut dan berdoa dulu untuk meminta pimpinan Tuhan. Ia juga punya ciri khas selalu membawa sebuah bendera kecil Amerika bersama dengan Alkitabnya. Sepanjang karirnya, melalui tulisannya ia berhubungan dengan musikus rohani terkemuka pada zamannya seperti Ira D. Sankey, Wm. H. Doane, John Sweney, George Stebbins, George Root, William Kirkpatrick, dan lainnya.
Himne-himne Fanny Crosby yang lainnya adalah “Blessed Assurance” (Jaminan Mulia, KPRI no. 29), “My Savior First of All”, “Rescue the Perishing”, “Saved by Grace”. Robert Lowry dilahirkan pada tanggal 12 Maret 1826, di Philadelphia, Pennsylvania. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pengkotbah yang brilian dan pastor dari sejumlah gereja Baptist terkemuka di seluruh bagian Timur. Musik dan himnologi adalah bidang studi kesukaannya, tapi hanya sekedar sambilan baginya. Beberapa saat kemudian, setelah kematian William Bradbury, Lowry dipilih sebagai editor musik di Biglow Publishing Company. Dikatakan bahwa kualitas penerbitan yang dia lakukan sangat banyak memacu bertumbuhnya musik rohani di Amerika pada pertengahan menuju akhir abad 19.
Robert Lowry juga bersumbangsih menghasilkan lagu-lagu favorit seperti “Christ Arose” (Kristus Bangkit, KPRI no. 62) dan “I Need Thee Every Hour” (Ya Tuhan Tiap Jam, KPRI no. 116).
|
Download KPRI 030 |
► Play KPRI 031 Seek Ye First |
Lyric | History
1
Seek ye first the kingdom of God,
And His righteousness,
And all these things shall be added unto you,
Allelu, alleluia!
2
Ask and it shall be given unto you,
Seek and ye shall find,
Knock and the door shall be opened unto you
Allelu, alleluia!
Seek Ye First
Teks: Karen Lafferty
Musik: Karen Lafferty
Tune: LAFFERTY
Firman Tuhan: Mazmur 37:23 TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya.
Latar Belakang:
1971, musim gugur, Karen Lafferty ikut pelajaran alkitab di Calvary Chapel in Costa Mesa, California. Belum lama ia menolak pekerjaan sebagai entertainer, sebab ia merasa Tuhan telah memanggilnya agar menggunakan talenta musik untuk ministri. Tentu saja penghasilannya menurun, dan ia bertanyatanya apakah ia telah membuat keputusan yang benar.
Fokus dari Matius 6:33 ‘Carilah Kerajaan Allah serta kebenarannya’ terus menjadi suatu pertanyaan baginya sampai ia pulang ke rumah. Sore hari itu ia mencoba untuk menggubah musik dengan suatu keyakinan bahwa keputusannya adalah benar.
Lagu ini mudah dinyanyikan dan berciri lagu tradisi tua , dan sekarang telah diterima sebagai lagu “baru” di Amerika.
Sehabis penerbitan di Praise 1 pada 1971, maka stanza Kitab Suci ditambahkan:
Verse 1 - Matius 7:7 “mintalah maka semua akan diberikan kepadamu”
Verse 2 - Matius 4:4 ”kita tidak hidup dengan roti saja”
Verse 4 - Matius 11:28 ”Datanglah kepada-Ku, dan Aku akan memberi sentosa kepadamu”
Pada penerbitan pertama, Seek Ye First adalah nama musiknya, dan kemudian namanya diganti dengan Lafferty.
Lafferty lahir di alamorgodo , New Mexico , dan lulus musik dari Universitas New Mexico Timur, Portales. Ia melayani gereja Costa Mesa dari 1971- 1981 dan bergabung dnegan Maranatha musik. Kemudian menjadi penerbit dari musik Kristen. Ia tinggal di Amsterdam sejak 1981 untuk pekerjaan misionari.
|
Download KPRI 031 |
► Play KPRI 032 Bapa Surgawi Mem'liharaku |
Lyric
VERSI 1
1
Kepada Allah aku berharap,
di darat atau di laut yang gelap.
Setiap saat waktu penat
Reff:
Bapa Surgawi mem’liharaku.
Aku berharap pada Tuhanku.
Di ngarai atau dalam laut mend’ru,
ku tak gentar, Dia tak ingkar.
Bapa Surgawi mem’liharaku.
2
Bunga di padang dip’lihara-Nya,
burung di langit pun dibimbing-Nya.
Sudah tentu termasukku
Bapa Surgawi mem’liharaku.
3
Walaupun jalanku jadi gelap,
Jurus’lamatku tak pernah lelap.
Dipimpin-Nya aku pulang
Bapa Surgawi mem’liharaku.
VERSI 2
1
I trust in God where ever I may be
Upon the land or on the rolling sea
For come what may from day to day
My Heavenly Father watches over me.
Reff:
I trust in God I know He cares for me
On mountain bleak or on the rolling sea
The billows roll He keeps my soul
My Heavenly Father watches over me.
2
He makes the road an object of His care
He guides the eagle through the pathless air
And surely He remembers me
My heav'nly Father watches over me.
3
The valley may be dark, the shadows deep
But on the shepherd guards His lonely sheep
And through the gloom He leads me home
My Heavenly Father watches over me.
|
Download KPRI 032 |
► Play KPRI 033 Malam Kudus |
Lyric | History
VERSI 1
1
Malam Kudus, sunyi senyap, dunia terlelap
Hanya dua berjaga terus; ayah bunda mesra dan kudus
Anak tidur tenang, Anak tidur tenang.
2
Malam Kudus, sunyi senyap, Kabar Baik menggegap.
Bala sorga menyanyikannya, kaum gembala menyaksikannya.
“Lahir Raja Syalom, Lahir Raja Shalom.”
3
Malam Kudus, sunyi senyap, Kurnia dan berkat.
Tercermin bagi kami terus di wajah-Mu, ya Anak Kudus
Cinta kasih kekal, cinta kasih kekal.
VERSI 2
1
Silent night, holy night,
All is calm, all is bright
Round yon virgin mother and Child.
Holy Infant, so tender and mild,
Sleep in heavenly peace,
Sleep in heavenly peace.
2
Silent night, holy night,
Shepherds quake at the sight;
Glories stream from heaven afar,
Heavenly hosts sing Alleluia!
Christ the Savior is born,
Christ the Savior is born!
3
Silent night, holy night,
Son of God, love's pure light;
Radiant beams from thy holy face
With the dawn of redeeming grace,
Jesus, Lord, at Thy birth,
Jesus, Lord, at Thy birth.
4
Silent night, holy night,
Wondrous star, lend thy light;
With the angels let us sing,
Alleluia to our King;
Christ the Savior is born,
Christ the Savior is born!
Silent Night, Holy Night
Teks: Karen Lafferty
Musik: Karen Lafferty
Tune: LAFFERTY
Firman Tuhan: Mazmur 37:23 TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya.
Latar Belakang:
Joseph Mohr dilahirkan di kota Salzburg yang indah, di Austria, pada tahun 1792. Sebagai seorang anak laki-laki, ia menjadi anggota koor yang aktif di Katedral Salzburg. Pada 1815, Mohr ditahbiskan ke dalam keimaman Gereja Roma Katolik. Setelah pentahbisannya, ia melayani di beberapa wilayah di Salzburg. Ketika sedang melayani sebagai seorang asisten imam pada tahun 1818, dalam sebuah gereja baru, St. Nicholas di Obernorf, di wilayah Tyrol, pada ketinggian Pegunungan Alps yang indah, Mohr menulis teks untuk lagu Natal yang paling favorit di antara semua nyanyian Natal yang ada.
Pastur Mohr dan Franz Grüber, kepala sekolah desa dan organis gereja, sudah sering berbicara tentang fakta bahwa himne Natal yang sempurna belum pernah ditulis. Dengan target ini di kepala, dan setelah ia menerima berita bahwa organ di gerejanya sendiri tidak dapat berfungsi, Pastur Mohr memutuskan untuk menulis himnenya sendiri, segera, supaya mereka mempunyai musik untuk Misa Malam Natal dan jemaatnya yang setia tidak kecewa. Setelah menyelesaikan teks itu, ia membawa tulisannya kepada Franz Grüber, yang berseru ketika ia melihat kata-kata itu, “Temanku Mohr, kau sudah menemukannya – lagu yang tepat – terpujilah Allah.”
Grüber segera menyelesaikan tugasnya, yaitu menuliskan tune yang tepat bagi teks baru ini. Musiknya yang sederhana dan indah menyatu sempurna dengan semangat kata-kata Pastur Mohr. Himne ini diselesaikan tepat waktu untuk Misa Malam Natal, dan Pastur Mohr bersama Franz Grüber menyanyikannya, diiringi gitar Grüber. Himne ini memberikan pengaruh yang besar kepada jemaat, bahkan sampai pada generasi-generasi berikutnya. Berlalunya waktu nampaknya hanya menambah daya tarik lagu ini.
Baik Mohr maupun Grüber tidak bermaksud supaya himne mereka digunakan di luar wilayah desa kecil mereka di pegunungan. Namun, dilaporkan bahwa beberapa hari setelah Misa Malam Natal, petugas reparasi organ, Karl Maurachen dari Zillerthal, seorang pembuat organ terkenal di area itu, datang ke gereja dan mendapatkan sebuah salinan dari himne baru tersebut. Melaluinya, nyanyian itu tersebar ke semua wilayah Tyrol, dan lagu itu pun menjadi terkenal sebagai lagu rakyat Tyrol. Berbagai grup seperti Strasser Children’s Quartet yang terkenal itu segera mulai menggunakan himne ini dalam konser mereka di seluruh Austria dan Jerman. Pada tahun 1838, lagu ini pertama kali muncul di sebuah buku himne Jerman, dengan diberi judul “himne yang tidak diketahui asal usulnya.” Lagu ini pertama kali diperdengarkan di Amerika pada 1839 ketika sebuah keluarga dari Tyroalena Singers, Rainers, menggunakan musik itu selama tur konser mereka. Dengan cepat lagu ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lainnya. Paling tidak terdapat delapan versi terjemahan Inggris yang diketahui sekarang. Nyanyian ini sekarang dinyanyikan di dalam semua bahasa utama dunia dan adalah favorit universal di mana pun lagu-lagu Natal dinyanyikan.
Terjemahan John F. Young ini adalah versi yang paling banyak digunakan di Amerika. Young dilahirkan di Pittston, Kennebec County, Maryland, pada tanggal 30 Oktober 1820. Ia ditahbiskan ke dalam Gereja Episkopal dan melayani selama beberapa tahun sebagai bishop di negara bagian Florida. Selama pelayanannya di gereja, ia sangat tertarik pada musik sakral. Terjemahan dari teks Jerman Mohr ini pertama kali muncul pada 1863 di Service and Tune Book yang disusun oleh Clark Hoolister. Selain terjemahan teks ini, Young juga dikenal sebagai editor dari dua buku himne yang sudah diterbitkan, Hymns and Music for the Young, di tahun 1861, dan Great Hymns of the Church, diterbitkan setelah kematiannya oleh John Henry Hopkins, di tahun 1887.
|
Download KPRI 033 |
► Play KPRI 034 Dunia Gemar Dan Soraklah |
Lyric | History
VERSI 1
1
Dunia gemar dan soraklah, Penebus datanglah.
B'ri hatimu kepada-Nya, s'kalian nyanyilah.
S'kalian nyanyilah, s'kalian nyanyilah
S'kalian orang bernyanyilah.
2
Dunia gemar dan soraklah, Rajawi lahirlah.
Seg’nap alam dan makhluk-Nya, sembahkan pujian.
Sembahkan pujian, sembahkan pujian.
Sembahkan, sembahkan pujian.
3
Yesus yang p'rintahkan dunia, dengan anug’rah-Nya.
Ternyata kuasa yang mulia, ajaibpun kasih-Nya
Ajaibpun kasih-Nya, ajaibpun kasih-Nya
Ajaib, ajaibpun kasih-Nya
VERSI 2
1
Joy to the world, the Lord is come!
Let earth receive her King;
Let every heart prepare Him room,
And Heaven and nature sing,
And Heaven and nature sing,
And Heaven, and Heaven, and nature sing.
2
Joy to the earth, the Savior reigns!
Let men their songs employ;
While fields and floods, rocks, hills and plains
Repeat the sounding joy,
Repeat the sounding joy,
Repeat, repeat, the sounding joy.
3
No more let sins and sorrows grow,
Nor thorns infest the ground;
He comes to make His blessings flow
Far as the curse is found,
Far as the curse is found,
Far as, far as, the curse is found.
4
He rules the world with truth and grace,
And makes the nations prove
The glories of His righteousness,
And wonders of His love,
And wonders of His love,
And wonders, wonders, of His love.
Joy to the World
Teks: Isaac Watts, 1719
Musik: George F. Handel, 1742
Tune: ANTIOCH
Firman Tuhan: Lukas 2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.
Latar Belakang:
Sukacita adalah kata kunci bagi seluruh masa Adven, khususnya bagi umat Kristen yang menyadari makna spiritualnya - Allah sendiri datang ke dalam dunia dan menyediakan cara agar manusia yang berdosa dapat hidup kekal selamanya. Teks ini pada umumnya dianggap sebagai salah satu himne Natal yang paling sukacita yang ada, bukan dalam arti membuat gembira, tetapi memiliki kesadaran yang dalam dan sungguh-sungguh akan apa arti dari kelahiran Kristus bagi umat manusia.
Himne adven ini adalah salah satu himne karya Isaac Watts yang terdapat dalam himnalnya yang terkenal Psalms of David Imitated in the Language of the New Testament, yang terbit tahun 1719. Merupakan kesungguhan Isaac Watts dalam menulis kumpulan ini untuk memberi Mazmur sebuah arti dan gaya Perjanjian Baru. Hal ini ia lakukan, dalam kumpulan di tahun 1719 tersebut, dengan menafsirkan seluruh ayat dari 150 Mazmur, dengan pengecualian duabelas bait yang ia rasa tidak cocok bagi tujuan ini. “Joy to the World” adalah parafrase dari ayat-ayat ini yang diambil dari bagian akhir kedua dari Mazmur 98:4, 7-9 yang berbunyi:
Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.
Mazmur 98 adalah sebuah lagu sukacita mengenai cara-cara Tuhan yang menakjubkan untuk melindungi dan memulihkan umat pilihan-Nya. Mazmur tersebut mengharapkan saat dimana Yehova akan menjadi Tuhan bagi seluruh bumi dan hukum Israel akan diterima oleh segala bangsa. Akan tetapi, Watts telah memberikan bait ini sebuah parafrase yang menyegarkan - sebuah pernyataan pujian Perjanjian Baru akan keselamatan yang dimulai ketika Tuhan berinkarnasi sebagai seorang bayi di Betlehem untuk mengenyahkan kutuk karena kejatuhan Adam. Isaac Watts awalnya memberi judul teksnya ini “The Messiah’s Coming and Kingdom” - “Kedatangan Mesias dan Kerajaan-Nya.”
Sejak kecil, Isaac Watts menunjukkan kejeniusannya dalam bidang literatur dan kecakapan belajar. Pada usia lima tahun, ia belajar Bahasa Latin; sembilan tahun, Yunani; sebelas tahun, Perancis; dan tigabelas tahun, Ibrani. Selain menulis himne, Watts dikenal juga sebagai seorang pelajar teologia dan filsafat yang sangat rajin, dan, sepanjang hidupnya, ia menulis banyak volume penting yang memberikan pengaruh yang berkuasa atas pemikiran Inggris, selama akhir abad ketujuhbelas dan awal abad kedelapanbelas.
Ketika Watts masih remaja, ia sangat tidak puas pada mutu menyanyikan Mazmur yang menyedihkan dalam gereja-gereja pada masanya itu. Satu hari Minggu setelah pulang dari sebuah ibadah yang menyanyikan Mazmur seperti itu dan membuatnya sangat memperhatikan dan kristis akan nyanyian jemaat, Isaac muda ditantang oleh ayahnya dengan kata-kata, “Jadi, anak muda, mengapa kau tidak memberikan kami sesuatu yang lebih baik untuk dinyanyikan?”
Watts, yang saat itu berusia delapanbelas tahun, menerima tantangan ayahnya itu. Hari Minggu berikutnya ia menghasilkan himne pertamanya, yang disambut jemaat dengan semangat. Selama dua tahun selanjutnya, Watts muda menulis teks himne baru bagi jemaat setiap Minggu. Ia menerbitkan sebuah kumpulan yang terdiri dari 210 himne ini, di tahun 1707, dalam sebuah buku berjudul Hymns and Spiritual Songs. Kumpulan tahun 1707 ini dan kemudian himnal di tahun 1719 mewakili monumen penting dalam pengembangan himnodi Inggris. Kedua terbitan itu merupakan himnal sebenarnya yang pertama dalam Bahasa Inggris.
Keseluruhannya, Isaac Watts menulis kira-kira 600 himne sepanjang hidupnya. Dia patut disebut sebagai “Bapak Himnodi Inggris” karena keberaniannya meninggalkan irama Mazmur tradisional dan menggunakan “himne-himne ketenangan manusia” - pernyataan yang didasarkan seluruhnya pada pemikiran dan kata-kata satu orang - Watts pada umumnya dianggap sebagai anggota gereja yang radikal pada masanya. Namun sekarang, lebih dari dua setengah abad setelahnya, himnal-himnal kita masih berisi karya-karya Watts, seperti: “O God, Our Help in Ages Past” - sebuah parafrase dari Mazmur 90, “Jesus Shall Reign” - sebuah keadaan dari Mazmur 72, maupun himne-himne “ketenangan manusia”, seperti: “When I Survey the Wondrous Cross” (Memandang Salib Rajaku, KPRI no. 49), “I Sing the Mighty Power of God,” dan “Am I a Soldier of the Cross?”
Sangatlah menarik untuk membuat sedikit perbandingan antara Isaac Watts dan George Frederick Handel, yang karyanya pada umumnya dipercaya menjadi sumber bagi musik himne ini. Watts adalah seorang yang ringkih, dengan tinggi lima kaki (152,4 cm), bersahaja namun berkelakuan sopan, sementara Handel dikenal sebagai seorang yang sehat, pemarah, ahli internasional dari Jerman dalam keyboard, opera dan oratorio. Keduanya tinggal di Inggris pada masa itu dan terbukti saling mengenal satu sama lain.
Kisah mengenai kontribusi Handel yang paling besar dalam sacred music, oratorio Messiah sangat diketahui oleh banyak orang. Di tahun 1741, Handel mulai menulis musik untuk teks Alkitabiah ini, dan, dalam waktu hanya duapuluh empat hari telah menyelesaikan seluruh tigapuluh tiga lagu. Messiah ditampilkan pertama kali untuk umum pada 13 April 1742. Tak diragukan, ini merupakan oratorio yang paling sering dipentaskan, dan juga yang paling dihargai. Pada tahun 1836, Lowell Mason, seorang Amerika, pemimpin paduan suara, komposer, dan pengajar di sekolah umum, diperkirakan telah menyusun ulang sebuah bagian dari Messiah karya Handel, kemungkinan dari beberapa frase dalam “Comfort Ye” dan “Lift Up Your Heads,” untuk dicocokkan dengan kata-kata karya Watts “Joy to the World.” Tune adaptasi ini dikenal dengan nama “Antioch” dan pertama kali muncul dalam terbitan Lowell Mason, Modern Psalmist, di tahun 1839. Meskipun beberapa tune lain pernah digunakan dengan teks Isaac Watts, “Antioch” terbukti merupakan tune yang paling terkenal dan abadi.
Lowell Mason juga adalah komposer untuk musik bagi himne “A Charge to Keep I Have,” “My Faith Looks Up to Thee,” dan penggubah dari “O Day of Rest and Gladness”. Himne terkenal lainnya yang musiknya dikontribusi oleh Mason, antara lain: “From Greenland’s Icy Mountain” (Dari Kutub ke Kutub, KPRI no. 155), “Nearer, My God, to Thee,” dan “When I Survey the Wondrous Cross” (Memandang Salib Rajaku, KPRI no. 49).
Melalui kombinasi talenta dari seorang jenius literatur Inggris yang ringkih di abad ke delapanbelas, seorang kelahiran Jerman, raksasa musik dari periode yang sama, dan seorang Amerika dari abad ke sembilanbelas, pemimpin paduan suara dan pengajar, himne besar lainnya lahir dan sejak saat itu menemukan tempat yang tetap dalam halaman-halaman himnal gereja kita untuk digunakan sepanjang masa Adven ini.
|
Download KPRI 034 |
► Play KPRI 035 Ajaiblah Nama-Nya |
Lyric | History
VERSI 1
Ajaiblah nama-Nya, terindah nama-Nya,
besarlah kuasa-Nya, Yesus Tuhan.
Raja s’gala raja, Pencipta semua,
ajaiblah nama-Nya, Yesus Tuhan.
Gembala yang baik, Batu Karang Teguh
Allah Mahakuasa.
Sujudlah pada-Nya, kasihilah Dia,
ajaiblah nama-Nya, Yesus Tuhan.
VERSI 2
His name is wonderful, His name is wonderful,
His name is wonderful, Jesus, my Lord.
He is the mighty King, Master of everything,
His name is wonderful, Jesus, my Lord.
He’s the great Shepherd, the Rock of all Ages
Almighty God is He.
Bow down before Him, love and adore Him,
His name is wonderful, Jesus, my Lord.
His Name is Wonderful
Teks: Audrey Mieir (1916-1996), 1955
Musik: Audrey Mieir (1916-1996), 1955
Tune: MIEIR
Firman Tuhan: Yesaya 9:6 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Latar Belakang:
Lebih dari duapuluh lima ribu tahun yang lalu, Nabi Yesaya berkata tentang Seseorang yang akan menjadi harapan bagi manusia, Mesias yang telah lama dinantikan yang akan mendirikan sebuah kerajaan kekal berdasarkan keadilan dan kebenaran. Pernyataan penting Yesaya bahwa Orang ini adalah manusia-Tuhan: seorang anak dilahirkan – kemanusiaan-Nya; seorang Putera diberikan – ketuhanan-Nya. Lima nama yang menggambarkan Seseorang ini memberikan pengertian yang lebih dalam kepada karakter dan pelayan-Nya:
· Ajaib – Dia perkasa dalam apa yang akan Ia kerjakan bagi umat manusia yang telah jatuh dalam dosa.
· Penasehat Ajaib – Dialah penuntun hidup, dan pembela kita di hadapan Allah Bapa.
· Allah yang Perkasa – Dialah Allah yang di hadapan-Nya semua lutut akan berletut pada saatnya nanti.
· Bapa yang Kekal – Dialah Allah yang kekal.
· Raja Damai – Dialah yang pada akhirnya akan membawa ketenteraman bagi segala bangsa.
Audrey Mieir telah dikenal luas beberapa dekade ini sebagai komposer dan pengarang dari banyak puji-pujian jemaat dan paduan suara yang baik. ”His Name is Wonderful”, yang ditulis pada tahun 1959, adalah salah satu karya terbaiknya. Dia berkata dalam biografinya bagaimana inspirasi dari lagu ini timbul ketika ia melihat acara Natal tahunan yang diadakan di gerejanya, Bethel Union Church, Duarte, California. Setelah prosesi malaikat, para gembala, Maria dan Yusuf, penyanyian ”tidur dalam kedamaian surga,” yang biasa dilakukan, pastor gerejanya tiba-tiba berseru – ”Indahlah nama-Nya.” Audrey Mieir berkata bahwa ia cepat-cepat mengambil Alkitabnya, mencari konkordansi untuk nama-nama yang diberikan kepada Yesus dalam Alkitab, dan segera menggubah lagu ini, yang sejak saat itu telah dinyanyikan di seluruh dunia.
|
Download KPRI 035 |
► Play KPRI 036 Dengarlah Malak Menyanyi |
Lyric | History
VERSI 1
1
Dengarlah malak menyanyi: Mulia bagi Raja!
Dib'ri s'lamat atas bumi, Anak Allah lahirlah.
S'kalian bangsa baik bersuka, ikut nyanyian di surga.
Yesus Anak Arrahim, jadinya di Betlehem.
Reff:
Dengarlah malak nyanyi, Mulia bagi Almasih.
2
Isi surga s’nantiasa menyembah di had'rat-Nya.
S'karang Yesus t'lah menjelma, Allah jadi manusia.
Raja ini b'ri sentosa, mengampuni yang berdosa.
Allah beserta kita, Nama-Nya Immanuel.
3
Raja S'lamat yang besar, Matahari yang benar.
Sudah terbit dan memb'ri t'rang serta hidup yang senang.
Kar'na kita ditanggalkan semua kemuliaan.
Allah turun ke dunia, memb'ri s'lamat manusia.
VERSI 2
1
Hark! The herald angels sing,
“Glory to the newborn King;
Peace on earth, and mercy mild,
God and sinners reconciled!”
Joyful, all ye nations rise,
Join the triumph of the skies;
With th’angelic host proclaim,
“Christ is born in Bethlehem!”
Reff:
Hark! The herald angels sing,
“Glory to the newborn King!”
2
Christ, by highest heav’n adored;
Christ the everlasting Lord;
Late in time, behold Him come,
Offspring of a virgin’s womb.
Veiled in flesh the Godhead see;
Hail th’incarnate Deity,
Pleased with us in flesh to dwell,
Jesus our Emmanuel.
3
Hail the heav’nly Prince of Peace!
Hail the Sun of Righteousness!
Light and life to all He brings,
Ris’n with healing in His wings.
Mild He lays His glory by,
Born that man no more may die.
Born to raise the sons of earth,
Born to give them second birth.
4
Come, Desire of nations, come,
Fix in us Thy humble home;
Rise, the woman’s conqu’ring Seed,
Bruise in us the serpent’s head.
Now display Thy saving power,
Ruined nature now restore;
Now in mystic union join
Thine to ours, and ours to Thine.
5
Adam’s likeness, Lord, efface,
Stamp Thine image in its place:
Second Adam from above,
Reinstate us in Thy love.
Let us Thee, though lost, regain,
Thee, the Life, the inner man:
O, to all Thyself impart,
Formed in each believing heart.
Hark! The Herald Angels Sing
Teks: Charles Wesley, 1707-1788
Musik: Felix Mendelssohn, 1809-1847
Tune: MENDELSSOHN
Firman Tuhan: Mikha 5:2 Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Latar Belakang:
‘Hark! The Herald Angels Sing’ adalah satu dari lebih dari 6.500 himne yang ditulis Charles Wesley yang telah memperkaya himnodi Kristen. Himne ini diperkirakan ditulis kira-kira satu tahun setelah pengalaman pertobatannya yang dramatik di Aldersgate pada tahun 1738. Teks ini, bersama dengan ‘Jesus, Lover of My Soul’, umumnya dianggap sebagai yang terbaik dari Wesley. Menurut John Julian, seorang hymnologist terkemuka, himne ini adalah satu dari empat himne dalam Bahasa Inggris yang terpopuler. Dengan pasti himne ini menjadi satu dari carol Natal klasik hingga sekarang, yang dinyanyikan beribu-ribu kali setiap tahun di seluruh dunia. Teks ini pertama kali muncul dalam Hymns and Sacred Poems (1739), dengan permulaan bait:
Hark, how all the welkin (kata kuno bagi ‘surga’-‘langit’) rings,
Glory to the King of kings!
Teks tersebut diubah menjadi seperti yang sekarang kita ketahui dalam buku George Whitefield’s, berjudul Collection of 1753. Dalam versi aslinya, teks tersebut terdiri dari sepuluh bait yang masing-masing berisi empat baris. Meskipun banyak perubahan dibuat dalam teks ini selama bertahuntahun, versi sekarang pada dasarnya masih merupakan hasil karya Charles Wesley.
Seperti banyak himne Wesley lainnya, teks ini sungguh-sungguh merupakan pelajaran yang dipadatkan mengenai doktrin Alkitabiah dalam bentuk puitis. Mengikuti penuturan kembali kunjungan malaikat kepada para gembala dalam bait permulaannya, syair-syair berikutnya sangat mengajarkan kebenaran-kebenaran rohani seperti: kelahiran oleh anak dara, ketuhanan Kristus, kekekalan roh, kelahiran kedua atau kelahiran baru, dan sebuah perhatian mengenai hidup serupa dengan Kristus. Seperti yang almarhum Eric Routley, seorang hymnist Inggris terkenal, amati dalam bukunya, Hymns and Human Life: “Himne-himne [Wesley] ini dikomposisikan agar para pria dan wanita dapat bernyanyi, tidak hanya masuk ke dalam pengalaman, tetapi juga ke dalam pengetahuan; bahwa kebudayaan dapat ‘dibaptis’ dan ketidaktahuan dapat dibawa ke dalam kebenaran oleh kelemahlembutan melodi dan irama.”
Charles Wesley juga adalah pengarang dari himne: “A Charge to Keep I Have,” “Depth of Mercy,” “Christ the Lord is Risen Today” dan “O for a Thousand Tongues” (Walau Seribu Lidahku, KPRI no.Tune-nya, ‘Mendelssohn’ dikontribusi oleh seorang komposer besar dari awal abad sembilanbelas, Felix Mendelssohn. Ia dilahirkan ke dalam rumah Kristen-Yahudi pada 3 Februari 1809, di Hamburg, Jerman dan meninggal di Leipzig, Jerman, pada 3 November 1847. Mendelssohn yang dinyatakan sebagai anak jenius, tampil di hadapan umum sebagai seorang pianis pada usia sembilan tahun. Felix Mendelssohn tidak hanya seorang performer dan dirigen yang terkenal, tetapi juga seorang komposer yang menghasilkan banyak karya selama masa hidupnya yang singkat. Karya-karyanya meliputi: simponi-simponi, chamber music, concerto, dan juga musik organ, piano, dan vokal. Karyanya yang paling terkenal yang masih terus dipentaskan hingga sekarang adalah oratorio. Oratorio The Elijah, pertama kali dipentaskan di Inggris pada 26 Agustus 1846.
Tune himne ini, ‘Mendelssohn’, disadur dari Festgesang, Opus 68, yang dikomposisi pada tahun 1840. Ini adalah karya yang ditulis Mendelssohn untuk memperingati 400 tahun temuan percetakan. Pemasangan teks dan tune ini dilakukan oleh William H. Cummings, seorang musikus dan ilmuwan Inggris terkemuka, dan pertama kali diterbitkan dalam buku Richard Chope berjudul Congregational Hymn and Tune Book pada tahun 1857. Meskipun tune lain pernah dicoba dipasangkan pada teks Wesley ini, tune ‘Mendelssohn’ telah menjadi musik yang dikenal untuk himne carol ini.
Felix Mendelssohn juga adalah komposer dari tune ‘Consolation’ yang digunakan dalam “Still, Still with Thee’ dan tune ‘Munich’ yang digunakan untuk himne ‘O Word of God Incarnate’.
Sangat menarik untuk ditulis secara singkat sejarah dari himne-himne carol Natal kita. Kata ‘carol’ merupakan turunan dari kata ‘carola’, yang berarti sebuah dansa lingkaran. Carol, kemudian, diperkirakan sebagai bentuk awal dari musik sacred rakyat, mungkin muncul sejak abad-abad pertengahan. Selama periode ini sepertinya mereka telah menjadi bagian terpadu dalam permulaan drama kelahiran Yesus yang digunakan secara luas oleh gereja abad pertengahan untuk mengajarkan dogma-dogma keagamaan mereka. Carols dinyanyikan sepanjang drama sebagai intermeso antara babak-babak dalam drama tersebut. Kemudian, di tahun 1627, parlemen Inggris Puritan menghapuskan perayaan Natal dan semua ‘festival duniawi’ lainnya. Selama sisa abad ketujuhbelas dan memasuki abad kedelapan-belas, terdapat kelangkaan himne carol rakyat seperti ini di Inggris. ‘Hark! The Herald Angels Sing’ karya Charles Wesley ini mewakili satu dari yang sedikit, himne carol penting yang telah ditulis selama masa ini.
|
Download KPRI 036 |
► Play KPRI 037 All Hail King Jesus |
Lyric | History
All hail King Jesus All hail Emmanuel
King of kings, Lord of lords, Bright Morning Star
And thro’out eternity I’ll sing His praises,
All I’ll reign with Him thro’out eternity.
All Hail King Jesus
Teks: Dave Moody, 1981
Musik: Dave Moody, 1981
Tune: KING JESUS
Latar Belakang:
Selama hampir 2000 tahun, para pemazmur telah mencicipi pengharapan akan Jesus Raja dalam kemuliaan kerajaan-Nya. Walaupun banyak himne menangkap hal ini, lagu-lagu pujian kontemporer seringkali kurang membangkitkan kuasa pemerintahan Kristus tersebut. Pengecualian yang patut diperhatikan adalah lagu “All Hail King Jesus” karya Dave Moody.
“All Hail King Jesus”, dengan kesederhanaannya, nuansa arak-arakannya, adalah sebuah sambutan megah kerajaan bagi Dia yang bertahta di atas puji-pujian kita. Lagu ini memanggil Yesus dengan lima sebutan dari Alkitab; yang saling melapisi, seperti lapisan mahkota. Refrainnya ditutup dengan sebuah ikrar sederhana untuk menyembah Dia dan memerintah bersama-Nya selamanya.
Kehidupan musikal Dave Moody sangat diasah oleh saudara laki-lakinya yang lebih tua, Doug, yang mengajarinya bermain piano. Dia juga membantu tugas pelayanan musik saudaranya ini di Glad Tidings Church di Vancouver, BC, yang pada akhirnya mereka berdua bersama-sama mengajar piano.
Suatu Rabu sore di bulan Januari 1977, Moody muda bermain piano dan memuji Tuhan, sebelum dia mulai mengajar. “Tiba-tiba aku menyadari bahwa Tuhan memberiku suatu lagu baru,” ingat Moody. “Hanya memerlukan lima menit saja untuk membuat keseluruhan lagu tersebut, dan hal itu membakar jiwaku hingga akhir minggu itu.”
Moody, 28 tahun, sangat antusias dengan lagu baru tersebut dan sangat bersemangat untuk mengenalkannya di gereja pada hari minggu pagi itu. Pada waktu yang telah ditentukan dalam kebaktian, dia mulai memainkan dan menyanyikan lagu tersebut, yakin bahwa jemaat akan tergerak olehnya. Namun tanpa adanya slide proyektor, lagu tersebut seperti hilang di suatu tempat antara mikrofon dan baris pertama jemaat.
“Aku ingat rasa kecewaku,” kata Moody. “Kupikir lagu tersebut telah gagal!” Pendetanya kemudian mendorong pada Moody untuk memimpin lagu tersebut sekali lagi. Kali ini responnya sungguh berbeda. “Aku membuka mataku untuk melihat sebuah jemaat yang berjumlah kira-kira 800 orang berlutut, menyembah Tuhan seraya bernyanyi “All Hail King Jesus,” kenangnya. “Itu adalah suatu pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan!” Allah menggunakan sebuah lagu baru untuk mengantar sebuah jemaat masuk ke dalam hadirat Anak-Nya.
Moody tidak berupaya apapun untuk mengenalkan lagu tersebut, tetapi bibir-bibir pada penyembah tidak henti-hentinya membawa lagu itu ke seluruh dunia. Laporan datang kepadanya bahwa “All Hail” telah dinyanyikan di Israel, Hungaria, Rusia dan tempat-tempat lain. “All Hail King Jesus” telah menjadi judul lagu dari rekaman ketiga Hosanna Integrity. Lagu ini telah muncul dalam banyak buku pujian, himnal, rekaman, aransemen dan musikal dari yang dapat diingat penulisnya. Moody berharap “All Hail” telah menolong banyak orang tergerak untuk bernyanyi tentang Yesus, masuk ke dalam dunia penyembahan Allah sendiri.
Syair yang jarang didengar, yang mendahului refrain yang terkenal itu, berbunyi demikian seperti tulisan aslinya:
“There is coming a day
When time shall be no more
And the clouds shall be rolled back as a scroll
Then the Lord shall appear in all His glory
With ten million saints singing love’s sweet story...
All hail, King Jesus!
All hail, Emmanuel!
King of Kings, Lord of Lords. Bright Morning Star!
And throughout eternity I’m going to praise Him
And forevermore I will reign with Him!”
Menulis lagu telah menjadi fokus utama dalam hidup Moody. Ia telah menulis lebih dari 25 atau 30 lagu selama beberapa tahun ini, namun tak satupun yang mendekati daya tarik yang besar dari “All Hail King Jesus.”
|
Download KPRI 037 |
► Play KPRI 038 Di Malam Sunyi Betlehem |
Lyric | History
VERSI 1
1
Di malam sunyi Betlehem nyenyak kau tidurlah.
Sehingga tak kau lihat t’rang abadi dan cerah.
Yang terbit di tengahmu di masa yang genap.
Terwujud harap umat Hu dan takutnya lenyap.
2
Sang Kristus sudah lahirlah, Maria ibu-Nya.
Di waktu dunia tidurlah malak menjaga-Nya.
Mashyurkan bala surga Sang Anak yang kudus.
Yang datang dalam dunia menjadi Penebus.
3
Kumohon Anak yang Kudus, Kau datang padaku.
Ampuni dosaku seg’nap kuduskan hatiku.
Kau saja dapat tolong meskipun Kau kecil.
Ya Tuhan tinggal sertaku Engkau Immanuel.
VERSI 2
1
O little town of Bethlehem,
How still we see thee lie!
Above thy deep and dreamless sleep
The silent stars go by.
Yet in thy dark streets shineth
The everlasting Light;
The hopes and fears of all the years
Are met in thee tonight
2
For Christ is born of Mary,
And gathered all above,
While mortals sleep, the angels keep
Their watch of wondering love.
O morning stars together,
Proclaim the holy birth,
And praises sing to God the King,
And Peace to men on earth!
3
How silently, how silently,
The wondrous gift is giv’n;
So God imparts to human hearts
The blessings of His heav’n.
No ear may hear His coming,
But in this world of sin,
Where meek souls will receive him still,
The dear Christ enters in.
4
Where children pure and happy
Pray to the blessed Child,
Where misery cries out to Thee,
Son of the mother mild;
Where charity stands watching
And faith holds wide the door,
The dark night wakes, the glory breaks,
And Christmas comes once more.
5
O holy Child of Bethlehem
Descend to us, we pray
Cast out our sin and enter in
Be born to us today
We hear the Christmas angels
The great glad tidings tell
O come to us, abide with us
Our Lord Emmanuel
O Little Town of Betlehem
Teks: Philips Brooks (1835-1893), 1868
Musik: Lewis H. Redner (1831-1908), 1868
Tune: ST. LOUIS
Firman Tuhan: Lukas 2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, —karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud.
Latar Belakang:
Carol Natal yang terkasih ini berasal dari tulisan salah seorang pengkotbah Amerika terkemuka di abad yang lalu, Philips Brooks. Pada masanya ia sering dikenal sebagai “Pangeran Mimbar.” Bukubuku berisi kotbah-kotbahnya yang diterbitkan telah menjadi karya klasik dalam literatur Amerika. Dikatakan bahwa ia telah memenangkan hati banyak orang dengan kotbah dan tulisannya seperti yang sedikit pengkotbah lain lakukan.
“O Little Town of Bethlehem” ditulis pada tahun 1868, beberapa tahun setelah Brooks kembali dari perjalanan ke Tanah Suci. Pengalamannya melalui Malam Natal di Bethlehem dan menyembah di dalam Church of Nativity, yang diperkirakan sebagai tempat kelahiran Kristus, meninggalkan suatu kesan yang tak dapat dihilangkan bagi pengkotbah muda ini. Tiga tahun kemudian, ketika menjadi pendeta di Gereja Holy Trinity, Philadelphia, Pennsylvania, ia mencari sebuah carol baru untuk anakanaknya nyanyikan pada acara Natal Sekolah Minggu mereka. Kenangan yang masih melekat akan kunjungannya ke Tanah Suci menginspirasi Brooks untuk menulis teks ini.
Brooks memberi sebuah salinan dari carol yang baru ditulis ini kepada organis dan pimpinan Sekolah Minggunya, Lewis H. Redner, dan memintanya untuk mengkomposisikan sebuah melodi sederhana yang dapat dinyanyikan oleh anak-anak dengan mudah. Render dikenal di seluruh wilayah Philadelphia sebagai seorang pemimpin Kristen dalam bidang Sekolah Minggu dan juga sebagai seorang yang sangat tertarik akan musik gereja. Ia bergumul selama beberapa waktu untuk membuat tune yang tepat bagi teks karya pendetanya itu. Pada sore hari sebelum acara itu dilaksanakan, mendadak ia terbangun dari tidurnya dan dengan cepat mengkomposisi melodi seperti yang kita ketahui sekarang ini. Render selalu bersikeras berkata bahwa tune tersebut merupakan hadiar dari surga. Carol tersebut segera menjadi favorit anak-anak saat itu, seperti halnya juga menjadi favorit anak-anak dan orang-orang dewasa di seluruh dunia pada masa kini. Carol ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1874. Meskipun Brooks menulis banyak carol Natal dan Paskah lainnya, khususnya untuk anak-anak, carol inilah satu-satunya yang bertahan melampaui ujian waktu.
Phillips Brooks dilahirkan di Boston, Massachusetts, pada tahun 1835. Setelah lulus dari Harvard dan Episcopal Theological Seminary di Virginia pada tahun 1859, dia memulai karir panjang dan terhormat dalam pelayanannya, melayani sebagai pendeta di Philadelphia sejak 1859 hingga 1869 dan pada Trinity Church di Boston sejak 1869 hingga 1891. Ia diangkat menjadi Uskup dari seluruh gereja Episkopal di wilayah Massachusetts tidak lama sebelum kematiannya pada usia muda pada tahun 1893.
Brooks dikenal sebagai seorang laki-laki yang mengesankan dan bertalenta, dengan tubuh raksasa (dengan tinggi lebih dari 2 meter) dan seperti halnya pikiran dan hatinya. Kotbahnya yang kuat, namun juga penuh perasaan, yang diperkirakan disampaikan dengan kecepatan 250 kata permenit, sangat membendung gerakan Unitarian khususnya yang merajalela di Inggris selama masa itu. Bahkan Universitas Harvard, yang hampir diambil alih oleh Unitarian, digerakkan oleh kotbah Brooks.
Meskipun ia belum menikah, Brooks sangat menyukai anak-anak. Konon dia selalu menyediakan mainan, boneka dan barang-barang lainnya yang menarik anak-anak dalam ruang belajarnya sehingga anak-anak muda terdorong untuk berhenti dan bercakap-cakap dengannya. Pemandangan yang biasa terlihat dari laki-laki penting ini adalah ia duduk di lantai ruang belajarnya bergembira bersama sekelompok anak muda. Kematiannya yang mendadak sangat mendukakan setiap orang yang mengenalnya. Kisah di bawah menceritakan tentang seorang anak perempuan berusia lima tahun yang sangat kesal karena tidak bertemu dengan teman pengkotbahnya selama beberapa hari. Ketika diberitahu oleh ibunya bahwa Pdt. Brooks telah pergi ke surga, anak itu berseru, “Oh, Mama, betapa gembiranya para malaikat!”
|
Download KPRI 038 |
► Play KPRI 039 Jesus, Name Above All Names |
Lyric | History
Jesus, name above all names,
beautiful Savior, glorious Lord
Emmanuel God is with us
Blessed Redeemer, Living Word.
Jesus Name Above All Names
Teks: Naida Hearn
Musik: Naida Hearn
Tune: HEARN
Firman Tuhan: Filipi 2:1-11 “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada- Nya nama di atas segala nama.”
Latar Belakang:
Naida Heam tidak pernah bermimpi bahwa ia akan mempengaruhi pujian Kristen di seluruh dunia. Ia dilahirkan oleh pasangan Bill dan Elsie O’Hara, di Palmerston North, New Zealand, pada 1931. Sebagai seorang anak kecil, dia mulai menghadiri sebuah sekolah minggu Methodist. Dia melaporkan bahwa orang tuanya yang menyuruh dia pergi, tetapi mereka sendiri tidak pergi bersama dengannya. Di sanalah ia pertama kali belajar Alkitab. Kebenaran Alkitab yang ia pelajari menjadi semakin penting baginya ketika ia melanjutkan hidupnya di kota yang tenang dan damai di sebelah utara negara pulaunya.
Dari kira-kira dua belas lagu yang ia tulis – ia tidak yakin berapa – hanya satu yang diterbitkan, tetapi betapa indah lagu ini! Ia menuliskannya ketika ia hampir berusia empat puluh tahun.
Ketika ia mempelajari Alkitab, ia menjadi tertarik dengan beberapa nama Yesus yang berbeda-beda arti-artinya. Begitu besar ketertarikannya sehingga ia mulai membuat daftar nama tersebut di atas selembar kertas.
Sebagaimana halnya di banyak rumah di Palmerston North, ia dan keluarganya mempunyai sebuah “rumah cuci” di belakang rumah mereka. Suatu hari di awal 1970, ketika ia mau pergi ke rumah cucinya, ia membawa serta kertas daftar nama Yesus yang sudah ditulisnya. Menurut laporannya, ia lalu menempelkan kertas itu di jendela sehingga ia dapat melihat kertas itu sepenuhnya ketika ia mencuci.
Sambil merasakan keinginan untuk menyembah, ia tiba-tiba bernyanyi. Ia mengungkapkannya sebagai berikut:
“Ketika aku sedang mencuci, Tuhan memberikan baris pertama kepadaku, ‘Jesus, name above all names,’ untuk kunyanyikan. Aku mulai dan terus menyanyikannya. Aku menyanyikan seluruh lagu itu persis seperti yang kau menyanyikannya hari ini. Aku hanya membuka mulutku dan semua kata-kata, pitch dan sebagainya, keluar dengan sendirinya. Aku hanya menyanyikannya.
Aku berpikir, ‘Baiklah, aku akan menuliskannya.’ Tuhan berkata, ‘Ya,’ jadi aku meninggalkan cucianku, pergi ke ruang duduk, dan menemukan sebuah nada dasar yang tepat, dan menyelesaikannya di atas sebuah kertas. Aku berkata, ‘Tuhan, apakah ini sudah baik? Apakah boleh begini? Ya, boleh.’ Itulah semua yang kutulis, dan kemudian aku kembali kepada cucianku. Sesederhana itu saja. Itu adalah pimpinan langsung dari Roh Kudus, secara mutlak. Aku tidak dapat berkata kalau aku berpikir tentang ini atau tentang itu; aku hanya memulai dengan ‘Jesus, name above all names’ dan sisanya datang dengan sendirinya.”
Segera sesudah itu, lagu itu dinyanyikan di gerejanya, New Life Church di Palmerton North. Ia tidak ingat siapa yang menyanyikannya, tetapi mungkin dia sendirilah yang mempersembahkan lagu itu di depan jemaatnya. (Ia mempunyai suara yang bagus.) Para pengunjung yang berasal dari bagian lain negaranya membawa lagu tersebut ke gereja mereka masing-masing. Para misionaris mulai membawa lagu itu ke luar negeri di mana lagu itu dengan cepat menjadi favorit. Dalam waktu singkat, lagu itu sudah dinyanyikan di beberapa negara. Ia bercerita, “Banyak orang menulis memintaku untuk menambah tiga bait lagi. Aku berpikir, “Jika Tuhan menginginkan tiga bait lagi, Dia pasti sudah memberikan kepadaku dari dulu.” Semua yang perlu dikatakan sudah dikatakan. Roh Kudus membuatku mengerti bahwa lagu itu harus dinyanyikan sebagai lagu cinta. Lagu itu adalah tentang Dia, kau harus menyanyikannya dengan lembut, pelan, dan penuh hormat, seolah-olah Dia adalah kekasih kita. Inilah yang Dia inginkan.”
Naida mempunyai dua orang anak yang sudah dewasa yang sedang tinggal di New Zealand. Ia sangat aktif di gerejanya, menjalani hidup yang bahagia dengan Tuhannya. Ia sangat riang dan seorang yang pandai bercakap-cakap, yang sangat menarik.
“Jesus, Name Above All Names,” terus menjadi salah satu pujian yang paling terkenal di seluruh dunia hari ini. Lagu ini menempati posisi yang tinggi di urutan lagu yang paling sering diminta dan dinyanyikan di gereja-gereja. Lagu ini sudah diterbitkan di sejumlah buku lagu dan buku himne dan sudah direkam di banyak acara.
|
Download KPRI 039 |
► Play KPRI 040 Pada Tengah Malam Terdengar Pujian |
Lyric | History
VERSI 1
1
Pada tengah malam itu terdengarlah pujian.
Tunduklah s'gala malaikat, serta main kecapi mas.
Sejaht’ra bagi manusia berkat rahmat limpah.
Waktu itu dunia senyap dengar malak nyanyi.
2
Kini surga tetap buka, turunlah malaikat-Nya.
Pujian masih terdengarlah, letih lesu lenyaplah.
Malaikat buka sayapnya, tilik duka dunia.
Di atas kacau dunia dengar malak nyanyi.
3
Manusia penuh sengsara, tertindas beban dosa.
Selalu banyak rintangan bagai pegunungan.
Rindu zaman keemasan seg’ra akan tiba.
‘Kan mendapat perhentian dengar malak nyanyi.
VERSI 2
1
It came upon the midnight clear,
That glorious song of old,
From angels bending near the earth,
To touch their harps of gold;
“Peace on the earth, good will to men,
From Heaven’s all gracious King.”
The world in solemn stillness lay,
To hear the angels sing.
2
Still through the cloven skies they come
With peaceful wings unfurled,
And still their heavenly music floats
O’er all the weary world;
Above its sad and lowly plains,
They bend on hovering wing,
And ever over its Babel sounds
The blessed angels sing.
3
Yet with the woes of sin and strife
The world has suffered long;
Beneath the angel strain have rolled
Two thousand years of wrong;
And man, at war with man, hears not
The love-song which they bring;
O hush the noise, ye men of strife
And hear the angels sing.
4
And ye, beneath life’s crushing load,
Whose forms are bending low,
Who toil along the climbing way
With painful steps and slow,
Look now! For glad and golden hours
Come swiftly on the wing.
O rest beside the weary road,
And hear the angels sing!
5
For lo! The days are hastening on,
By prophet-bards foretold,
When with the ever circling years
Comes round the age of gold;
When peace shall over all the earth
Its ancient splendors fling,
And the whole world send back the song
Which now the angels sing.
It Came Upon the Midnight Clear
Teks: Edmund H. Sears (1810-1876), 1850
Musik: Richard S. Willis (1819-1900), 1850
Tune: CAROL
Firman Tuhan: Lukas 2:13-14 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”
Latar Belakang:
Natal terasa tidaklah lengkap jika tidak menyanyikan himne carol tercinta ini. Sejak teksnya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1849, hampir tidak ada buku pujian yang tidak memasukan lagu ini. Himne ini adalah salah satu himne pertama yang pernah ditulis oleh penulis Amerika. Pengarangnya, Pdt. Edmund Hamilton Sears, dilahirkan tanggal 6 April 1810 di Sandisfield, Massachusetts. Ia mendapatkan pelatihan teologianya dari Harvard Divinity School, lulus tahun 1837. Sebagian besar hidupnya dipakai untuk mengembalakan gereja-gereja Unitarian kecil di Wayland, Lancaster dan Weston, Massachusetts.
Banyak orang, sudah pasti, heran bahwa seorang Unitarian bisa menulis teks yang begitu baik mengenai kelahiran Kristus. Akan tetapi, sering dikatakan bahwa Sears hanyalah seorang Unitarian dari nama daripada keyakinannya, dan bahwa ia sesungguhnya mempercayai dan mengkotbahkan ketuhanan Kristus dari atas mimbarnya. Hal ini sedikit terbukti dalam bukunya Sermons and Songs of The Christian Life, yang diterbitkan satu tahun sebelum kematiannya. Ia menulis, “Meskipun aku dididik dalam denominasi Unitarian, aku percaya dan mengkotbahkan Ketuhanan Kristus.”
Edmund Sears menulis sejumlah buku selama hidupnya, termasuk Regeneration, Foregleams of Immortality dan The Fourth Gospel, the Hearth of Christ, keduanya beredar secara luas. Namun demikian, ia hanya menulis dua teks himne, masing-masing diperuntukkan bagi masa Natal. Himne carol pertamanya, ditulis ketika ia masih menjadi mahasiswa di Harvard Divinity School, yaitu “Calm on the Listening Ear of Night”. Meskipun tidak terlalu popular, himne ini ada dalam berbagai buku pujian sekarang ini dan masih sering dinyanyikan. Ada sedikit persamaan antara teks lagu ini dan “Came Upon The Midnight Clear”, yang ditulis lima belas tahun kemudian. Berikut adalah bait pertama dari himne carol pertama yang ditulis oleh Edmund Sears:
Calm on the list’ning ear of night comes heaven’s melodious strains,
Where wild Judea stretches forth her silver-mantled plains;
Celestial choirs, from courts above, shed sacred glories there;
And angels, with their sparkling lyres, make music in the air.”
It Came Upon The Midnight Clear” pertama kali diterbitkan dalam Christian Register pada tanggal 29 Desember 1849. Pada umumnya himne ini dianggap sebagai carol himne pertama yang menekankan implikasi sosial dari pesan yang disampaikan malaikat – mengenai pencapaian kedamaian dan kebaikan di antara sesama manusia di tengah-tengah kesulitan sosial.
Penulisan teks ini terjadi ketika Amerika sedang mengalami kerusuhan tiada henti. Saat itu ada ketegangan besar antara Utara dan Selatan, yang akhirnya meledak menjadi Perang Saudara. Di Inggris, ada banyak pergolakan sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri yang terjadi di sana. Saat itu juga merupakan saat kegilaan serbuan emas frantic “forty-niner” gold rush di California. Teks himne ini melukiskan keprihatinan tersebut – yaitu kepada mereka yang “beneath the crushing load” – berada di bawah beban yang menekan – dan mendesak untuk mendengar sekali lagi nyanyian malaikat. Bait terakhir merupakan bait penting berisi optimisme yang berpengharapan – masa keemasan…”when peace shall over all the earth its ancient splendors fling, and the whole world gives back the song, which now the angels sing” – ketika kedamaian melingkupi bumi dengan kecemerlangannya yang semua, dan seluruh bumi menyanyikan pula pujian, seperti yang sekarang dinyanyikan malaikat.
Tune dari himne ini, “Carol”, dikontribusi oleh musisi Amerika yang cukup terkenal pada abad ke-19, yaitu Richard Storrs Wilis. Wilis dilahirkan pada tanggal 10 Februari 1819 di Boston, Massachusetts, dan meninggal pada tanggal 7 Mei 1990 di Detroit, Michigan. Pelatihan musiknya meliputi 6 tahun belajar komposisi musik di Jerman, dimana ia menjadi teman akrab Felix Mesndelssohn, yang sangat tertarik dengan komposisi musiknya. Setelah Wilis kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1848, dia melayani sebagai kritikus musik untuk New York Tribune dan beberapa koran lainnya. Buku-buku terbitannya sendiri termasuk: Church Chorals and Choir Studies (1850), Our Church Music (1856), Waif of Song (1876), dan Pen and Lute (1883).
Tune “Carol” yang dibuat Wilis semula digunakan juga untuk teks himne yang lain, yaitu “See Israel’s Gentle Shepherd Stand,” yang merupakan saduran dari Study No.23 dari buku kumpulannya, Church Chorals and Choir Studies, yang diterbitkan pada tahun 1850. Ini adalah buku kumpulan yang sama dengan yang berisi terjemahan Inggris pertama dari himne Jerman, yang diberi judul “Fairest Lord Jesus!” Tune “Carol” karya Richard Wilis telah terbukti lebih tepat diterapkan pada teks Edmund Sears seperti yang dinyanyikan dan dinikmati oleh setiap generasi di seluruh dunia setiap Natal.
|
Download KPRI 040 |
► Play KPRI 041 Karena Allah Cinta |
Lyric
VERSI 1
Kar’na Allah cinta, dib’rikan Anak-Nya,
mati di Golgota membebaskan saya
Ia kan datang pula, alangkah mulia
Kasih-Nya pada saya.
VERSI 2
For God so loved the world, he gave His only Son,
to die on Calv’ry’s tree, from sin to set me free.
Someday He’s coming back, what glory that will be!
Wonderful His love to me.
|
Download KPRI 041 |
► Play KPRI 042 Oh, Malam Kudus |
Lyric | History
VERSI 1
1
Malam kudus bintang g'merlap bercah’ya,
malam ini Yesusku lahirlah.
Manusia binasa dalam dosa
ters'lamatlah kar'na Kristus datang.
Yang susah penat bersukacitalah,
kar'na Raja mulia lahirlah
Sembah sujud, oh, dengar suara malak.
Malam kudus, Kristus Yesus lahir.
Malam kudus, kudus, malam kudus.
2
Bintang cah'ya setia pimpin jalanku,
sampai pada palungan Tuhanku.
B'tapa terang sinar bintang mulia
pimpin orang Majus sujud sembah.
Raja atas s'gala Raja lahirlah,
marilah sobatku yang setia.
Anug'rah-Nya b'ri padaku yang lemah.
Pandanglah Hu, sembah sujud Dia.
Pandanglah Hu, sembah sujud Dia.
3
Ajarkanku mengasihi sesama,
serta kabarkan Injil mulia.
Mematahkan b'lenggu dosa sesama
sandar kuasa-Nya beban lenyaplah.
Kami puji syukur dan bersoraklah,
mari kita masyurkan nama-Nya.
Kristus Raja, oh muliakan nama-Nya.
Hormat mulia, sampai selamanya.
Hormat mulia, sampai selamanya.
VERSI 2
1
O holy night, the stars are brightly shining;
It is the night of the dear Savior’s birth!
Long lay the world in sin and error pining,
Till He appeared and the soul felt its worth.
A thrill of hope, the weary soul rejoices,
For yonder breaks a new and glorious morn.
Fall on your knees, O hear the angel voices!
O night divine, O night when Christ was born!
O night, O holy night, O night divine!
2
Led by the light of faith serenely beaming,
With glowing hearts by His cradle we stand.
So led by light of a star sweetly gleaming,
Here came the wise men from Orient land.
The King of kings lay thus in lowly manger,
In all our trials born to be our Friend!
He knows our need—to our weakness is no stranger.
Behold your King; before Him lowly bend!
Behold your King; before Him lowly bend!
3
Truly He taught us to love one another;
His law is love and His Gospel is peace.
Chains shall He break for the slave is our brother
And in His Name all oppression shall cease.
Sweet hymns of joy in grateful chorus raise we,
Let all within us praise His holy Name!
Christ is the Lord! O praise His name forever!
His pow’r and glory evermore proclaim!
His pow’r and glory evermore proclaim!
O, Holy Night
Teks: Placida Clappeau, 1847, John S. Dwight (Terj.)
Musik: Adolphe Adam
Tune: CANTIQUE DE NOEL
Latar Belakang:
Syair lagu O Holy Night ditulis oleh Placide Clappeau, pada tahun 1847. Kemudian syair ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John Sullivan Dwight (1812-1893).
Clappeau adalah seorang pedagang anggur dan Gubernur Roquemaure, Prancis. Ia menulis puisi hanya sekedar untuk kesenangan pribadi.
Musik lagu ini ditulis oleh Adolphe-Charles Adam (1803-1856). Adam dilahirkan di Paris, Prancis. Ia sangat dikenal dengan karya balet yang dibuatnya, berjudul Giselle (1841) serta karya-karya operanya. Ia sangat menyukai lagu ini karena lagu ini membicarakan makna sebenarnya dari hari Natal itu sendiri, yaitu Yesus, dan tidak membicarakan Santa Klaus dan hadiah. Lagu ini adalah pujian yang sangat tepat untuk dinyanyikan pada saat Natal.
|
Download KPRI 042 |
► Play KPRI 043 Jesus, The Very Thought Of Thee |
Lyric | History
1
Jesus, the very thought of thee, with sweetness fills my breast;
But sweeter far Thy face to see, and in Thy presence rest.
2
No voice can sing, no heart can frame, nor can the mem’ry find
A sweeter sound than Thy blest name, O Savior of mankind.
3
O hope of every contrite heart, O joy of all the meek,
To those who fall, how kind Thou art! How good to those who seek!
4
But what to those who find? Ah this nor tongue nor pen can show;
The love of Jesus, what it is, none but His loved ones know.
5
Jesus, our only joy be Thou, as Thou our prize wilt be;
Jesus, be Thou our glory now and thro’ eternity.
Jesus, The Very Thought of Thee
Teks: Bernard of Clairvaux, Edward Caswall (Terj.)
Musik: John B. Dykes
Tune: ST. AGNES
Firman Tuhan: Mazmur 42:1-2 Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
Latar Belakang:
Himne ini berasal dari puncak Abad Pertengahan, sebuah periode dalam sejarah yang sering diejek sebagai “abad kegelapan.” Kegelapan rohani dan moral di dalam gereja mencapai tingkat kekelaman yang baru. Institusi yang didirikan oleh Kristus sekitar seribu tahun sebelumnya sebagian besarnya sudah merosot dan korup. Standar moral dari banyak pemimpin penting digambarkan penuh dengan aib dan malu.
Bernard lahir di dalam sebuah keluarga bangsawan di Fontaine, Burgundy, Perancis. Ayahnya adalah seorang kesatria dan ibunya adalah seorang yang sangat baik hati. Pada usianya yang masih muda, Bernard menunjukkan bakat untuk hidup pietis dan berpendidikan. Dengan daya tarik alami dan talenta-talenta yang ada padanya, Bernard mempunyai banyak kesempatan untuk membangun kehidupan sekuler yang sukses. Akan tetapi, ketika masih berusia awal duapuluhan, ia memilih untuk hidup sebagai seorang biarawan di sebuah biara Citeaux. Dalam tiga tahun, kepribadiannya yang kuat, talenta-talenta dan kualitas kepemimpinannya pun diakui, dan ia diminta untuk membentuk cabang-cabang lain untuk ordo ini di seluruh Eropa. Selama masa hidup Bernard, 162 biara didirikan. Salah satu biara baru tersebut berada di Clairvaux, Perancis, dimana Bernard adalah pimpinannya. Di tempat inilah ia tinggal sampai pada hari kematiannya di tahun 1153.
Pada umumnya disetujui bahwa Bernard dari Clairvaux adalah pemimpin terbesar pada abad pertengahan. Ia dikatakan sudah mewakili cara hidup biarawan terbaik pada masanya. Pada abad keenambelas Martin Luther menulis tentang Bernard bahwa “ia adalah biarawan terbaik yang pernah hidup, yang saya kagumi melebihi semua biarawan lain dijadikan satu.” Pengaruh Bernard segera terasa di seluruh Eropa. Dikatakan bahwa ia memerintah raja-raja, kaisar-kaisar, dan wali gereja, dan mereka menaatinya. Pada tahun 1146 ia ditugaskan oleh paus untuk memimpin rangkaian kedua kotbah Perang Salib melawan orang Muslim. Dengan kotbahnya yang indah dan keras, banyak kerumunan orang mengikutinya. Salah satu syarat untuk mengikuti Perang Salib itu adalah pengalaman pertobatan pribadi. Menurut sebuah catatan, banyak orang jahat yang diubahkan melalui kotbahnya dan mengangkat salib tanpa malu-malu sebagai sebuah simbol komitmen mereka kepada Kristus dan Perang Salib ini.
Bernard menulis beberapa buku, terutama tentang pemerintahan gereja, biara, dan topik-topik lainnya yang berhubungan dengan gereja. Ia diperkirakan menulis sebuah puisi sepanjang 192 baris, berjudul “Dulcis Jesu Memorial” (“Ritme Sukacita akan Nama Yesus”). Edward Caswall pada abad kesembilanbelas menerjemahkan sebagian dari puisi tersebut untuk teks himne ini. Bernard juga dipercaya menulis teks untuk himne “O Sacred Head Now Wounded.”
Edward Caswall dianggap sebagai salah satu penerjemah Inggris terbaik abad-19 untuk himne-himne kuno ke dalam Bahasa Inggris. Ia dilahirkan di Yately, Hampshire, Inggris, pada tanggal 15 Juli 1814. Meskipun ditahbiskan ke dalam Gereja Anglikan, ia menjadi sangat terlibat di dalam Gerakan Oxford yang mulai di Inggris sekitar tahun 1830-an. Akhirnya, pada tahun 1847, Caswall mengundurkan diri dari gereja Anglikan di Stratford dan diterima ke dalam persekutuan Gereja Katolik Roma. Setelah isterinya meninggal pada tahun 1849, ia ditahbiskan menjadi seorang imam Katolik. Terbitannya yang paling penting adalah Lyra Catholic, 1849, yang mengandung 197 terjemahan himne-himne Latin dari Roman Breviary dan sumber-sumber lainnya. Terjemahan ini adalah bagian dari kumpulan tersebut.
Caswall juga adalah penerjemah dari himne terkenal Jerman, “May Jesus Christ be Praised”.
Tune lagu ini, “St. Agnes”, digubah oleh John B. Dykes, yang menulis lebih dari 300 tune himne, yang sebagian besar masih dipakai sampai sekarang.
Himne lainnya karya John B. Dykes, termasuk “Holy, Holy, Holy”, “I Heard the Voice of Jesus Say”, “Lead, Kindly Light”, “Eternal Father, Strong to Save”, dan “O for a Closer Walk with God”.
|
Download KPRI 043 |
► Play KPRI 044 Adalah Di Kota Daud |
Lyric | History
VERSI 1
1
Adalah di kota Daud, kandang satu yang rendah.
Di palungan dibaringkan oleh ibu bayinya.
Anak Maria lahirlah, Yesus Kristus nama-Nya.
2
Anak itu sudah turun, dari kemuliaan-Nya.
Tuhan surga serta bumi lahir di tempat rendah.
Jadi sobat dan teman orang yang dihinakan.
3
Pengasihan Anak ini, menebus manusia.
Nanti kita lihat Dia di kemuliaan-Nya.
Kita pun dipimpin-Nya, ke kerajaan baka.
VERSI 2
1
Once in royal David's city
Stood a lowly cattle shed,
Where a mother laid her Baby,
In a manger for His bed:
Mary was that mother mild,
Jesus Christ her little Child.
2
He came down to earth from heaven,
Who is God and Lord of all,
And His shelter was a stable,
And His cradle was a stall;
With the poor, and mean, and lowly,
Lived on earth our Saviour holy.
3
And, through all His wondrous childhood,
He would honour and obey,
Love, and watch the lowly maiden,
In whose gentle arms He lay:
Christian children all must be
Mild, obedient, good as He.
4
For He is our childhood's pattern;
Day by day like us He grew;
He was little, weak, and helpless,
Tears and smiles like us He knew;
And He feeleth for our sadness,
And He shareth in our gladness.
5
And our eyes at last shall see Him,
Through His own redeeming love,
For that Child so dear and gentle
Is our Lord in Heav’n above;
And He leads His children on
To the place where He is gone.
6
Not in that poor lowly stable,
With the oxen standing by,
We shall see Him; but in heaven,
Set at God's right hand on high;
When like stars His children crowned,
All in white shall wait around.
Once In Royal David’s City
Teks: C. Frances Alexander, 1848
Musik: H. John Gauntlett, 1849
Tune: IRBY
Latar Belakang:
Bagaimanakah mengajarkan doktrin-doktrin penting tentang iman Kristen kepada anak-anak kecil? Itulah masalah yang dihadapi seorang guru sekolah minggu Irlandia muda, Fanny Humphreys, di pertengahan abad yang lalu. Ia hidup di antara jemaat di Strathbane, Irlandia Utara, dan ia bertugas untuk mengajar kelas Katekisasi di gerejanya. Hal ini meliputi di antaranya menerangkan berbagai pasal dari Pengakuan Iman Rasuli.
Itu adalah sebuah tugas yang berat. Untuk membuat kebenaran-kebenaran yang dalam dari pengakuan iman itu dimengerti oleh anak-anak kecil yang berkumpul mengelilinginya minggu demi minggu bukanlah hal yang mudah. Tetapi dengan gembira Fanny menemukan solusinya. Ia adalah seorang penyair, dan ia tahu bahwa anak-anak menyukai puisi; jadi ia memutuskan untuk menulis beberapa himne sederhana untuk menjelaskan katekismus tersebut.
Kumpulan karyanya Hymns for Little Children diterbitkan pada tahun 1848, ketika ia berusia duapuluhlima tahun. Atas permintaannya, Pdt. John Keble (yang pernah ia temui di Inggris sebelumnya) menulis sebuah prakata yang mana ia memuji himne-himne tersebut dan menyatakan bahwa keuntungan dari terbitan ini akan digunakan untuk mendukung sekolah bagi anak-anak tuli dan bisu di bagian utara Irlandia. Karena buku tersebut langsung sukses dan mencapai lebih dari ratusan edisi, sumbangan bagi sekolah itu pastilah sangat diuntungkan. Hal ini sangat menyenangkan pengarangnya, yang dalam sepanjang hidupnya melakukan segala yang dapat ia kerjakan untuk menolong mereka yang mengalami kemiskinan, berkebutuhan atau sakit.
Satu atau dua tahun setelah penerbitan buku tersebut, ia menikah dengan seorang pendeta yang berusia hampir sama dengannya, Pdt. William Alexander, yang dipersiapkan untuk menjadi Uskup di Derry dan akhirnya menjadi Uskup Utama Seluruh Irlandia. Hal ini menjelaskan mengapa namanya kita kenal sebagai Ny. Cecil Frances Alexander. Dia terus menulis syair setelah pernikahannya, dan
di antara himne-himnenya kemudian ini yang dikenal luas adalah ‘Jesus called us’ (untuk Hari St. Andrew) dan ‘I bind unto myself to-day’ (untuk Minggu Tritunggal).
Bagaimanapun juga sebagai penulis himne-himne bagi anak-anaklah ia terutama dikenal. Tiga himne dari Hymns for Little Children ada dalam setiap buku pujian dan dikenal oleh setiap orang yang datang ke gereja. Ketiga himne ini terdapat dalam bagian kedua dari buku tersebut yang berhubungan himne ini tidak pernah kehilangan daya tariknya. Himne-himne anak-anak biasanya sangat cepat menjadi kuno. Himne-himne Ny. Alexander abadi. Himne-himne tersebut terkenal hari ini, di antara orang-orang Kristen dari segala tradisi, seperti dahulu; dan tidak memerlukan perbaikan atau perubahan apapun. Ini adalah suatu hal yang sangat baik, karena Ny. Alexander pun tidak menyetujui upaya apapun yang dapat merusak himne – karyanya maupun karya orang lain – dan memandangnya sebagai ‘pelanggaran kesusasteraan’.
Himne yang kita pilih untuk perhatikan, ‘Once in royal David’s city’, adalah sebuah contoh yang baik akan apa yang telah kita bicarakan. is a good example of what we have been saying. Tak dapat diabaikan bahwa seringkali kita mengaitkan himne ini dengan Natal; tetapi harus kita ingat dengan baik bahwa himne ini tidak ditulis secara khusus sebagai himne Natal. Himne ini ditulis untuk mengajar anak-anak tentang makna peristiwa yang kita rayakan pada saat Natal, dengan sebuah maksud untuk menjelaskan bukan hanya apa yang terjadi tetapi juga mengapa hal itu terjadi, dan beberapa pengertian bagi diri kita sendiri.
Secara keseluruhan himne ini, kita mengamati bahwa keenam baitnya dapat dikelompokkan menjadi tiga pasang. Pasangan pertama berkaitan dengan kelahiran Tuhan kita dan apa artinya; pasangan kedua berhubungan dengan teladan masa kanak-kanak-Nya; yang ketiga menunjuk pada kemuliaan surgawi-Nya yang kelak akan kita lihat dan bagikan.
|
Download KPRI 044 |
► Play KPRI 045 Kasih Yang Ajaib |
Lyric
1
Kasih yang ajaib, kasih dari Golgota
Kasih yang ajaib, membawa Tuhan dari Sorga
Walaupun ‘ku pernah jadi seteru-Mu
Namun Kau cari ‘ku kembali!
Tak mungkin ‘ku lupa kasih-Mu nan indah
‘Ku mau masyurkan kasih Allah
2
Berkat yang ajaib, berkat dari Tuhanku
Berkat yang ajaib, bagai sinar fajar merekah
Walaupun ‘ku pernah sesat dalam dosa,
Namun Anak-Nya s’lamatkanku
Di hadapan Tuhan ‘ku memuji Dia
‘Ku mau tinggikan berkat Allah
3
Terang Injil-Nya terang yang sesungguhnya
Terang Injil-Nya yang mem’bri hikmat kekuatan
Walau dalam gelap Ia memberi terang
Ia memb’ri terang t’rang salib-Nya
Ku mau s’rahkan hidup, ‘tuk memuliakan-Nya
menuntun m’reka kepada’Nya
|
Download KPRI 045 |
► Play KPRI 046 Di Bukit Golgota |
Lyric | History
VERSI 1
1
Di bukit Golgota nampaklah salib Hu, matahari bersuramlah.
Yesus Anak Allah meninggalkan surga, mati bagiku yang berdosa.
Reff:
Maka ku tinggikan salib-Nya, sampai bertemu dengan Bapa,
dengar kata-Nya, “Hamba setia, salib Kuganti dengan mahkota.”
2
Meski manusia menghina salib-Nya, namun bagiku lambang mulia.
Hatiku sungguh k’ras makin tak terg’raklah hanya kasih-Nya menghancurkan.
3
Salib di Golgota sudah tidak ada, namun jasanya tetap ada.
S’lamatkan manusia hapuskan dosa, hatiku pun boleh sucilah.
VERSI 2
1
On a hill far away stood an old rugged cross,
The emblem of suff’ring and shame;
And I love that old cross where the dearest and best
For a world of lost sinners was slain.
Reff:
So I’ll cherish the old rugged cross,
Till my trophies at last I lay down;
I will cling to the old rugged cross,
And exchange it some day for a crown.
2
O that old rugged cross, so despised by the world,
Has a wondrous attraction for me;
For the dear Lamb of God left His glory above
To bear it to dark Calvary.
3
In that old rugged cross, stained with blood so divine,
A wondrous beauty I see,
For ’twas on that old cross Jesus suffered and died,
To pardon and sanctify me.
4
To the old rugged cross I will ever be true;
Its shame and reproach gladly bear;
Then He’ll call me some day to my home far away,
Where His glory forever I’ll share.
The Old Rugged Cross
Teks: George Bennard, 1913
Musik: George Bennard, 1913
Tune: OLD RUGGED CROSS
Firman Tuhan: 1 Petrus 2:24 Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
Latar Belakang:
Jarang seorang pemimpin pujian meminta jemaat untuk memilih lagu favorit mereka tanpa menerima paling tidak satu pemintaan untuk menyanyikan “The Old Rugged Cross.” Himne rohani ini, sebuah favorit sentimental bagi orang Kristen maupun non-Kristen, dikarang oleh George Bennard pada 1913. Himne ini pada umumnya disepakati sebagai himne yang paling populer dari semua himne abad-20.
George Bennard dilahirkan di Youngstown, Ohio, tetapi orangtuanya segera pindah ke Albia, Iowa, dan kemudian pindah lagi ke kota Lucas di negara bagian yang sama. Di sinilah George yang masih muda pertama kali menerima Kristus secara pribadi sebagai Juruselamatnya. Setelah kematian ayahnya (sebelum George berumur enambelas tahun), ia masuk ke dalam kepengurusan Bala Keselamatan. Bennard dan isterinya yang pertama melayani selama satu periode waktu sebagai petugas (officer) di
organisasi ini.
Setelah itu, Bennard ditahbiskan oleh Gereja Episkopal Methodist, dimana pelayanannya yang tekun sangat dihargai. Selama beberapa waktu ia terlibat dengan sangat sibuk di dalam mengadakan pelayanan untuk kebangunan rohani, terutama di seluruh negara bagian Michigan dan New York. Suatu kali, setelah kembali ke Michigan, ia mengalami sebuah pengalaman yang menyebabkan ia merenungkan dengan serius tentang signifikansi dari salib dan apa yang dimaksud oleh Rasul Paulus ketika ia berbicara tentang masuk ke dalam persekutuan penderitaan Kristus. Ketika Bennard merenungkan kebenaran ini, ia yakin bahwa salib itu lebih daripada hanya sekedar simbol agama tetapi jantung dari Injil. George Bennard meninggalkan catatan tentang penulisan himne ini:
Inspirasi itu datang kepadaku suatu hari di tahun 1913, ketika aku sedang tinggal di Albion, Michigan. Aku mulai menulis “The Old Rugged Cross.” Aku menggubah melodinya dulu. Kata-kata yang kutulis pertama kali tidak sempurna. Kata-kata dari himne yang sudah selesai dimasukkan ke dalam hatiku sebagai jawaban atas keperluanku sendiri. Sesaat setelah itu, himne ini diperkenalkan pada pertemuan-pertemuan khusus di Pokagon, Michigan, pada 7 Juni 1913. Acara pertama dimana himne ini diperdengarkan di luar gereja di Pokagon adalah di Chicago Evangelistic Institute. Di sana himne ini diperkenalkan kepada sebuah konvensi besar dan segera menjadi sangat populer di seluruh negara.
Tidak lama setelah menulis himne ini, George Bennard mengirim sebuah kopi manuskrip kepada Charles Gabriel, salah satu komposer himne ternama pada saat itu. Gabriel menyatakan dengan pasti, “Anda pasti akan mendengar dari lagu ini,” segera diwujudkan ketika “The Old Rugged Cross” menjadi salah satu lagu yang paling luas diterbitkan, baik sakral maupun sekuler, di Amerika.
Bennard melanjutkan pelayanan penginjilannya selama empatpuluh tahun setelah penulisan himne ini. Ia menulis himne rohani favorit lainnya, tetapi tidak ada yang dapat menandingi respons yang didapat oleh “The Old Rugged Cross.” Pada 9 Oktober 1958, di usia delapanpuluh lima tahun, Bennard menggantikan “salib dengan mahkota.” Ia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di “pinggir jalan,” beberapa kilometer di sebelah utara Reed City, Michigan. Di dekat rumah ini masih berdiri sebuah salib setinggi dua belas kaki (3,6 meter) dengan kata-kata, “ ‘The Old Rugged Cross’ – Rumah George Bennard, komposer dari himne tercinta ini.”
Meskipun sering dikatakan bahwa kita tidak menyembah salib tetapi Kristus yang disalibkan, seseorang tidak dapat merenungkan kebenaran penebusan Kristus tanpa kesadaran akan sentralitas salib di dalam rencana penebusan untuk manusia yang terhilang.
|
Download KPRI 046 |
► Play KPRI 047 I Believe In A Hill Called Mount Calvary |
Lyric
1
There are things as we travel this earth’s shifting sands
That transcend all the reason of man;
But the things that matter the most in this world
They can never be held in our hand
Reff:
I believe in a hill called Mount Calv’ry
I’ll believe whatever the cost
And when time has surrendered and earth is no more
I’ll still cling to that old rugged cross
2
I believe that the Christ who was slain on that cross
Has the power to change lives today;
For He changed me completely, a new life is mine
That is why by the cross I will stay
3
I believe that this life with its great mysteries
Surely someday will come to an end;
But faith will conquer the darkness and death
And will lead me at last to my friend
|
Download KPRI 047 |
► Play KPRI 048 Kisah Salib Tuhan Yesus |
Lyric
VERSI 1
1
Pernahkah kau renungkan kisah salib Tuhan Yesus?
Darah-Nya mengalir dari rusuk untuk menghapus dosa.
Reff:
Yesus menderita bagimu, Yesus mati bagimu.
Cinta yang ajaib bagimu, Yesus mati bagimu.
2
Pernahkah kau lihat K’pala-Nya bermahkota duri?
“M’reka tak ta’u apa yang diperbuat, ampunilah ya Bapa.”
3
Pernahkah kau dengar kata- Nya, “Sudah g’nap bagimu?”
Pernahkah kau ucap syukur kar’na Dia t’lah mati bagimu?
VERSI 2
1
Have you read the story of the cross,
Where Jesus bled and died,
Where your debt was paid by the precious blood
That flowed from His wounded side?
Reff:
He died of a broken heart for you,
He died of a broken heart;
Oh, wondrous love! For you, for me,
He died of a broken heart.
2
Have you read how they placed the crown of thorns
Upon His kindly brow,
How He cried, “They know not what they do;
O Father, forgive them now?”
3
Have you read how the dying thief was saved
While hanging on the tree,
When he looked with pleading eyes and said,
“O Lord, remember me”?
4
Have you read how in anguish He cried aloud
And died on Calvary?
Have you ever said, “I thank Thee, Lord,
For giving Thy life for me?”
|
Download KPRI 048 |
► Play KPRI 049 Memandang Salib Rajaku |
Lyric | History
VERSI 1
1
Memandang salib rajaku
yang mati untuk dunia,
Kurasa hancur congkakku
dan harta hilang harganya.
2
Tak boleh aku bermegah
selain di dalam salib-Mu,
Kubuang nikmat dunia
demi darah-Mu yang kudus.
3
Berpadu kasih dan sedih
mengalir dari luka-Mu,
mahkota duri yang pedih
menjadi keagungan-Mu.
VERSI 2
1
When I survey the wondrous cross
On which the Prince of glory died,
My richest gain I count but loss,
And pour contempt on all my pride.
2
Forbid it, Lord, that I should boast,
Save in the death of Christ my God!
All the vain things that charm me most,
I sacrifice them to His blood.
3
See from His head, His hands, His feet,
Sorrow and love flow mingled-down!
Did e’er such love and sorrow meet,
Or thorns compose so rich crown?
4
His dying crimson, like a robe,
Spreads o’er His body on the tree;
Then I am dead to all the globe,
And all the globe is dead to me.
5
Were the whole realm of nature mine,
That were a present far too small;
Love so amazing, so divine,
Demands my soul, my life, my all.
6
To Christ, Who won for sinners grace
By bitter grief and anguish sore,
Be praise from all the ransomed race
Forever and forevermore.
When I Survey the Wondrous Cross
Teks: Isaac Watts, 1707
Musik: Edward Miller, 1790
Tune: ROCKINGHAM
Firman Tuhan: Yohanes 19:17 Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.
Latar Belakang:
Himne yang ditulis oleh Isaac Watts ini, yang dikatakan oleh seorang teolog terkenal, Matthew Arnold, sebagai himne berbahasa Inggris yang paling besar, ditulis pada tahun 1707 untuk digunakan di sebuah kebaktian yang dipimpin oleh Watts. Himne ini pertama kali muncul secara tercetak di tahun yang sama dalam koleksi tulisan luar biasa Watts, Hymns and Spiritual Songs. Judul asli himne ini adalah “Crucifixion to the World by the Cross of Christ.”
Isaac Watts dilahirkan pada tanggal 17 Juli 1674, di Southampton, Inggris. Ia adalah anak sulung dari sembilan bersaudara. Ayahnya adalah seorang majelis yang terpelajar di sebuah gereja Congregational yang kontroversial. Pada saat Watts dilahirkan, ayahnya sedang ditahan di penjara karena keyakinannya yang tak kenal kompromi. Watts muda menunjukkan sebuah keahlian yang tidak biasa di dalam mempelajari bahasa Latin pada usia lima tahun, bahasa Yunani ketika berusia sembilan tahun, bahasa Perancis ketika berusia sebelas tahun, dan bahasa Ibrani ketika berusia tiga belas tahun. Ia juga mulai menulis syair-syair dengan kualitas yang sangat baik pada saat ia masih sangat muda.
Watts sering dirujuk sebagai bapak himne Inggris. Salah satu keprihatinannya mula-mula adalah kualitas nyanyian jemaat yang sedang anjlok ke dalam keadaan yang sangat buruk. Nyanyian mereka terdiri dari pembacaan Mazmur yang lambat dan penuh renungan oleh majelis yang ditunjuk dan kemudian diikuti oleh dengungan jemaat. Teks-teks untuk Mazmur-himne ini sering kali kasar dan tidak elegan. Sajak murahan yang khas pada saat itu adalah seperti:
Ye monsters of the bubbling deep, your Master’s praises spout;
Kau monster-monster dari kedalaman yang mendidih, pujian tuanmu tersembur keluar
Up from the sands ye coddlings peep, and wag your tails about.
Bangkit dari pasir yang mengintip manja, dan kibaskanlah ekormu.
Watts suatu kali menulis, “Nyanyian pujian kepada Tuhan adalah bagian dari ibadah yang paling dekat hubungannya dengan sorga; tetapi pelaksanaan di antara kita adalah yang terburuk di atas bumi.” Suatu hari Minggu setelah kembali dari ibadah yang buruk seperti biasa, Watts mulai melanjutkan cercaannya terhadap nyanyian jemaat. Ayahnya berseru, “Kenapa kau tidak memberikan yang lebih baik untuk kami, Anak Muda!” Sebelum ibadah malam dimulai, Isaac muda sudah selesai menuliskan himne pertamanya, yang diterima dengan antusias oleh orang-orang di sana.
Penyair muda itu memutuskan untuk menulis himne lainnya. Selama dua tahun berikutnya, Watts menulis sebuah himne baru setiap hari Minggu. Ia melanjutkan dengan menulis versi baru untuk ukuran irama (metrical) bagi Mazmur dengan sebuah keinginan untuk “Mengkristenkan mazmur-mazmur dengan pesan dan gaya Perjanjian Baru.” Beberapa himnenya yang didasari dengan tatacara mazmur baru ini adalah kesukaan umat, seperti: “Jesus Shall Reign” dan “O God, Our Help in Ages Past”. Watts juga adalah pengarang himne anak-anak, “I Sing the Mighty Power of God.” Karena keberaniannya untuk meninggalkan mazmur-mazmur tradisional, Isaac Watts sering dianggap sebagai anggota gereja yang radikal pada masanya.
Isaac Watts juga adalah pengarang dari “Am I a Soldier of the Cross?” dan “Joy to the World!” (Dunia Gemar dan Soraklah, KPRI no. 34).
Watts tidak hanya menulis ulang Mazmur dengan cara ini, tetapi ia juga menulis sejumlah himne yang semata-mata berdasarkan perasaan pribadinya. Himne-himne ini dikenal sebagai himne ketenangan manusia. Himne-himne seperti ini sering diperdebatkan selama masa hidupnya. “When I Survey the Wondrous Cross” adalah sebuah contoh dari tipe himne ini yang ditulis oleh Watts. Secara keseluruhan Isaac Watts menggubah lebih dari 600 himne.
Tune untuk teks ini dikenal sebagai tune “Hamburg”. Ini adalah karya Lowell Mason, yang sering disebut sebagai bapak sekolah negeri dan musik gereja Amerika. Mason berkata bahwa ia menyusun tune ini pada tahun 1824 dari nyanyian Gregorian (Gregorian chant) kuno, musik gerejawi paling awal yang diketahui. Nyanyian gereja ini diwarisi oleh jemaat Kristen mula-mula dari ibadah-ibadah dalam rumah ibadah Yahudi dan sinagog. Nyanyian-nyanyian ini mewakili beberapa melodi paling manis yang pernah ada. Paus Gregory, yang hidup selama paruh akhir abad keenam, adalah salah satu pemimpin gereja yang memperhatikan musik gerejawi. Ia berbuat banyak untuk mengembangkan dan mengorganisir nyanyian-nyanyian ini, dan karena itulah muncul sebutan “nyanyian-nyanyian Gregorian” (“Gregorian Chants”). Nyanyian-nyanyian ini masih membentuk dasar musik gereja Roma Katolik hingga sekarang. Tune “Hamburg” pertama kali muncul di dalam Boston’s Handel and Haydn Society Collection of Church Music pada tahun 1825. Menarik untuk dicatat bahwa seluruh melodi lagu ini hanya mencakup jarak sebanyak lima not.
Himne lain yang digubah oleh Lowell Mason termasuk “From Greenland’s Icy Mountains” (Dari Kutub ke Kutub, KPRI no. 155), “Nearer My God, to Thee”, “A Charge to Keep I Have”, “Joy to the World!” (Dunia Gemar dan Soraklah, KPRI no. 34), “My Faith Looks Up to Thee”, dan “O Day of Rest and Gladness”.
|
Download KPRI 049 |
► Play KPRI 050 Menjulang Nyata Atas Bukit Kala |
Lyric
VERSI 1
1
Menjulang nyata atas bukit kala t'rang benderang salib-Mu, Tuhanku.
Dari sinarnya yang menyala-nyala memancar kasih agung dan restu.
Seluruh umat insan menengadah ke arah cah’ya kasih yang mesra.
Bagai pelaut yang karam merindukan di ufuk timur pagi merekah.
2
Salib-Mu, Kristus, tanda pengasihan mengangkat hati yang remuk redam,
membuat dosa yang tak terperikan di lubuk cinta Tuhan terbenam.
Di dalam Tuhan kami balik lahir, insan bernoda kini berseri,
teruras darah suci yang mengalir di salib pada bukit Kalvari.
VERSI 2
1
Above the hills of time the cross is gleaming,
Fair as the sun when night has turned to day;
And from it love’s pure light is richly streaming,
To cleanse the heart and banish sin away.
To this dear cross the eyes of men are turning,
Today as in the ages lost to sight;
And for Thee, O Christ, men’s hearts are yearning,
As shipwrecked seamen yearn for morning light.
2
The cross, O Christ, Thy wondrous love revealing,
Awakes our hearts as with the light of morn,
And pardon o’er our sinful spirits stealing,
Tells us that we, in Thee, have been reborn.
Like echoes to sweet temple bells replying
Our hearts, O Lord, make answer to Thy love;
And we will love Thee with a love undying,
Till we are gathered to Thy home above.
|
Download KPRI 050 |
► Play KPRI 051 Pimpin Ke Kalvari |
Lyric | History
VERSI 1
1
Mahkotailah Raja Hidup, mulia bagi-Mu
Ingat mahkota duri-Mu, pimpin ke Kalvari.
Reff:
Jangan lupa Getsemani, jangan lupa sengsara-Nya,
jangan lupa cinta Tuhan, pimpin ke Kalvari
2
Kumohon untuk mengerti, Kau mati bagiku.
Ku mau bagaikan malaikat, menjaga kubur-Mu.
3
Kurela segenap hati, memikul salibku.
T’rima cawan pa’it serta-Nya, pimpin ke Kalvari.
VERSI 2
1
King of my life, I crown Thee now, Thine shall the glory be;
Lest I forget Thy thorn crowned brow, Lead me to Calvary.
Reff:
Lest I forget Gethsemane, Lest I forget Thine agony;
Lest I forget Thy love for me, Lead me to Calvary.
2
Show me the tomb where Thou wast laid, Tenderly mourned and wept;
Angels in robes of light arrayed Guarded Thee whilst Thou slept.
3
Let me like Mary, through the gloom, Come with a gift to Thee;
Show to me now the empty tomb, Lead me to Calvary.
4
May I be willing, Lord, to bear; Daily my cross for Thee;
Even Thy cup of grief to share, Thou hast borne all for me.
Lead Me to Calvary
Teks: Jennie Evelyn Hussey, 1921
Musik: William J Kirkpatrick, 1838-1921
Tune: DUNCANNON
Firman Tuhan: Ibrani 12:3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
Latar Belakang:
Jennie Evelyn Hussey adalah seorang Quaker seumur hidupnya (anggota suatu perkumpulan Kristen yang anti-perang dan anti-sumpah). Sebagian besar hidupnya dipenuhi dengan kesukaran dan penderitaan, khususnya mengenai perawatan seorang saudarinya yang cacat. Namun demikian Jennie dikenal dengan sikapnya yang ceria dan berhati teguh.
Secara keseluruhan, ia menulis hampir sebanyak 150 teks himne. “Lead Me to Calvary” pertama kali muncul dalam New Songs of Praise and Power pada tahun 1921. Kata-kata yang bijaksana ini dapat memperdalam hidup rohani kita seraya kita melangkah lebih jauh memasuki masa pra-Paskah.
|
Download KPRI 051 |
► Play KPRI 052 Di Bawah Salib Yesus |
Lyric | History
VERSI 1
1
Di bawah salib Yesus, ku tinggallah teduh.
Dilindung dalam batu karang dengan berteduh.
Tempat senang jika lelah dan rasalah beban.
Waktu menanggung berat mendapat perhentian.
2
Ke atas salib Yesus, mataku pandanglah.
Dia yang tanggung bagiku sengsara dan siksa.
Dan hatiku yang hancurlah mengaku kasih-Mu.
Yang ajaib karna nyatalah tak ada layakku.
3
Ku ambil bayang salib, tempat perlindungan.
Ku minta saja kesenangan yang Tuhan b’rikan.
Kes’nangan dunia ku tidak lagi merindu.
Kemuliaanku hanyalah salib Tuhan Yesus.
VERSI 2
1
Beneath the cross of Jesus
I fain would take my stand,
The shadow of a mighty rock
Within a weary land;
A home within the wilderness,
A rest upon the way,
From the burning of the noontide heat,
And the burden of the day.
2
O safe and happy shelter,
O refuge tried and sweet,
O trysting place where Heaven’s love
And Heaven’s justice meet!
As to the holy patriarch
That wondrous dream was given,
So seems my Savior’s cross to me,
A ladder up to heaven.
3
There lies beneath its shadow
But on the further side
The darkness of an awful grave
That gapes both deep and wide
And there between us stands the cross
Two arms outstretched to save
A watchman set to guard the way
From that eternal grave.
4
Upon that cross of Jesus
Mine eye at times can see
The very dying form of One
Who suffered there for me;
And from my stricken heart with tears
Two wonders I confess;
The wonders of redeeming love
And my unworthiness.
5
I take, O cross, thy shadow
For my abiding place;
I ask no other sunshine than
The sunshine of His face;
Content to let the world go by
To know no gain or loss,
My sinful self my only shame,
My glory all the cross.
Beneath the Cross of Jesus
Teks: Elizabeth C. Clephane, 1868
Musik: Frederick C. Maker, 1881
Tune: ST. CHRISTOPHER
Firman Tuhan: I Korintus 1:18 Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
Latar Belakang:
Himne yang penuh makna ini ditulis oleh seorang Skotlandia yang sakit-sakitan, seorang wanita Presbyterian pada abad lampau, yang meskipun kelemahan fisiknya dikenal oleh seluruh komunitas tempat dia berada sebagai seorang yang suka menolong dan periang.
Elizabeth Cecilia Douglas Clephane, salah satu dari sedikit penulis himne wanita di Skotlandia, dilahirkan di Edinburgh, Skotlandia, tetapi dibesarkan di Melrose, Skotlandia, di dalam sebuah wilayah yang indah di Abbostsford, dekat sebuah jembatan tua yang diceritakan oleh seorang penulis terkenal Skotlanddia, Sir Walter Scott, di dalam bukunya, “The Abbot and the Monastery.” Ayah Elizabeth adalah seorang sherif kabupaten, ibunya adalah keturunan dari keluarga Douglas yang terkenal itu. Elizabeth mempunyai dua orang saudara perempuan, dan ia dikenal sebagai anggota keluarga yang lemah dan sakit-sakitan. Meskipun demikian, di dalam batas kekuatannya, dia masih melayani orang-orang miskin dan sakit di dalam komunitasnya, dan dia dan saudara perempuannya menyumbangkan semua kepunyaan mereka yang bukan merupakan kebutuhan sehari-hari mereka. Di seluruh wilayah Melrose, Elizabeth dikenal baik sebagai “si sinar mentari”.
Elizabeth suka menulis puisi dan menerbitkan beberapa puisinya di dalam sebuah majalah Presbyterian Skotlandia yang bernama The Family Treasury. Namun demikian, kebanyakan tulisannya muncul di dalam majalah ini tanpa mencantumkan namanya.
Pada tahun 1872, tiga tahun sesudah ia mati muda pada usia tiga puluh sembilan tahun.
“Beneath the Cross of Jesus” ditulis oleh Elizabeth pada tahun 1868, setahun sebelum kematiannya. Akan tetapi lirik ini baru diterbitkan pada tahun 1872 tanpa menyertakan namanya di The Family Treasury dengan beberapa puisinya yang lain. Puisi aslinya terdiri dari lima bait, tetapi pada zaman sekarang hanya tiga bait yang digunakan di kebanyakan buku himne. Jelas bahwa Elizabeth, seperti banyak orang Presbyterian lainnya di zamannya, adalah seorang murid Alkitab yang sangat rajin karena himnenya dipenuhi dengan simbol-simbol dan imajeri Alkitab. Sebagai contoh, pada bait pertama:
· Referensi untuk “the mighty Rock” (batu yang besar) diambil dari Yesaya 32:2.
· Referensi untuk “the weary land” (tanah yang kering dan tandus) diambil dari Mazmur 63:1.
· Referensi untuk “home within the wilderness” (tempat penginapan di padang gurun) diambil dari Yeremia 9:2.
· Referensi untuk “rest upon the way” (tempat perhentian) diambil dari Yesaya 28:12.
· Referensi untuk “noontide heat” (panas siang terik) diambil dari Yesaya 4:6.
· Referensi untuk “burden of the day” (beban hari ini) diambil dari Matius 11:30.
Elizabeth Clephane juga adalah pengarang lirik lagu “The Ninety and Nine”.
Tune untuk lirik lagu “Beneath the Cross of Jesus” ini dinamakan “St. Christopher,” secara etimologi (ilmu asali kata) kata ini berarti “pembawa pesan Kristus”. Tune ini digubah untuk lirik ini oleh Frederick Charles Maker, salah satu organis terhebat di gereja Inggris non-Anglikan pada waktu itu. Maker dilahirkan di Bristol, Inggris, dan dia menghabiskan masa aktif hidupnya dengan bermain organ di berbagai gereja di kota tersebut. Frederick Maker menyumbangkan sejumlah tune hymne untuk sebuah buku hymne edisi tahun 1881 yang berjudul The Bristol Tune Book. Dia juga merupakan penggubah tune lagu “Dear Lord and Father of Mankind.”
|
Download KPRI 052 |
► Play KPRI 053 Only Jesus |
Lyric
Only Jesus only He
brings redemption full and free;
There’s a yearning in all our lives
That only Jesus satisfies.
|
Download KPRI 053 |
► Play KPRI 054 Bawalah Aku Yesus Dekat Ke Salib |
Lyric | History
VERSI 1
1
Bawalah aku Yesus, dekat ke salib-Mu.
Air Hidup dan darah-Mu, sucikan hatiku.
Reff:
Salib-Nya, salib-Nya, s’lamanya mulia,
Dosaku dihapuskan, oleh darah Yesus.
2
Imanku yang terkecil, Tuhan tak tinggalkan.
Sinarilah hatiku dengan Roh Kudus-Mu.
3
Salib-Mu sandaranku, ku rindu kasih-Mu.
Selama aku hidup ku mau taat pada-Mu.
VERSI 2
1
Jesus, keep me near the cross,
There a precious fountain
Free to all, a healing stream
Flows from Calvary’s mountain.
Reff:
In the cross, in the cross,
Be my glory ever;
Till my raptured soul shall find
Rest beyond the river.
2
Near the cross, a trembling soul,
Love and mercy found me;
There the Bright and Morning Star
Sheds its beams around me.
3
Near the cross! O Lamb of God,
Bring its scenes before me;
Help me walk from day to day,
With its shadows o’er me.
4
Near the cross I’ll watch and wait
Hoping, trusting ever,
Till I reach the golden strand,
Just beyond the river.
Near the Cross
Teks: Fanny J. Crosby, 1869
Musik: William H. Doane, 1869
Tune: NEAR THE CROSS
Latar Belakang:
“Near the Cross ditulis oleh Fanny Crosby dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1869. Seperti juga banyak dari antara 8.000 teks himne lain yang ditulisnya, Fanny Crosby menulis puisi ini untuk dicocokkan dengan tune yang telah dikomposisi oleh William H. Doane.
Meskipun Fanny bekerja sama dengan banyak musikus rohani, William Doane-lah rekan kerja sama utamanya. Doane adalah seorang usahawan sukses di Cincinnati, dan juga seorang komposer dan penerbit banyak lagu rohani yang berhasil. Setelah ia meninggal diketahui bahwa ia adalah seorang yang sangat kaya dan ia menyumbangkan sebagian besar kekayaannya itu, termasuk untuk membangun Doane Memorial Music Building di Moody Bible Institute di Chicago.
|
Download KPRI 054 |
► Play KPRI 055 O How He Loves You And Me! |
Lyric
1
O how He loves you and me!
O how He loves you and me!
He gave His life
What more could He give?
O how He loves you,
O how He loves me,
O how He loves you and me.
2
Jesus to Calv’ry did go;
His love for sinners to show
What He did there
bro’t hope from despair
O how He loves you,
O how He loves me,
O how He loves you and me.
|
Download KPRI 055 |
► Play KPRI 056 O Mighty Cross |
Lyric
1
O mighty cross,
love lifted high,
The Lord of life
raised there to die;
Reff:
His sacrifice on Calvary
Has made the mighty cross
a tree of life to me
2
O mighty cross,
what throne of grace,
He knew no sin,
yet took my place;
3
O mighty cross,
O Christ so pure,
Love held Him there,
such shame endured;
4
O mighty cross,
my soul’s release;
The stripes He bore
have brought me peace;
|
Download KPRI 056 |
► Play KPRI 057 Hanya Oleh Darah Yesus |
Lyric
VERSI 1
1
Dosaku t’lah dihapus, hanya oleh darah Yesus.
Kudapat hidup baru, hanya oleh darah Yesus.
Reff:
O darah yang Kudus, darahnya Penebus.
Jiwaku ditebus, hanya oleh darah Yesus.
2
Kulihat pengampunan, hanya oleh darah Yesus.
Hatiku disucikan, hanya oleh darah Yesus.
3
Dosaku t’lah dihapus, hanya oleh darah Yesus.
Menjadi orang kudus, hanya oleh darah Yesus.
VERSI 2
1
What can wash away my sin?
Nothing but the blood of Jesus;
What can make me whole again?
Nothing but the blood of Jesus.
Reff:
O! Precious is the flow
That makes me white as snow;
No other fount I know,
Nothing but the blood of Jesus.
2
For my pardon this I see,
Nothing but the blood of Jesus;
For my cleansing, this I plea,
Nothing but the blood of Jesus.
3
Nothing can for sin atone,
Nothing but the blood of Jesus;
Naught of good that I have done,
Nothing but the blood of Jesus.
4
This is all my hope and peace,
Nothing but the blood of Jesus;
This is all my righteousness,
Nothing but the blood of Jesus.
5
Now by this I’ll overcome
Nothing but the blood of Jesus,
Now by this I’ll reach my home
Nothing but the blood of Jesus.
6
Glory! Glory! This I sing
Nothing but the blood of Jesus,
All my praise for this I bring
Nothing but the blood of Jesus.
|
Download KPRI 057 |
► Play KPRI 058 Mulia Dan Menang |
Lyric | History
VERSI 1
1
Mulia dan menang pada Tuhanku,
yang bangkit kembali, dari kuasa maut,
kubur tak berdaya, t’rus menahan-Nya,
malaikat yang mulia, saksi bangkit-Nya.
Reff:
Mulia dan menang pada Tuhanku,
yang mutlak t’lah menang, atas kuasa maut.
2
Yesus yang bangkit Juru s’lamatku,
di mana sengatmu, hai kuasa maut.
Mari kita sorak, bersukaria,
kar’na kuasa kubur patah sengatnya.
3
Teguhkan daku Raja hidupku,
sadarkan kus’lalu t’rus bersandar-Mu.
Bimbinglah jalanku, dalam kasih-Mu,
sampai akhir hidup jumpa dengan-Mu.
VERSI 2
1
Thine be the glory, risen, conq’ring Son;
Endless is the vict’ry, Thou o’er death hast won;
Angels in bright raiment rolled the stone away,
Kept the folded graveclothes where Thy body lay.
Reff:
Thine is the glory, risen conqu’ring Son,
Endless is the vict’ry, Thou o’er death hast won.
2
Lo! Jesus meets us, risen from the tomb;
Lovingly He greets us, scatters fear and gloom;
Let the church with gladness, hymns of triumph sing;
For her Lord now liveth, death hath lost its sting.
3
No more we doubt Thee, glorious Prince of Life;
Life is naught without Thee; aid us in our strife;
Make us more than conqu’rors, through Thy deathless love;
Bring us safe through Jordan to Thy home above.
Thine is the Glory
Teks: Edmond L. Budry, 1884
Musik: George F. Handel, 1747
Tune: MACCABEUS
Latar Belakang:
Edmond L. Budry menulis lagu “A Toi la Gloire,” ”Thine Be the Glory,” in 1884, setelah isterinya, Marie de Hayenborg meninggal. Ia menulis lagu ini dan mencocokkannya dengan tune (nada) dari lagu yang ada di oratorio Judas Maccabeus, yaitu lagu ‘See the conquering hero comes’. Oratorio ini ditulis oleh George Frideric Handel pada tahun 1746.
Lagu ini pertema kali dipublikasikan dalam Chants Evangeliques, di Lausanne, Swiss, tahun 1885. Himne ini diterjemahkan dari Bahasa Perancis ke dalam Bahasa Inggris pada tahun 1925 oleh Richard B. Hoyle dan muncul di dalam Cantate Domino Hymnal, yang merupakan himnal dari Federasi Mahasiswa Kristen Dunia.
Richard B. Hoyle lahir tahun 1875 di Inggris. Ia masuk Regent’s Park College di London pada tahun 1895. Ia melayani di berbagai gereja di Inggris selama duapuluh enam tahun. Selama hidupnya, ia menerjemahkan sebanyak kurang lebih 30 himne Perancis ke dalam Bahasa Inggris. Karena kefasihannya dalam beberapa bahasa, ia juga menerjemahkan himne-himne ke dalam duabelas bahasa lain! Pada tahun 1934, ia datang ke Amerika dan bersekolah di Western Theological Seminary di Philadelphia selama dua tahun. Sekembalinya ke Inggris, ia menjadi pendeta di gereja Baptis.
|
Download KPRI 058 |
► Play KPRI 059 Dalam Taman |
Lyric | History
VERSI 1
1
Ku masuk ke dalam taman,
bertemu dengan Putra Allah;
Kudengar suara yang lembut segar,
Memanggilku berdoa.
Reff:
Ku dengar merdu suara Tuhanku
di tengah taman yang teduh
Persekutuan tak terlukisan,
menghiburkan hatiku.
2
Suara Tuhan sungguh merdu;
Burungpun diam, tak bernyanyi;
Lagu Ia b’ri, sungguh tak terp’ri;
Hatiku t’rus memuji.
3
Ku suka tetap serta-Nya;
Siang malam dengan Tuhanku;
Doaku mesra dalam kasih-Nya;
Segar seg’nap jiwaku.
VERSI 2
1
I come to the garden alone
While the dew is still on the roses
And the voice I hear falling on my ear
The Son of God discloses.
Reff:
And He walks with me, and He talks with me,
And He tells me I am His own;
And the joy we share as we tarry there,
None other has ever known.
2
He speaks, and the sound of His voice,
Is so sweet the birds hush their singing,
And the melody that He gave to me
Within my heart is ringing.
3
I’d stay in the garden with Him
Though the night around me be falling,
But He bids me go; through the voice of woe
His voice to me is calling.
In the Garden
Teks: C. Austin Miles, 1912
Musik: C. Austin Miles, 1912
Tune: GARDEN
Firman Tuhan: Yohanes 20:18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Latar Belakang:
Pada tahun 1912, produser musik Dr. Adam Geibel meminta C. Austin Miles untuk menulis sebuah teks himne yang “bernada simpatik, yang menghembuskan kelembutan di setiap barisnya; yang membawa harapan kepada yang putus asa, kelepasan kepada yang lelah, dan bantal empuk bagi pesakit yang sekarat.”
Di dalam buku George W. Sanville, Forty Gospel Hymn Stories, Miles meninggalkan catatan berikut perihal penulisan himne ini:
Suatu hari di bulan Maret 1912, aku duduk di sebuah ruangan yang gelap di mana aku menyimpan peralatan fotografi dan organku. Aku menarik Alkitab ke arahku; dan Alkitab itu terbuka pada pasal favoritku, Yohanes 20 – aku mempersilahkan pembaca untuk menilai sendiri apakah ini karena kebetulan atau karena inspirasi. Peristiwa pertemuan antara Yesus dengan Maria tidak kehilangan sedikit pun kekuatan dan daya pikatnya.
Ketika aku membacanya hari itu aku seperti terhisap ke tengah-tengah peristiwa itu. Aku menjadi saksi bisu untuk momen dramatis dalam hidup Maria tersebut, ketika ia berlutut di hadapan Tuhannya, dan berseru, “Rabboni!”
Kedua tanganku beristirahat di atas Kitab Suci, sementara aku memandang ke dinding berwarna biru muda. Ketika cahaya memudar, aku seperti sedang berdiri di pintu masuk sebuah taman, melihat pada sebuah jalan berkelok-kelok lembut, dipenuhi bayangan cabang-cabang pohon zaitun. Seorang wanita berpakaian putih, dengan kepala tertunduk, dan tangan menggenggam lehernya, seolah-olah ingin menekan isakan tangis, berjalan lambat di bawah bayang-bayang itu. Ia adalah Maria. Ketika ia tiba di kuburan itu, ia meletakkan tangan di atasnya, membungkuk untuk melihat ke dalam, lalu bergegas meninggalkan tempat itu.
Yohanes, dengan jubah panjang, muncul, melihat ke dalam kuburan; lalu datang juga Petrus, yang masuk ke dalam kuburan, dan diikuti dengan perlahan oleh Yohanes.
Ketika mereka meninggalkan tempat itu, Maria datang lagi; meletakkan kepalanya di atas lengannya pada kuburan itu, lalu menangis. Ketika ia berbalik, ia melihat Yesus sedang berdiri di sana, dan aku juga melihat-Nya. Aku tahu itu adalah Dia. Maria berlutut di hadapan-Nya, dengan lengan terjulur dan melihat pada wajah-Nya serta berseru, “Rabboni!”
Aku terbangun di tengah ruangan yang terang, tangan memegang Alkitab, dengan otot-otot kaku dan syaraf bergetar. Di bawah inspirasi dari penglihatan ini aku menulis secepat kata-kata dapat terbentuk, sebuah puisi yang pada saat itu juga ada dalam benakku. Pada malam itu juga aku menggubah musiknya.
|
Download KPRI 059 |
► Play KPRI 060 Karena Dia Hidup |
Lyric | History
VERSI 1
1
Anak Allah, datang ke dunia,
‘tuk s’lamatkan yang berdosa;
Ia tebusku, mati disalib,
kubur kosong nyatakan Tuhanku hidup.
Reff:
S’bab Dia hidup, ada hari esok,
tak’kan lagi aku takut,
dan kutahu hari esokku,
hidupku penuh harap, kar’na Dia hidup.
2
‘Ku anak-Nya, di pelukan-Nya,
amat tenang dan senanglah;
yakinlah kau, dengan imanmu,
dapat menghadap esok kar’na Ia hidup.
3
Dan tamatlah, jalan hidupku,
‘ku menghadap p’rang yang dahsyat;
dan Tuhanku mengalahkan maut,
dalam mulia kujumpa Tuhanku hidup.
VERSI 2
1
God sent His son, they called Him Jesus
He came to love, heal, and forgive.
He lived and died to buy my pardon,
An empty grave is there to prove my Savior lives.
Reff:
Because He lives, I can face tomorrow.
Because He lives, All fear is gone.
Because I know He holds the future,
And life is worth the living just because He lives.
2
How sweet to hold a newborn baby,
And feel the pride and joy he gives.
But greater still the calm assurance,
This child can face uncertain days because He lives.
3
And then one day I’ll cross the river,
I’ll fight life’s final war with pain.
And then as death gives way to vict’ry,
I’ll see the lights of glory and I’ll know He reigns
Because He Lives
Teks: Gloria Gaither, 1942-William J. Gaither, 1936-
Musik: William J. Gaither, 1936-
Tune: RESURRECTION
Latar Belakang:
Selama dua dekade terakhir, musik Gloria dan Bill Gather telah memperkaya himnodi penginjilan. Lagu-lagu seperti “He Touched Me,” “Something Beautiful,” “Let’s Just Praise the Lord,” “The King is Coming,” “There’s Something about That Name,” dan “I Am Loved” hanyalah beberapa contoh dari lebih 4.000 lagu yang mengalir dari hati dan pena pasangan yang berbakat dan mencintai Tuhan ini.
Tetapi satu hal yang paling berkesan dalam pelayanan pasangan Gaither adalah lagu yang merefleksikan filosofi hidup mereka – “prinsip kebangkitan yang menjadi dasar dalam kehidupan sehari-hari” – “Karena Dia Hidup”. Bill Gaither mengingat kembali keadaan yang menyebabkan penulisan lagu ini, yang dipilih oleh Gospel Music Association dan ASCAP sebagai “Lagu Rohani Tahun ini untuk tahun 1974”:
Kami menulis “Because He Lives” setelah suatu periode waktu dimana kami mengalami semacam kekeringan dan tidak menulis satu lagu pun selama beberapa waktu… Di akhir tahun 1960-an, ketika negara kami dilanda kekacauan yang begitu hebat dengan meningkatnya penggunaan obat-obat terlarang dan segala teori “Tuhan Sudah Mati” yang begitu merajalela dan juga menjelang puncak Perang Vietnam, anak kami lahir – Benjy – setidaknya Gloria mengharapkannya. Dan aku dapat mengingat saat itu kami berpikir, “Saat ini adalah waktu yang buruk untuk melahirkan seorang anak.” Saat itu kami agak patah semangat dengan semua hal ini. Tetapi Benjy tetap lahir. Kami telah memiliki dua orang puteri yang sangat kami cintai, tapi ini adalah putera pertama kami, maka lirik itu datang di dalam pikiran kami, “Betapa indahnya menggendong bayi kami yang baru lahir dan merasakan kebanggaan dan sukacita yang diberikannya kepada kami, tapi yang lebih baik adalah sebuah jaminan ketenangan bahwa anak ini dapat menghadapi hari-hari yang tidak pasti dalam hidupnya karena Kristus hidup.” Dan ini memberikan kami keberanian untuk berkata, “Karena Kristus hidup, kami bisa menghadapi hari esok,” dan menegakkan kepala kami, serta berharap hal itu dapat menjadi berkat buat orang lain.
Sangat menarik ketika kami mengetahui bahwa sekarang, meskipun kami tidak menyebut diri kami sebagai penulis ‘tua’, banyak orang memberitahu kami bahwa mereka menggunakan lagu itu pada pemakaman orang-orang yang mereka kasihi; dan hal tersebut
sangat menguatkan mereka, di saat ketika mereka merasa begitu patah semangat. Terbukti bahwa banyak orang telah berbagi pengalaman yang sama akan perasaan patah semangat.
Bill Gaither memulai karirnya mengajar Bahasa Inggris, literatur dan jurnalisme pada tahun 1959, di kota kelahirannya di Alexandria, Indiana. Di sana ia bertemu dengan Gloria Sickal, yang mengajar Bahasa Perancis dan Inggris di sekolah menengah atas yang sama. Mereka mulai menyanyikan “lagu Gaither” di gereja-gereja setempat, dan di tahun 1962 dipersatukan dalam pernikahan. Bersama-sama mereka membesarkan tiga anak mereka – Suzanne, lahir tahun 1964; Amy, lahir tahun 1969; dan Benjy, lahir tahun 1970. Gloria dan Bill meninggalkan profesi mengajar mereka pada tahun 1967, untuk melayani sepenuh waktu dengan menulis, membuat album, telah ada lebih dari 30 album sekarang, dan mementaskan kira-kira limapuluh konser setiap tahunnya. Sekarang ini Bill juga memimpin beberap bisnis lainnya, yang merupakan perkembangan alamiah dari fenomena kreatif yang ditemukan dalam hidup dan pelayanan mereka. Hal ini termasuk studio rekaman, perusahaan distribusi musik, dan percetakan. Sejak tahun 1971, Gloria telah mengarang lima buah buku: Make Warm Noises, Rainbows Live at Easter, Because He Lives, Decisions: A Christian’s Approach to Making Right Choices, dan Let’s Make a Memory (yang ditulis bersama dengan Shirley Dobson). Gloria juga menjadi penulis bersama sekitar 400 lagu yang diterbitkan oleh Gaithers dan juga karya musik mereka yang terkenal: “Alleluia – A Praise Gathering for Believers;” “His Love Reaching;” “Kids Under Construction;” “God Has Always Had A People.” Di tahun 1976, Bill dan Gloria Gaither bersamasama dengan Fred Bock membuat himnal yang luar biasa, Hymns for the Family of God. Tentang himnal ini, Bill menulis:
Gloria dan aku sungguh memiliki perhatian bahwa orang-orang Kristen tidak seharusnya mengasingkan satu sama lain karena perbedaan cara beribadah. Kita semua adalah bagian dari keluarga yang sama, dan himnal ini mencoba untuk memelihara yang terbaik dari berbagai tradisi teologikal. Karena itu, judul yang luas tersebut sepertinya melingkupi dengan tepat apa yang kami coba lakukan.
Ketika ditanya apa yang ia inginkan dari Tuhan untuk masa depan mereka, Bill menjawab, “Aku berharap Tuhan akan menolong kami untuk senantiasa terbuka seraya kami bertambah tua. Aku telah dikecewakan di masa lalu oleh beberapa orang pemimpin Kristen yang berpikiran tertutup terhadap ide-ide baru dalam menyampaikan Injil. Aku harap kami dapat terus terbuka pada cara-cara baru yang berbeda tentang bagaimana melakukan, atau mengkotbahkan dan menyanyikan Injil. Kami harap, apa yang kami kerjakan tidak hanya mempersiapkan orang-orang untuk menjalani kekekalan bersama Tuhan, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menikmatinya bersama-sama dengan Tuhan.”
|
Download KPRI 060 |
► Play KPRI 061 Kristus Hidup |
Lyric | History
VERSI 1
1
Ku melayani Tuhan, Sahabat yang benar.
Ku yakin Dia hidup s’karang dan slamanya;
Rahmat-Nya ku alami, suara-Nya kudengar,
tiap keperluanku di tangan-Nya
Hidup, hidup, Kristus sungguh hidup.
Kurasa s’lalu dekat-Nya di dalam hidupku.
Reff:
Hidup, hidup, ‘ku dis’lamatkan-Nya,
Sungguh Kristus Yesus hidup, hidup di hatiku.
2
Alam sekelilingku, nyatakan kasih-Nya.
Meski kurasa takut namun ku dekat-Nya;
Ku ta’u Tuhan memimpin meski maut mengancam,
Kedatangan Tuhanku kunantikan
3
Puji, puji hai Kristen, nyaringkan suara-Nya;
Pujilah Haleluya, Kristuslah Rajamu;
Yesus jadi harapan, Penolong yang setia
Tak ada yang setara dengan Dia
VERSI 2
1
I serve a risen Savior, He's in the world today;
I know that He is living, whatever men may say;
I see His hand of mercy, I hear His voice of cheer;
And just the time I need Him He's always near.
Reff:
He lives, He lives, Christ Jesus lives today!
He walks with me and talks with me along life's narrow way.
He lives, He lives, salvation to impart!
You ask me how I know He lives? He lives within my heart.
2
In all the world around me I see His loving care;
And tho’ my heart grows weary, I never will despair;
I know that He is leading thro’ all the stormy blast,
The day of His appearing will come at last.
3
Rejoice, rejoice, O Christian, lift up your voice and sing,
Eternal hallelujahs to Jesus Christ the King!
The hope of all who seek Him, the help of all who find,
None other is so loving, so good and kind.
He Lives
Teks: Alfred H. Ackley, 1887-1960
Musik: Alfred H. Ackley, 1887-1960
Tune: ACKLEY
Firman Tuhan: Matius 28:6, “Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.”
Latar Belakang:
“Mengapa saya harus menyembah seorang Yahudi yang sudah mati?”
Pertanyaan yang menantang ini dilontarkan oleh seorang murid Yahudi muda yang tulus, dimana ia sedang menghadiri pertemuan penginjilan yang dipimpin oleh pengarang dan komposer himne ini, Alfred H. Ackley.
Di dalam buku Forty Gospel Hymn Stories, George W. Sanville mencatat jawaban Ackley terhadap pertanyaan pencarian itu, yang pada akhirnya mendorong penulisan himne yang terkenal ini:
Dia hidup! Aku memberitahumu, Dia tidak mati, tetapi hidup di sini dan sekarang! Yesus Kristus hidup hari ini. Aku dapat membuktikannya dari pengalaman pribadiku sendiri, dan juga kesaksian dari beribu-ribu orang lainnya.
Bapak Sanville melanjutkan:
Jawaban langsung dan empatik Ackley, bersama dengan usahanya yang gigih setelah itu untuk memenangkan jiwa anak muda itu bagi Kristus, tertuang dalam lagu dan terkristalisasi di dalam kotbah yang meyakinkan ’Kristus Hidup!’ Pemikirannya yang senantiasa teliti sangat peka akan saran-saran untuk kotbah, dan juga kotbah melalui pujian. Dalam pembacaan ulangnya mengenai kisah kebangkitan dalam Injil, kata-kata “Dia telah bangkit” menyerangnya dengan suatu pengertian baru. Dengan kegentaran dalam dirinya, munculnya lagu yang meyakinkan tersebut - ‘Kristus Hidup!’ Bukti yang tertulis di Alkitab, hatinya sendiri, dan kesaksian sejarah cocok dengan pengalaman megah dari para saksi yang tak terhitung banyaknya bahwa ‘Kristus Hidup,’ Ackley duduk di hadapan pianonya dan menyanyikan kesimpulan itu dalam lagu. Ia berkata, “Pemikiran mengenai kehadiran Kristus yang hidup selama-lamanya menghasilkan musik yang cepat dan mudah.”
Himne ini muncul pertama kali pada Triumphant Service Songs, sebuah himnal yang diterbitkan oleh Rodeheaver Company, di tahun 1933. Lagu ini telah menjadi kesukaan jemaat hingga sekarang.
Nama dua bersaudara Ackley, Alfred Henry dan Benton D., telah lama menonjol dalam ladang musik penginjilan. Keduanya telah lama bekerja sama dengan Rodeheaver Publishing Company dalam kompilasi dan perkenalan musik penginjilan, dan masing-masing saudara ini mengkontribusikan banyak lagu dalam penerbitan-penerbitan tersebut.
A. H. Ackley dilahirkan pada tanggal 21 Januari 1887, di Spring Hill, Pennsylvania. Ia menerima pendidikan sepenuhnya dalam bidang musik, termasuk dalam hal komposisi musik dari Royal Academy of Music di London, Inggris. Sebagai pemain musik, ia dikenal sebagai seorang pemain cello yang handal. Setelah lulus dari Westminster Theological Seminary, ia ditahbiskan dalam pelayanan Presbyterian, di tahun 1914. Ketika melayani sebagai gembala Presbyterian di Pennsylvania dan California, Ackley senantiasa memelihara minatnya untuk menulis syair dan musik himne. Diperkirakan bahwa ia menulis lebih dari 1.000 lagu pujian dan himne untuk menambah kompilasi dari berbagai himnal dan buku lagu yang diterbitkan oleh Rodeheaver Company. Sebagai penghargaan atas kontribusinya pada sacred music, ia dianugerahi gelar kehormatan Doctor of Sacred Music dari John Brown University.
A. H. Ackley meninggal di Whittier, California, pada tanggal 3 Juli 1960.
|
Download KPRI 061 |
► Play KPRI 062 Kristus Bangkit |
Lyric | History
VERSI 1
1
Di kubur yang gelap, Yesus Tuhanku
terbaring menanti fajar tiba.
Reff:
Dari kubur Dia bangkit
menang atas kuasa musuh-Nya
maut dan kubur ditaklukkan oleh-Nya,
bertahta dan hidup s’lama-lamanya
Dia bangkit! Dia bangkit!
Haleluyah Dia bangkit!
2
Percuma menjaga Yesus Tuhanku,
Percuma mereka menguburnya
3
Maut dan Iblis-pun tidak berdaya
menahan Tuhanku, Sang Penebus.
VERSI 2
1
Low in the grave He lay, Jesus my Savior,
Waiting the coming day, Jesus my Lord!
Reff:
Up from the grave He arose,
With a mighty triumph o’er His foes,
He arose a Victor from the dark domain,
And He lives forever, with His saints to reign.
He arose! He arose!
Hallelujah! Christ arose!
2
Vainly they watch His bed, Jesus my Savior;
Vainly they seal the dead, Jesus my Lord!
3
Death cannot keep its Prey, Jesus my Savior;
He tore the bars away, Jesus my Lord!
Chist Arose
Teks: Robert Lowry, 1874
Musik: Robert Lowry, 1874
Tune: CHRIST AROSE
Firman Tuhan: Roma 6:8-9 Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.
Latar Belakang:
“Haleluya, Dia bangkit!”
“Haleluya, Dia benar-benar bangkit!”
Jika kau dan aku hidup pada masa awal kekristenan, kalimat-kalimat di atas pasti menjadi salam kita satu sama lain, sebagai umat percaya, pada Minggu Paskah. Namun, di abad yang lalu, banyak gereja Injili merayakan hari kemenangan ini dan dikobarkan sekali lagi, dengan menyanyikan himne Paskah yang dicintai ini, yang ditulis dan dikomposisi oleh Robert Lowry pada tahun 1874.
Robert Lowry adalah sebuah nama yang sangat dihormati di antara para penulis himne penginjilan mula-mula. Ia dilahirkan di Philadephia, pada tanggal 12 Maret 1826. Pada usia tujuhbelas tahun, ia menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadinya dan setelahnya ia lulus dari Bucknell University dengan penghargaan, di tahun 1854. Lowry melayani sebagai dosen literatur di universitas ini, sejak 1869-1875, dan menerima gelar doktoratnya dari institusi tersebut. Pelayanan penggembalaan Lowry yang pertama adalah di West Chester Baptist Church, dekat Philadelphia, yang setelahnya ia melayani beberapa jemaat Baptist penting di New Jersey, New York, dan Brooklyn. Robert Lowry terus melayani Tuhan dengan aktif, hingga kepulangannya di tahun 1899 pada usia tujuhpuluh-tiga tahun.
Di sepanjang pelayanannya, Lowry dikenal sebagai seorang pemberita Injil yang paling cakap, yang memiliki pemikiran yang tajam dan kemampuan administratif. Ia terkenal sebagai seorang sarjana Alkitab yang teliti dan seorang orator cemerlang dan menawan hati; sedikit pengkotbah pada masanya yang memiliki kemampuan lebih besar dibandingkan dengannya dalam melukis dengan kata-kata dan menginspirasi jemaat. Musik dan pengetahuan himnologi adalah pelajaran kesukaannya, tetapi hanya sebagai kegemaran belaka. Meskipun Lowry menulis beberapa himne dan musik serta menerbitkan banyak buku pujian, perhatian utama dalam hidupnya adalah mengabarkan Firman Tuhan.
Namun demikian, dengan kematian musikus gospel terkenal lainnya, William Bradbury, di tahun 1868, Biglow Publishing Company memilih Robert Lowry menjadi editor musiknya. Ia menerima posisi tersebut dan segera menjadi orang dengan pengetahuan tinggi di bidang penerbitan musik. Dr. Lowry adalah editor atau kolaborator dalam persiapan lebih dari duapuluh buku pujian sekolah Minggu, banyak di antaranya dianggap sebagai buku pujian yang terbaik yang pernah diterbitkan. Satu bukunya, Pure Gold, terjual lebih dari satu juta kopi. Sering dikatakan bahwa kualitas terbitan Lowry membuat banyak kemajuan dalam perkembangan sacred music di Amerika. Ia pernah menyatakan keprihatinan ini untuk penulisan sebuah himne: “Himne tersebut haruslah siap dipahami oleh kesadaran orang Kristen, timbul dari pegalaman penulis, dan dituliskan dengan kata-kata yang kuat dan membangkitkan semangat.” Sedikit orang pada masa itu yang dapat disejajarkan dengan Lowry dalam hal penulisan teks lagu pujian dan musik nyanyian. Selain “Christ Arose”, ia telah menulis kata-kata dan musik untuk “Shall We Gather at the River?” dan “Nothing But the Blood” (Hanya oleh Darah Yesus, KPRI no. 57) dan telah memberikan musik bagi himne-himne terkenal, seperti: “All the Way My Savior Leads Me” (Sepanjang Jalan Tuhan Pimpin, KPRI no. 30), “I Need Thee Every Hour” (Ya Tuhan Tiap Jam, KPRI no. 116), “We’re Marching to Zion” (Berjalan ke Sion, KPRI no. 90), “Savior, Thy Dying Love,” dan lagu yang sendu, “Where is My Wandering Boy Tonight?”
Ketika sering ditanyakan mengenai metodenya dalam menulis lagu, Lowry menjawab seperti berikut:
Aku tidak memiliki metode tetap. Terkadang musiknya muncul terlebih dahulu lalu kata-kata mengikutinya... Aku memperhatikan suasana hatiku, dan ketika kata-kata atau musik muncul, tak peduli di manapun aku berada, di rumah atau di perjalanan, aku mencatatnya... Otakku ini seperti mesin tenun, di sanalah musik terus-menerus berputar sepanjang waktu. Musik bagi hampir semua himne yang kutulis telah selesai dibuat di atas kertas, sebelum aku mencobanya dengan organ. Seringkali, kata-kata dan musik untuk himne ditulis pada saat yang bersamaan.
Dan demikian jugalah dengan “Christ Arose.” Sepanjang masa Paskah tahun 1874, ketika sedang melakukan renungan pribadi pada suatu malam, Robert Lowry dikesankan dengan peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan kebangkitan Kristus, khususnya dengan kata-kata yang tercatat di Lukas 24:6-8:
Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu.
Robert Lowry segera duduk di hadapan pump organ kecilnya di kamar dalam rumahnya, dan, dengan sebuah cara yang sangat spontan, muncullah musik dan kata-kata, yang mengekspresikan pemikiran-pemikiran terpenting dalam pikirannya. Himne ini pertama kali diterbitkan, pada tahun 1875, dalam sebuah kumpulan, Brightest and Best, yang diterbitkan oleh William H. Doane dan Robert Lowry.
Bait-bait dan refrain himne ini melukiskan sebuah perbedaan yang mencolok antara suasana kematian dan kebangkitan. Meskipun tidak ditunjukkan pada kertas lagunya, bait-bait tersebut haruslah dinyanyikan dengan bebas dalam tempo yang penuh semangat hingga menuju ke refrainnya.
|
Download KPRI 062 |
► Play KPRI 063 Menanglah Dalam Yesus |
Lyric | History
VERSI 1
1
Aku mendapat b’rita tentang Jurus’lamat dunia;
Yesus matilah di Golgota bagi manusia;
Ditahan-Nya derita s’bagai penebusan dosa;
Kar’na-Nya ‘ku bertobat dan mendapat rahmat-Nya
Reff:
Menanglah dalam Yesus, Tuhanku, s’lamanya!
Darah-Nya yang kudus menghapuskan dosa;
Aku dikasihi-Nya sejak dahulu kala;
menanglah selamanya di dalam darah-Nya.
2
Aku mendapat b’rita tentang kuasa Yesus Kristus;
Orang buta dan yang cidera, Tuhanlah tabibnya;
Sebab itu ‘kumohon: “Tolong aku juga, Yesus!”
Dan sungguh ajaib, Yesus t’lah memb’rikan rahmat-Nya.
3
Aku mendapat b’rita tentang rumahku di sorga;
Mutiara gerbang kotanya, dan jalan kencana;
Malaikat t’rus menyanyi kemenangan-Nya yang jaya;
Kelak pun aku ‘kan turut memuji rahmat-Nya.
VERSI 2
I heard an old, old story, how a Savior came from Glory
How He gave His life on Calvary to save a wretch like me
I heard about His groaning, of His precious blood’s atoning
Then I repented of my sins and won the victory
Reff:
Oh! Victory in Jesus my Savior forever
He sought me and bought me with his redeeming blood
He loved me ere I knew Him and all my love is due Him
He plunged me to victory beneath the cleansing flood
Victory in Jesus
Teks: Eugene M. Bartlett, Sr., 1885-1941
Musik: Eugene M. Bartlett, Sr., 1885-1941
Tune: HARTFORD
Firman Tuhan: Roma 8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Latar Belakang:
Sebagai orang yang beriman kepada Kristus, kita terlibat dalam peperangan rohani yang sangat nyata. Kita terlibat di dalam perlawanan untuk menaklukkan benteng-benteng musuh, sehingga kita dapat menikmati hidup berkelimpahan dengan sukacita dan kemenangan. Firman Tuhan mengajarkan kita bahwa pergumulan kita sesungguhnya adalah “melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Ef.6:12). Tapi Dia yang sangat mencintai kita hingga menebus dan memberikan Roh Kudus bagi kita memampukan kita untuk menjadi “lebih dari pemenang.”
Eugene Monroe Bartlett, Sr., pengarang dan penggubah lagu “Victory in Jesus,” hidup di bagian selatan Amerika, dimana ia dikenal sebagai guru musik dan penerbit yang sukses. Ia memimpin sekolah-sekolah menyanyi di sepanjang Arkansas dan wilayah-wilayah sekitarnya. Anaknya, Eugene, Jr. dilatih olehnya dan kemudian melayani sebagai pimpinan musik dari beberapa gereja Baptis sebelum akhirnya ditunjuk untuk menjadi Pimpinan Musik Gereja untuk Baptist General Conference of Oklahoma pada tahun 1954. Ayah dan anak ini telah menulis sejumlah lagu-lagu rohani, meski tak seorang pun di antara mereka menikmati tanggapan yang diberikan kepada “Victory in Jesus,” yang digubah pada tahun 1939. Dua tahun setelah menulis lagu ini, Eugene, Sr., mengalami sendiri kata-kata yang ia tuliskan: “Dan pada hari yang indah kelak aku akan menyanyikan lagu kemenangan di sana.” Dengan pesan yang menentramkan hati dan musik yang mudah dinyanyikan membuat lagu rohani bernuansa selatan ini menjadi kesukaan umat Tuhan di segala tempat.
Tradisi sekolah menyanyi Amerika yang dimajukan oleh guru-guru musik seperti Bartlett mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan musik rohani. Banyak pemimpin pujian rohani mula-mula memulai pelatihannya di sekolah seperti ini. Sekolah-sekolah musik ini juga sangat mempengaruhi nyanyian jemaat dan perkembangan program musik gerejawi pada umumnya.
Kelas-kelas yang melatih para murid untuk membaca musik (sight reading) dan memimpin biasanya diadakan pada malam hari di gedung-gedung sekolah atau gereja-gereja. Mereka diajar oleh musisi yang berdedikasi yang berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya, menyelenggarakan dan mengajar orang-orang awam untuk menikmati dan menggunakan musik dalam gereja-gereja mereka. Kelas-kelas ini memberikan penekanan rohani yang kuat, disamping menyediakan aktifitas sosial yang bermanfaat bagi masyarakat. Sekolah-sekolah menyanyi di pedesaan ini pada akhirnya berkembang menjadi sekolah-sekolah pelatihan guru dalam seluruh masyarakat Amerika.
|
Download KPRI 063 |
► Play KPRI 064 There Is A Redeemer |
Lyric
1
There is a Redeemer, Jesus, God's own Son.
Precious Lamb of God, Messiah, Holy One.
Reff:
Thank you, O my Father, for giving us Your Son
And leaving Your Spirit 'til the work on earth is done.
2
Jesus my Redeemer, name above all names,
Precious Lamb of God, Messiah, Hope for sinners slain.
3
When I stand in glory, I will see His face
There I'll serve my King forever in that holy place.
|
Download KPRI 064 |
► Play KPRI 065 Ada Lagu Dalam Hatiku |
Lyric | History
VERSI 1
1
Ada lagu dalam hatiku;
‘Kudengar suara Yesus;
“Jangan takut! ’Ku besertamu.”
Hidupku sentosa t’rus.
Reff:
Yesus, Yesus, Tuhan,
nama yang merdu
Yang mengaruniakan
lagu dalam hatiku
2
Amat hina dulu hidupku;
Jauh dari kesukaan;
Lalu dib’rikan-Nya ‘ku lagu;
‘Kunyanyikan pujian.
3
S’karang kualami rahmat-Nya;
‘Kuberlindung pada Yesus;
‘Ku tetap memandang wajah-Nya,
Maka kumenyanyi t’rus.
4
Takkan lama lagi datang-Nya;
‘Ku disambut oleh Dia;
‘Ku diangkat turut serta-Nya,
Dan bertakhta di surga.
VERSI 2
1
There’s within my heart a melody
Jesus whispers sweet and low,
Fear not, I am with thee, peace, be still,
In all of life’s ebb and flow.
Reff:
Jesus, Jesus, Jesus,
Sweetest name I know,
Fills my every longing,
Keeps me singing as I go.
2
All my life was wrecked by sin and strife,
Discord filled my heart with pain,
Jesus swept across the broken strings,
Stirred the slumb’ring chords again.
3
Feasting on the riches of His grace,
resting ‘neath His shelt’ring wing,
Always looking on His smiling face,
That is why I shout and sing.
4
Though sometimes He leads through waters deep,
Trials fall across the way,
Though sometimes the path seems rough and steep,
See His footprints all the way.
5
Soon He’s coming back to welcome me,
Far beyond the starry sky;
I shall wing my flight to worlds unknown,
I shall reign with Him on high.
He Keeps Me Singing
Teks: Luther B. Bridgers (1884-1948), 1910
Musik: Luther B. Bridgers (1884-1948), 1910
Tune: SWEETEST NAME
Firman Tuhan: Yohanes 15:10-11 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
Latar Belakang:
Sukacita harus menjadi salah satu karakteristik utama dari iman Kristen kita. Dalam Perjanjian Baru kata ’chara’ , yang berarti sukacita, digunakan limatpuluh-tiga kali. Hanya seorang Kristen dengan sukacita yang berlimpah yang layak menjadi wakit dari kuasa transformasi Injil Kristus. Tetapi apakah sukacita rohani itu? Sukacita rohani lebih dari sekedar tawa ataupun kebahagiaan. Sukacita rohani adalah hidup yang beristirahat dalam Tuhan, bagaimanapun persoalan-persoalan hidup yang dihadapi. Hidup yang seperti itu tidak mungkin tidak memberi dampak yang kuat kepada orang-orang nonpercaya. Jika ada lebih banyak orang Kristen yang bernyanyi, pasti akan akan lebih banyak orang Kristen lagi.
Seringkali lagu-lagu kita yang terbaik dan paling efektif dinyanyikan selama pengalaman-pengalaman di kegelapan hidup. Sangatlah mudah bernyanyi ketika segalanya baik. Tetapi bernyanyi ketika berada dalam kegelapan membutuhkan kehadiran Kristus yang tinggal tetap dalam kita.
Luther B. Bridgers, seorang pastor dan penginjil Methodis dari Georgia, diyakini menulis baik syair maupun musik himne yang sukacita ini pada tahun 1910, setelah kematian isteri dan ketiga anak laki-laki dalam sebuah kebakaran di rumah orangtua isterinya ketika ia sedang memimpin pertemuan-pertemuan kebangunan di Kentucky.
|
Download KPRI 065 |
► Play KPRI 066 Sukacita Tuhan Penuhiku |
Lyric
Kupenuh sukacita darah Yesus sucikan hatiku;
Kasih Hu penuhiku Roh Tuhan memimpin jalanku.
Masyurkan Hu pujilah Hu s’bab anug’rah Hu besar ajaib
Masyurkan ke ujung bumi, masyurkan sampai s’lamanya
Kupenuh sukacita darah Yesus sucikan hatiku
Kasih Hu penuhiku Roh Tuhan memimpin jalanku.
|
Download KPRI 066 |
► Play KPRI 067 Kubernyanyi Tentang Yesus |
Lyric
VERSI 1
1
Ada lagu dalam hatiku;
‘Kudengar suara Yesus;
“Jangan takut! ’Ku besertamu.”
Hidupku sentosa t’rus.
Reff:
Yesus, Yesus, Tuhan,
nama yang merdu
Yang mengaruniakan
lagu dalam hatiku
2
Amat hina dulu hidupku;
Jauh dari kesukaan;
Lalu dib’rikan-Nya ‘ku lagu;
‘Kunyanyikan pujian.
3
S’karang kualami rahmat-Nya;
‘Kuberlindung pada Yesus;
‘Ku tetap memandang wajah-Nya,
Maka kumenyanyi t’rus.
4
Takkan lama lagi datang-Nya;
‘Ku disambut oleh Dia;
‘Ku diangkat turut serta-Nya,
Dan bertakhta di surga.
VERSI 2
1
There’s within my heart a melody
Jesus whispers sweet and low,
Fear not, I am with thee, peace, be still,
In all of life’s ebb and flow.
Reff:
Jesus, Jesus, Jesus,
Sweetest name I know,
Fills my every longing,
Keeps me singing as I go.
2
All my life was wrecked by sin and strife,
Discord filled my heart with pain,
Jesus swept across the broken strings,
Stirred the slumb’ring chords again.
3
Feasting on the riches of His grace,
resting ‘neath His shelt’ring wing,
Always looking on His smiling face,
That is why I shout and sing.
4
Though sometimes He leads through waters deep,
Trials fall across the way,
Though sometimes the path seems rough and steep,
See His footprints all the way.
5
Soon He’s coming back to welcome me,
Far beyond the starry sky;
I shall wing my flight to worlds unknown,
I shall reign with Him on high.
He Keeps Me Singing
Teks: Luther B. Bridgers (1884-1948), 1910
Musik: Luther B. Bridgers (1884-1948), 1910
Tune: SWEETEST NAME
Firman Tuhan: Yohanes 15:10-11 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
Latar Belakang:
Sukacita harus menjadi salah satu karakteristik utama dari iman Kristen kita. Dalam Perjanjian Baru kata ’chara’ , yang berarti sukacita, digunakan limatpuluh-tiga kali. Hanya seorang Kristen dengan sukacita yang berlimpah yang layak menjadi wakit dari kuasa transformasi Injil Kristus. Tetapi apakah sukacita rohani itu? Sukacita rohani lebih dari sekedar tawa ataupun kebahagiaan. Sukacita rohani adalah hidup yang beristirahat dalam Tuhan, bagaimanapun persoalan-persoalan hidup yang dihadapi. Hidup yang seperti itu tidak mungkin tidak memberi dampak yang kuat kepada orang-orang nonpercaya. Jika ada lebih banyak orang Kristen yang bernyanyi, pasti akan akan lebih banyak orang Kristen lagi.
Seringkali lagu-lagu kita yang terbaik dan paling efektif dinyanyikan selama pengalaman-pengalaman di kegelapan hidup. Sangatlah mudah bernyanyi ketika segalanya baik. Tetapi bernyanyi ketika berada dalam kegelapan membutuhkan kehadiran Kristus yang tinggal tetap dalam kita.
Luther B. Bridgers, seorang pastor dan penginjil Methodis dari Georgia, diyakini menulis baik syair maupun musik himne yang sukacita ini pada tahun 1910, setelah kematian isteri dan ketiga anak laki-laki dalam sebuah kebakaran di rumah orangtua isterinya ketika ia sedang memimpin pertemuan-pertemuan kebangunan di Kentucky.
|
Download KPRI 067 |
► Play KPRI 068 Dosaku Dihapus |
Lyric
VERSI 1
1
Dengan duka kudatang pada Hu,
dosaku dihapus oleh Tuhan Yesus,
kasih Tuhan mengubah hatiku.
Reff:
Dosaku dihapus.
Dosaku dihapus oleh Tuhan Yesus,
tiap hari kupuji Hu.
Giranglah dosaku dihapus oleh Tuhan Yesus.
2
Beban dosa sungguh amat berat,
dosaku dihapus oleh Tuhan Yesus,
kuserahkan segala susahku,
Dosaku dihapus.
3
Ku tak lagi mendapat hukuman,
dosaku dihapus oleh Tuhan Yesus,
Tuhan memb’ri damai kepadaku,
Dosaku dihapus.
VERSI 2
1
I came to Jesus, weary, worn, and sad.
He took my sins away, He took my sins away.
And now His love has made my heart so glad,
He took my sins away.
Reff:
He took my sins away, He took my sins away,
And keeps me singing ev’ry day!
I’m so glad He took my sins away,
He took my sins away.
2
The load of sin was more than I could bear.
He took my sins away, He took my sins away.
And now on Him I roll my ev’ry care,
He took my sins away.
3
No condemnation have I in my heart,
He took my sins away, He took my sins away.
His perfect peace He did to me impart,
He took my sins away.
4
If you will come to Jesus Christ today,
He’ll take your sins away, He’ll take your sins away,
And keep you happy in His love each day,
He’ll take your sins away.
|
Download KPRI 068 |
► Play KPRI 069 Sejak Yesus Di Hatiku |
Lyric | History
VERSI 1
1
Ada lagu dalam hatiku;
‘Kudengar suara Yesus;
“Jangan takut! ’Ku besertamu.”
Hidupku sentosa t’rus.
Reff:
Yesus, Yesus, Tuhan,
nama yang merdu
Yang mengaruniakan
lagu dalam hatiku
2
Amat hina dulu hidupku;
Jauh dari kesukaan;
Lalu dib’rikan-Nya ‘ku lagu;
‘Kunyanyikan pujian.
3
S’karang kualami rahmat-Nya;
‘Kuberlindung pada Yesus;
‘Ku tetap memandang wajah-Nya,
Maka kumenyanyi t’rus.
4
Takkan lama lagi datang-Nya;
‘Ku disambut oleh Dia;
‘Ku diangkat turut serta-Nya,
Dan bertakhta di surga.
VERSI 2
1
There’s within my heart a melody
Jesus whispers sweet and low,
Fear not, I am with thee, peace, be still,
In all of life’s ebb and flow.
Reff:
Jesus, Jesus, Jesus,
Sweetest name I know,
Fills my every longing,
Keeps me singing as I go.
2
All my life was wrecked by sin and strife,
Discord filled my heart with pain,
Jesus swept across the broken strings,
Stirred the slumb’ring chords again.
3
Feasting on the riches of His grace,
resting ‘neath His shelt’ring wing,
Always looking on His smiling face,
That is why I shout and sing.
4
Though sometimes He leads through waters deep,
Trials fall across the way,
Though sometimes the path seems rough and steep,
See His footprints all the way.
5
Soon He’s coming back to welcome me,
Far beyond the starry sky;
I shall wing my flight to worlds unknown,
I shall reign with Him on high.
Since Jesus Came Into My Life
Teks: Rufus H. McDaniel, 1850-1940
Musik: Charles H. Gabriel, 1856-1932
Tune: MCDANIEL
Firman Tuhan: Mazmur 40:2-3 Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku, Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.
Latar Belakang:
Mendengar atau membaca kesaksian mengenai seseorang yang hidupnya diubahkan secara dramatis karena pertobatan sejati – mendengar kebenaran Injil dan menjawabnya dengan ketaatan iman, selalu menggentarkan.
Ada sebuah kisah mengenai Robert Ingersoll, seorang agnostis yang dikenal luas (orang yang hanya percaya hal-hal yang dapat dibuktikan), menantang penginjil D. L. Moody untuk berdebat mengenai kebenaran iman Kristen. Moody setuju dengan syarat Ingersoll memperlihatkan satu orang yang hidupnya yang dahulu buruk diubah oleh kuasa agnostisme. Pada gilirannya, Moody berjanji akan memperlihatkan orang-orang yang tak terhitung banyaknya yang hidupnya telah diubah secara radikal oleh kuasa Injil Kristus. Tak perlu dikatakan lebih lanjut, debat itu tidak pernah berlangsung.
Kata-kata “Sejak Yesus di Hatiku” ditulis di tahun 1914 oleh seorang pastor Disciples of Christ, Rufus Henry McDaniel, setelah kematian anak laki-lakinya. McDaniel menyatakan bahwa ia menuliskan kata-kata ini selama masa dukacitanya itu sebagai pernyataan iman pribadinya. Beberapa waktu kemudian pastor ini menghadiri satu kampanye penginjilan Billy Sunday-Homer Rodeheaver dan terpesona dengan banyaknya pertobatan dan perubahan hidup yang ia saksikan. Mengikuti salah satu kebaktian-kebaktian ini, ia menunjukkan baris-baris yang dahulu ia tulis kepada Charles Gabriel, seorang penggubah dan penerbit lagu yang terkenal. Dalam waktu singkat Gabriel menyelesaikan sebuah musik yang bersemangat untuk disandingkan dengan kata-kata tersebut. Ia menunjukkan manuskrip itu kepada Homer Rodeheaver, yang menyanyikan lagu baru tersebut pada kebaktian berikutnya. Tanggapannya begitu hebat sehingga diperlukan untuk mencetak ribuan salinan untuk dipakai pada kebaktian berikutnya. Digerakkan oleh kesaksian dalam lagu penginjilan ini, banyak orang yang dipertobatkan kepada Kristus selama kebaktian-kebaktian selanjutnya.
Lagu yang bersemangat dan enerjik mengenai kuasa Injil yang mengubahkan ini masih menjadi kesukaan jemaat Injili. Selama duapuluh tahun Billy Sunday dan Homer Rodeheaver bersatu dalam KKR yang paling efektif yang pernah diadakan pada masa itu. Diperkirakan lebih dari satu juta orang menjawab panggilan untuk menerima Kristus. Pengaruh dari kebaktian-kebaktian ini masih terus hidup dalam kenangan mereka yang secara dramatis diubahkan oleh kuasa Injil.
|
Download KPRI 069 |
► Play KPRI 070 Dahulu Ku Tersesatlah |
Lyric
VERSI 1
1
Dahulu ku tersesatlah jauh dari jalan kasih Allah.
Meskipun ‘ku s’lalu tolak Yesus yang telah mati bagiku.
Reff:
Dia lepaskan daku dari dosa. Di Golgota tanggung hukumanku.
S’gala dosa ku dihapuskan-Nya, kini ku dapat sentosa.
2
Ku ditaruh di ribaan-Nya maka luka rusuk-Nya pun nyata.
Kini hatiku lunaklah kar’na demikian besar kasih-Nya.
3
Kini aku menerima sukacita dan sentosa surga.
Padaku rahmat dib’ri-Nya, kau pun tentu boleh dapat s’lamat
VERSI 2
1
I once was lost in sin's dark night,
God's love I spurned, I wandered from the right,
Rejecting Him, I knew not why,
The One who for my soul did bleed and die.
Reff:
He ransomed me, from sin He set me free,
He paid my debt on rugged Calvary;
He's taken all my sin and guilt away,
And turned my darkness into day.
2
I never dreamed I could possess
Such peace and joy as now is in my breast;
The Christ who set my poor soul free
Can save your soul and give you victory.
|
Download KPRI 070 |
► Play KPRI 071 Surga Turun |
Lyric | History
VERSI 1
Alangkah indahnya hari itu, hari yang tak kulupa;
Setelah ku keliling dalam g’lap, ku dapat Jurus’lamat.
Betapa bahagia hatiku, ku dapat yang ku rindu;
Kesusahan dan keg’lapan hilang diganti kesukacitaan.
Reff:
Surga turun, bahagia jiwaku,
Di salib Yesus sucikan daku;
Dosaku dihapus, kegelapan jadi terang,
Surga turun, bahagia jiwaku!
VERSI 2
1
O what a wonderful, wonderful day, day I will never forget;
After I'd wandered in darkness away, Jesus my Savior I met.
O what a tender, compassionate friend, He met the need of my heart;
Shadows dispelling, with joy I am telling, He made all the darkness depart!
Reff:
Heaven came down and glory filled my soul,
When at the cross the Savior made me whole.
My sins were washed away and my night was turned to day,
Heaven came down and glory filled my soul!
2
Born of the Spirit with life from above, into God's family divine,
Justified fully thru Calvary's love, O what a standing is mine!
And the transaction so quickly was made, when as a sinner I came,
Took of the offer, of grace He did proffer, He saved me, O praise His dear name!
3
Now I've a hope that will surely endure after the passing of time;
I have a future in heaven for sure there in those mansions sublime.
And it's because of that wonderful day, when at the cross I believed;
Riches eternal and blessings supernal, from His precious hand I received.
Heaven Came Down
Teks: John W. Peterson, 1961
Musik: John W. Peterson, 1961
Tune: HEAVEN CAME DOWN
Latar Belakang:
Montrose Bible Conference Grounds di Montrose, Pennsylvania, telah menjadi suatu penglihatan dari banyak kesaksian indah orang-orang Kristen, tetapi nampaknya tidak menjangkau secara luas seperti yang terjadi pada musim panas tahun 1961.
John W. Peterson berkata:
“Dalam salah satu sesi diberikan kesempatan bagi siapapun yang ingin memberikan kesaksian di hadapan semua orang, dan Jim Tua bangkit berdiri dan menyampaikan kesaksian pertobatannya. Dalam gambaran atas malam pertemuannya dengan Kristus, dia menggunakan frase ‘Seperti Surga turun dan kemuliaan memenuhi jiwaku.’
“Seketika itu pula aku merasa itu akan menjadi sebuah judul yang baik bagi sebuah lagu, maka aku menuliskannya dan kemudian dalam satu minggu aku menyelesaikan lagu tersebut. Lagu itu langsung disukai.”
Lagu yang lahir pada tahun 1961 itu telah memberkati hati semua orang di seluruh Amerika dan juga di tempat-tempat misi di seluruh dunia.
John W. Peterson menulis lebih dari seribu lagu dan limabelas kantata yang terjual lebih dari tiga juta kopi. Tetapi lagu inilah yang menjadi salah satu lagu yang paling disukai di antara orang-orang Kristen.
|
Download KPRI 071 |
► Play KPRI 072 Aku Sedang Berjalan |
Lyric
Aku sedang berjalan dengan Tuhanku
sinar sorga penuh di hatiku.
Aku bergandeng tangan dengan Tuhanku
menuju surga mulia dan kekal.
Jalan berpadu hati bersatu
suka surga penuh di hatiku.
Aku sedang berjalan dengan Tuhanku
mulia surga penuh di hatiku.
|
Download KPRI 072 |
► Play KPRI 073 Oh, Kasih Hu Ajaib Indah |
Lyric
VERSI 1
1
Oh, Tuhanku, Kau panggilku pulang,
dan cinta-Mu mengg’rakkan hatiku,
s’hina daku, Engkau masih cinta,
Oh, kasih Hu, sungguh tak terduga.
Reff:
Oh, kasihHu, ajaib indah,
dalam lebar, sungguh tak terduga.
Meski aku, mendukakan Dikau,
Oh, cinta-Mu memanggilku pulang.
2
Ku t’lah janji: “Ku cinta pada-Mu,”
dan berkata: “Ku tak tinggalkan-Mu,”
sesungguhnya ‘ku ingkari janji,
m’ninggalkan-Mu, dukakan hati-Mu.
3
Oh, ya, Tuhan, Kau tak biarkan daku,
Oh, kasih-Mu masih mencariku,
‘ku Kau peluk dalam ribaan-Mu,
hantar daku, pulang ke kandang-Mu.
|
Download KPRI 073 |
► Play KPRI 074 Behold, What Manner Of Love |
Lyric
Behold what manner of love the Father has given unto us.
Behold what manner of love the Father has given unto us.
That we should be called the sons of God.
That we should be called the sons of God.
|
Download KPRI 074 |
► Play KPRI 075 S'karang Ku Milik Yesus |
Lyric | History
VERSI 1
Alangkah indahnya hari itu, hari yang tak kulupa;
Setelah ku keliling dalam g’lap, ku dapat Jurus’lamat.
Betapa bahagia hatiku, ku dapat yang ku rindu;
Kesusahan dan keg’lapan hilang diganti kesukacitaan.
Reff:
Surga turun, bahagia jiwaku,
Di salib Yesus sucikan daku;
Dosaku dihapus, kegelapan jadi terang,
Surga turun, bahagia jiwaku!
VERSI 2
1
O what a wonderful, wonderful day, day I will never forget;
After I'd wandered in darkness away, Jesus my Savior I met.
O what a tender, compassionate friend, He met the need of my heart;
Shadows dispelling, with joy I am telling, He made all the darkness depart!
Reff:
Heaven came down and glory filled my soul,
When at the cross the Savior made me whole.
My sins were washed away and my night was turned to day,
Heaven came down and glory filled my soul!
2
Born of the Spirit with life from above, into God's family divine,
Justified fully thru Calvary's love, O what a standing is mine!
And the transaction so quickly was made, when as a sinner I came,
Took of the offer, of grace He did proffer, He saved me, O praise His dear name!
3
Now I've a hope that will surely endure after the passing of time;
I have a future in heaven for sure there in those mansions sublime.
And it's because of that wonderful day, when at the cross I believed;
Riches eternal and blessings supernal, from His precious hand I received.
Now I Belong to Jesus
Teks: Norman J. Clayton, 1938
Musik: Norman J. Clayton, 1938
Tune: ELLSWORTH
Firman Tuhan: Kidung Agung 2:16 Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung.
Latar Belakang:
Norman John Clayton, salah satu orang yang berbakat dan penulis lagu Kristen kawakan di masa kita, lahir di Brooklyn, New York, pada 22 Januari 1903, anak ke-9 dari 10 bersaudara. Ibunya berasal dari Church of England dan menjadi anggota dari South Brooklyn Gospel Church di Amerika Serikat pada tahun 1898, dimana ia juga membawa anak-anaknya sejak mereka masih bayi. Norman bertobat pada usia 6 tahun. Pada usia 12 tahun, ia memulai pelayanannya sebagai pemain organ dan pengiring di gereja.
Clayton dan istrinya mempunyai dua orang anak, keduanya aktif dalam pelayanan Kristen. Dalam sebagian besar hidupnya, Calyton terlibat dalam bisnis bangunan dan juga bisnis produksi musik. Selama limabelas tahun ia menjadi organis bersama dengan Word of Life Broadcasts dan berkeliling kota New York. Clayton mendirikan perusahaan rekamannya sendiri, Gospel Songs, Inc., yang kemudian bergabung dengan Rodeheaver Company. Di sini ia bekerja sebagai penulis dan editor. Beberapa lagunya yang cukup terkenal masih dipergunakan dalam lingkungan penginjilan hingga hari ini, termasuk: “We Shall See His Lovely Face,” “He Holds My Hand,” “Every Moment of Every Day,” dan “My Hope is In the Lord.” Clayton merasa bahwa “Now I Belong to Jesus” merupakan lagunya yang digunakan paling luas dibandingkan lagu lainnya. Lagu pujian yang sangat memberikan inspirasi ini muncul pertama kali dalam Word of Life Melodies No. 1, yang diterbitkan pada tahun 1943.
Norman Clayton menyatakan bahwa setiap lagu yang ia tulis harus berdasarkan Alkitab. Dengan tekad seperti ini, telah menjadi suatu kebiasaan baginya untuk mengingat banyak ayat Alkitab. Ia berkata bahwa biasanya ia menulis musik terlebih dahulu sebelum kata-katanya. Hampir semua lagunya merupakan hasil dari usaha yang disengaja untuk menulis sebuah lagu bagi suatu peristiwa
tertentu atau mengenai tema tertentu. Dia menulis bahwa salah satu kejadian yang paling mengharukan di dalam hidupnya adalah ketika ia mendengar seorang anak perempuan tuli berusia 10 tahun menyanyikan lagu “Now I Belong to Jesus” pada kamp khusus untuk anak-anak terbelakang dan cacat jasmani.
Lagu ini juga merupakan salah satu lagu yang membicarakan kebenaran mengenai kesatuan mistikal antara Kristus dan orang percaya - Kristus di dalam orang percaya dan orang percaya di dalam Kristus. Siapakah yang dapat menjelaskan misteri dari orang percaya yang fana yang dipersatukan dengan Kristus yang Ilahi, namun masing-masing tetap memelihara esensi dan kepribadiannya - sebuah hubungan mulia yang dimulai bagi orang percaya pada saat ia tulus menjawab panggilan Kristus dan hubungan itu akan bertahan sampai selama-lamanya.
|
Download KPRI 075 |
► Play KPRI 076 Sangat Besar Anug'rah-Mu |
Lyric | History
VERSI 1
1
Sangat besar anug’rah-Mu, memb’ri aku s’lamat
Hilanglah jiwaku dulu di jalan yang sesat.
2
Berjanjilah Tuhan yang baik kekallah sabda-Mu
Bagiku Tuhanlah p’risai sepanjang umurku.
3
Lewat bahaya dan jerat jiwaku t’lah datang
Oleh anug’rah ‘ku s’lamat, dan jiwaku senang.
4
Ya Tuhan bila hamba-Mu ajalnya t’lah dekat
Anug’rah-Mu itu memb’ri sentosa dan suka.
VERSI 2
1
Amazing grace! How sweet the sound that saved a wretch like me!
I once was lost, but now am found, was blind, but now I see.
2
’Twas grace that taught my heart to fear, and grace my fears relieved;
How precious did that grace appear, the hour I first believed.
3
Through many dangers, toils and snares, I have already come;
’Tis grace has brought me safe thus far, and grace will lead me home.
4
The Lord has promised good to me, His word my hope secures;
He will my Shield and Portion be, as long as life endures.
5
Yea, when this flesh and heart shall fail, and mortal life shall cease;
I shall possess, within the veil, a life of joy and peace.
6
The earth shall soon dissolve like snow, the sun forbear to shine;
But God, who called me here below, will be forever mine.
7
When we've been there ten thousand years, bright shining as the sun,
We've no less days to sing God's praise, than when we'd first begun.
Amazing Grace
Teks: John Newton, 1779
Musik: Lagu tradisional Amerika, 1831
Tune: NEW BRITAIN
Firman Tuhan: Efesus 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Latar Belakang:
Pada sebuah makam kecil terdapat sebuah batu nisan granit yang terukir tulisan ini: “John Newton, pelayan Tuhan, dulunya seorang kafir dan jangak (orang yang tak menghargai wanita), seorang hamba perbudakan di Afrika, oleh kelimpahan kekayaan dari Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus, dipelihara, dikembalikan, diampuni, dan ditunjuk untuk mengkotbahkan iman yang telah lama ia ingin hancurkan.” Kesaksian yang sesuai ini, ditulis oleh Newton sendiri sebelum kematiannya, menggambarkan dengan tepat hidupnya yang tidak biasa dan penuh dengan warna, salah satu penginjil besar di abad ketujuh belas.
Ibu John Newton, seorang wanita yang relijius, meninggal dunia sebelum ia mencapai umur tujuh tahun. Ketika ayahnya menikah kembali dan setelah beberapa tahun menempuh pendidikan formal di tempat yang jauh dari rumah; John yang berusia 11 tahun meninggalkan rumah dan mengikuti kapal ayahnya untuk memulai hidupya sebagai seorang pelaut. Tahun-tahun awalnya sebagai pelaut dipenuhi dengan gaya hidup yang tak terkendali dan asusila. Setelah bekerja di beberapa kapal, di beberapa pulau, dan juga di pantai Afrika Barat untuk mengumpulkan budak-budak untuk dijual kepada para pedagang yang sedang lewat, Newton akhirnya mempunyai kapal pengangkut budak sendiri dan menjadi kapten atas kapalnya. Tidak perlu dikatakan lagi, penangkapan, penjualan dan pengiriman budak-budak berkulit hitam ke perkebunan di Hindia Barat dan Amerika adalah sangat kejam dan keji.
Pada tanggal 10 Maret 1748, ketika kembali ke Inggris dari Afrika, sepanjang pelayaran yang penuh badai, ketika seluruh kapal sepertinya akan hilang ditelan laut, Newton mulai membaca buku Thomas a Kempis, Immitation of Christ (Imitasi Kristus). Kempis adalah seorang biarawan Belanda yang hidup di antara tahun 1380-1471, yang termasuk di dalam golongan yang disebut Brethren of the Common Life. Buku ini sampai sekarang masih dicetak dan dianggap sebagai sebuah buku rohani klasik. Pesan-pesan di dalam buku tersebut dan pengalaman yang menakutkan di atas laut dipakai oleh Roh Kudus untuk menanamkan benih-benih iman yang akhirnya akan mempertobatkan dan membuat Newton menerima Kristus sebagai Juruselamatnya.
Ia melanjutkan pekerjaannya sebagai seorang kapten kapal pengangkut budak untuk beberapa tahun selanjutnya, sambil mencoba untuk mencari pembenaran akan apa yang ia lakukan dengan cara meningkatkan kondisi kapalnya sebaik mungkin, bahkan ia mengadakan kebaktian setiap minggu untuk tigapuluh krunya yang mempunyai kehidupan yang keras. Akan tetapi, akhirnya ia merasa bersalah akan perbuatannya yang tidak berperikemanusiaan dan menjadi seorang pejuang anti-perbudakan yang hebat. Newton kembali ke Inggris, membangun sebuah rumah dengan kekasih mudanya, Mary Catlett, yang ia nikahi pada tanggal 12 Febuari 1750, dan menjadi seorang pegawai di Pelabuhan Liverpool untuk sembilan tahun berikutnya. Selama periode ini ia merasakan panggilan Tuhan yang semakin kuat untuk berkotbah dan ia mulai belajar dengan giat untuk pelayanan ini. Ia sangat banyak dibantu dan dipengaruhi oleh penginjil George Whitefield dan Wesley bersaudara, tetapi ia memutuskan untuk tetap tinggal di dalam Gereja Anglikan yang sudah berdiri kokoh daripada mengikuti rombongan para penginjil tersebut. Pada usia 39 tahun, John Newton ditahbiskan menjadi hamba Tuhan oleh Gereja Anglikan dan memulai pelayanannya sebagai pastor di sebuah desa kecil di Olney, dekat Cambridge, Inggris. Pelayanannya selama 15 tahun berikutnya (1764-1799) adalah termasuk yang paling banyak berbuah dan berpengaruh.
Yang paling efektif adalah bercerita tentang hidupnya di masa lalu dan pengalaman pertobatannya; itulah yang sering ia ceritakan. Selain berkotbah di kebaktian di gerejanya sendiri, Newton juga mengadakan kebaktian di gedung-gedung besar yang dapat ia temukan di sekitarnya. Pada saat itu, tidak ada pastor Anglikan lain yang pernah mengerjakan sampai seperti ini. Di mana pun ia berkotbah, kerumunan orang selalu berkumpul untuk mendengarkan “Si Tua Kapten Kapal yang Bertobat”.
Perbuatan ekstrim lain yang dilakukan Newton di Gereja Olney adalah menyanyikan himne-himne yang mengekspresikan iman yang sederhana dan penuh perasaan yang ia kotbahkan, daripada hanya menyanyikan nyanyian Mazmur dari Sternhold and Hopkins Psalter (Kidung Mazmur Sternhold dan Hopkins), seperti yang dilakukan di gereja Anglikan pada umumnya. Ketika Newton tidak dapat menemukan himne-himne yang cukup, ia mulai menulis himnenya sendiri. Untuk usaha ini, ia meminta bantuan teman dan tetangganya, Willian Cowper, seorang penulis sastra klasik yang terkenal pada masa itu. Pada tahun 1779, kerjasama mereka menghasilkan “Olney Hymns” yang terkenal itu, satu dari antara sumbangan paling penting di dalam pembuatan himne penginjilan. Di dalam koleksi yang terdapat 349 himne ini, 64 lagu ditulis oleh Cowper dan sisanya oleh Newton. Tujuan dari koleksi ini, menurut kata pengantar yang ditulis oleh Newton, adalah “sebuah keinginan untuk menyampaikan iman dan kedamaian orang-orang Kristen yang jujur.”
Sejak tahun 1947, sebuah tradisi kuno yang menarik sudah dihidupkan kembali di Gereja Olney. Itu adalah perlombaan kue dadar tahunan yang diadakan pada hari Selasa (Shrove Tuesday1 ) sebelum hari Lent2 . Wanita-wanita dari kawasan itu berlomba lari dari pusat kota ke gereja itu sambil membalikbalikan kue dadar. Di dalam kebaktian, pemenangnya diumumkan, lalu jemaat menyanyikan lagu “Amazing Grace” dan himne kesukaan warga Olney lainnya.
Setelah menyelesaikan pelayanannya di Olney, Newton menghabiskan 28 tahun sisa hidupnya sebagai pastor di Gereja St. Mary Woolnoth yang berpengaruh itu di London. Di antara para petobat hasil pelayanannya, terdapat Claudius Buchanan, yang menjadi seorang misionaris di Asia Tenggara, dan Thomas Scott, penulis uraian (commentary) Alkitab. Hingga saat ini, Newton juga sudah membangun hubungan yang erat dengan William Wilberforce dan pemimpin politik lainnya yang terlibat di dalam perjuangan penghapusan perdagangan perbudakan. Menarik juga untuk diperhatikan bahwa tahun kematian Newton, 1807, adalah tahun dimana Parlemen Inggris akhirnya menghapus perbudakan di seluruh wilayah kekuasaannya.
Pada tahun 1790, isteri tercinta Newton yang sudah menemaninya selama 40 tahun meninggal karena kanker. Mary sudah menjadi seorang isteri yang sangat berbakti dan memberi semangat, namun sekarang Newton harus melewati 17 tahun sisa hidupnya tanpa Mary. Pada tahun 1893, tulangtulang John dan Mary dipindahkan ke halaman perkuburan Gereja Olney, dimana monumen granit besar itu masih dapat dilihat.
Sampai ajalnya tiba di usia 82 tahun, John Newton tidak pernah berhenti mengagumi belas kasihan Tuhan dan anugerah yang sudah begitu dramatis mengubah hidupnya. Ini adalah tema dominan di dalam kotbah dan tulisannya. Tidak lama sebelum kematiannya, seorang juru bicara gereja mengusulkan agar ia mempertimbangkan untuk pensiun karena kesehatannya yang sudah merosot. Penglihatan dan daya ingatnya juga sudah lemah. Newton menjawab, “Apa? Apakah si penghujat Afrika tua ini harus berhenti selagi ia masih bisa berbicara?” Dalam sebuah peristiwa lain sebelum kematiannya, dikatakan bahwa ia memproklamirkan sebuah pesan dengan suara lantang, “Daya ingatku hampir sirna, tetapi aku mengingat dua hal: ‘Bahwa aku adalah seorang pendosa besar, dan bahwa Kristus adalah seorang Juruselamat yang Agung.’”
Tanpa diragukan lagi, ekspresi yang paling tepat untuk menggambarkan hidup John Newton adalah himne karangannya yang memikat, “Amazing Grace.” Himne ini, yang pada awalnya terdiri dari enam bait dan berjudul “Faith’s Review and Expectation,” didasarkan pada 1 Korintus 17:16, 17. Tiga ayat tambahan yang ditulis oleh Newton, tapi tidak dicantumkan dalam kebanyakan buku himne adalah:
The Lord has promised good to me, His Word my hope secures;
He will my shield and portion be as long as life endures.
Yes, when his heart and flesh shall fail, and mortal life shall cease,
I shall possess within the veil, a life of joy and space.
The earth shall soon dissolve like snow, the sun forbear to shine;
But God, who called me here below, will be forever mine.
Tune “Amazing Grace” adalah melodi kuno dari sebuah lagu rakyat Amerika. Lagu ini pertama kali diketahui sebagai lagu perkebunan yang berjudul “Loving Lambs.” Publikasi paling awal yang diketahui untuk tune ini ditemukan di dalam sebuah buku yang berjudul “The Virginia Harmony”, sebuah koleksi yang dikumpulkan oleh James P. Carrel dan David S. Clayton dan diterbitkan pada 1831 di Winchester, Virginia. Di seluruh bagian selatan Amerika, selama sisa abad kesembilanbelas, jarang sekali terdapat buku kumpulan himne yang tidak memasukkan himne Newton ini.
John Newton juga menulis lirik untuk lagu “Glorious Things of Thee Are Spoken.”
|
Download KPRI 076 |
► Play KPRI 077 Grace Alone |
Lyric
1
Ev’ry promise we can make, ev’ry prayer and step of faith
Ev’ry difference we will make, is only by His grace
Ev’ry mountain we will climb, ev’ry ray of hope we shine
Ev’ry blessing left behind, is only by His grace
Reff:
Grace alone which God supplies, strength unknown He will provide
Christ in us, our cornerstone, we will go forth in grace alone.
2
Ev’ry soul we long to reach, ev’ry heart we hope to teach
Ev’rywhere we share His peace, is only by His grace.
Ev’ry loving word we say, ev’ry tear we wipe away
Ev’ry sorrow turned to praise, is only by His grace.
|
Download KPRI 077 |
► Play KPRI 078 Kar'na Kasih-Nya |
Lyric
VERSI 1
1
M’ngapa Yesus turun dari sorga, masuk dunia g’lap penuh cela;
Berdoa bergumul dalam taman, cawan pahit pun dit’rima-Nya?
M’ngapa Yesus menderita, didera, dan mahkota duri pun dipakai-Nya?
M’ngapa Yesus mati bagi saya? Kasih-Nya, ya kar’na kasih-Nya.
2
M’ngapa Yesus mau pegang tanganku, bila ‘ku di jalan tersesat?
M’ngapa Yesus b’ri ‘ku kekuatan, bila jiwaku mulai penat?
M’ngapa Yesus mau menanggung dosaku, b’ri ‘ku damai serta sukacita-Nya?
M’ngapa Dia mau melindungiku? Kasih-Nya, ya kar’na kasih-Nya.
VERSI 2
1
Why did Jesus give up heaven’s glory
For this world of sin and misery?
Why did Jesus suffer in the garden,
Drain the bitter cup of agony?
Why did Jesus stand in Pilate’s judgement hall,
Wear that cruel crown of thorns so patiently?
Why did Jesus give His life to save me?
It was love, God’s wondrous love for me!
2
Why does Jesus lift me when I stumble
Take my hand whene’er I go astray?
Give me strength I need for each tomorrow,
Grace to face the trials of the day?
Why does Jesus share the load I cannot bear,
Fill my soul with peace and joy beyond degree?
And why does He watch o’er me and keep me?
It was love, God’s wondrous love for me!
|
Download KPRI 078 |
► Play KPRI 079 Not What My Hands Have Done |
Lyric | History
1
Not what my hands have done, can save my guilty soul;
Not what my toiling flesh has borne can make my spirit whole;
Not what I feel or do can give me peace with God;
Not all my prayers and sighs and tears can bear my awful load.
2
Your voice alone, O Lord, can speak to me of grace;
Your power alone, O Son of God, can all my sin erase;
No other work but Yours, no other blood will do;
No strength but that which is divine can bear me safely through.
3
Thy work alone, O Christ, can ease this weight of sin;
Thy blood alone, O Lamb of God, can give me peace within;
Thy love to me, O God, not mine, O Lord, to Thee,
Can rid me of this dark unrest, And set my spirit free.
4
I bless the Christ of God; I rest on love divine;
And with unfaltering lip and heart I call this Savior mine;
His cross dispels each doubt; I bury in His tomb;
Each thought of unbelief and fear, each ling’ring shade of gloom.
5
I praise the Christ of God; I rest on love divine;
And with unfaltering lip and heart I call this Savior mine;
My Lord has saved my life and freely pardon gives;
I love because He first loved me, I live because He lives.
Not What My Hands Have Done
Teks: Horatius Bonar (1808-1889), 1861, alt.
Musik: George William Martin, 1862 (Norman Johnson, 1928-1983Tune Name ‘Aurora’)
Tune: LEOMINSTER
Firman Tuhan: Titus 3:5-6 ...pada waktu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita..
Latar Belakang:
Sejarah mengenai gereja Protestan di Skolandia sangatlah menarik dan patut diperhatikan. Dengan penyebaran di abad ke-16, Gerakan Reformasi Protestan di seluruh Inggris Raya dan upaya-upaya dari pembaharu John Knox, 1505-1572, Gereja Presbiterian menjadi gereja Skolandia yang berdiri, didukung dan dikontrol oleh pemerintah (gereja negara). Gereja ini didominasi dengan kuat oleh sistem teologi dan praktek, dan keyakinan Calvinistik yang kaku, sebagai contoh satu-satunya pujian yang dapat diterima untuk dipersembahkan kepada Tuhan adalah Mazmur atau kata-kata yang persis sama yang diambil langsung dari Alkitab. Gereja Skolandia bahkan tidak mengijinkan penggunaan organ di dalam gereja, hingga tahun 1874, dan tidak pernah menerbitkan sebuah buku pujian, hingga tahun 1898.
Perubahan berarti dalam iklim keagamaan di Skolandia baru terjadi ketika kebangunan penginjilan mulai bangkit pada abad ke-19 sehingga muncul keinginan yang sangat kuat untuk memiliki gereja-gereja independen. Pada tahun 1840, melalui kepemimpinan Dr. Thomas Chalmers, lebih dari 200 gereja independen didirikan di seluruh negeri. Di tahun 1843, sebuah pembaharuan semangat pemberontakan melawan gereja negara dimulai, dan hal ini menghasilkan pemisahan golongan Injili dari gereja negara dengan organisasi Gereja Mandiri Skolandia (Free Church of Scotland). Setelah beberapa upaya dari gereja negara, terjadi sebuah penggabungan dari kelompok-kelompok yang berselisih ini dalam bentuk United Presbyterian Church. Penggabungan ini pada akhirnya bersatu dengan Gerakan Gereja Mandiri (Free Church Movement) di tahun 1900, dengan nama United Free Church of Scotland. Pemerintah segera melepaskan kuasanya atas seluruh gereja, dan sejak tahun 1929, gereja-gereja Skolandia dikenal dengan satu nama, The Church of Scotland. Gereja yang bersatu ini menggunakan sebuah himnal bersama, The Church Hymnary, yang pertama kali disusun pada tahun 1898, dan kemudian diperbaiki di tahun 1927, dan sekali lagi di tahun 1968.
Salah seorang pemimpin yang paling dihormati dan berpengaruh dalam pemberontakan di tahun 1843 melawan gereja negara dan akhirnya membangkitkan gerakan gereja independen adalah Horatius Bonar. Bonar dikenal sebagai seorang pengkotbah penginjil yang termasyur serta penulis himne Skolandia yang paling baik.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Universitas Edinburgh dan ditahbiskan pada tahun 1838, Bonar memulai tugas penggembalaannya kepada jemaat gereja di Kelso, dekat perbatasan Inggris. Di sini ia bekerja dengan sangat giat selama duapuluh-tujuh tahun. Ketika terjadi perpecahan di dalam gereja negara, pada tahun 1843, Bonar mengasosiasikan dirinya dengan Gerakan Gereja Mandiri, dan jemaatnya di Kelso menjadi pusat pengaruh penginjilan. Selama masa ini, Bonar juga menerbitkan Border Watch, sebuah majalah berkala yang banyak membantu perkembangan semangat Gereja Mandiri. Pada puncak karirnya di Kelso, Horatius Bonar diyakinkan untuk menjadi pastor dari gereja besar Chalmers Memorial Church di Edinburgh, sebuah Gereja Mandiri yang bergengsi, yang didirikan untuk menghormati Dr. Thomas Chalmers, perintis awal dan moderator pertama untuk gerakan ini. Di sini Bonar melayani dengan setia selama duapuluh-tiga tahun berikutnya, hingga ia meninggal pada 31 Juli 1889. Beberapa tahun sebelum ia meninggal, Dr. Bonar dihormati dengan dijadikan moderator dari gereja General Assembly. Konon kematian Bonar paling diratapi oleh seluruh umat Kristen dibandingkan dengan kematian orang lain segenerasinya.
Horatius Bonar dikenal dari seluruh pelayanannya sebagai seorang murid Alkitab yang paling cakap, khususnya dalam bidang nubut eskatologi dan premillenial. Selama empatpuluh-lima tahun, dia menerbitkan Quarterly Journal of Prophecy, yang di dalamnya dia juga memuat satu dari teks himne baru yang ia buat. Bonar juga adalah seorang penulis yang menghasilkan banyak traktat penginjilan dan buku-buku ibadah serta lebih dari 600 teks himne, yang banyak di antara himne-himne tersebut masih digunakan umum. Beberapa terbitannya yang penting, meliputi: Songs for the Wilderness (1843), The Bible Hymn Book (1845), Hymns, Original and Selected (1846), Hymns of Faith and Hope (1857), The Song of the New Creation (1872), Hymns of the Nativity (1879), dan Communion Hymns (1881).
Dr. Bonar sangat dihormati sepanjang hidupnya sebagai seorang yang memiliki pengetahuan dan budaya luas. Dikatakan mengenai dirinya bahwa “pikirannya dipenuhi dengan Firman Tuhan, dan hatinya dimiliki oleh iman yang lebih luas dan lebih dermawan dibandingkan dengan keyakinan Calvinistik yang paling ketat, kepada mana intelektualnya memberikan persetujuan.” Ia mencintai anak-anak, dan khusus bagi merekalah ia menuliskan banyak himne. Ia menyatakan bahwa tujuannya menulis adalah “untuk mengisi himne-himneku dengan cinta dan terang Kristus.” Pelayanannya yang luar biasa ditandai dengan semangat yang sungguh-sungguh, ketaatan, dan kerinduan untuk memenangkan jiwa. Hidupnya dalam banyak segi itu diamati oleh beberapa orang yang berkata bahwa “ia selalu membesuk,” sementara yang lain berkata “ia selalu berkotbah,” beberapa orang berpendapat bahwa “ia selalu menulis,” dan banyak yang berkata bahwa “ia selalu berdoa.” Isteri Bonar yang mendampinginya selama empatpuluh tahun, Jane Lundie, juga adalah seorang penulis yang berbakat, yang menulis teks himne yang indah, “Fade, Fade, Each Earthly Joy.”
Sangatlah menarik bahwa meskipun Bonar merupakan seorang pengkotbah Free Church yang sangat dihargai dan penulis himne, ia tidak menggunakan himne-himne yang ia tulis di dalam ibadah yang ia pimpin, hingga mendekati akhir masa pelayanannya; karena jemaatnya masih bersikeras untuk hanya menyanyikan Mazmur. Namun demikian, Bonarlah yang mendorong menggunakan lagu-lagu penginjilan, ketika diadakan pertemuan-pertemuan KKR penginjilan. Bonar benar-benar menulis beberapa lagu penginjilan bagi Sankey untuk digunakan dalam pertemuan-pertemuan ini di Inggris Raya. Himne-himne lain yang terkenal karangan Horatius Bonar masih digunakan dalam buku-buku pujian kita sekarang ini adalah: “I Heard the Voice of Jesus Say,” dan himne komuni, “Here, O My
Lord, I See Thee Face to Face.”
“Not What These Hands Have Done” pertama kali muncul dalam buku kumpulan Bonar, Hymns of Faith and Hope, dengan judul “Salvation Through Christ Alone.” Himne ini merupakan refleksi yang jelas mengenai teologi Calvinistiknya yang kuat, bahwa dasar bagi manusia memperoleh kemurahan dan keselamatan dari Tuhan hanyalah bersandar pada karya keselamatan Kristus yang sempurna.
Tune himne ini, “Aurora,” secara relatif merupakan tune baru yang digunakan bersama teks ini. Selama bertahun-tahun, banyak tune telah dihubungkan dengan teks short meter (86.86). Tune baru ini digubah oleh Norman Eldon Johnson, seorang rekan lama dari Singspiration Publishing Company. Selama dua dekade terakhir ini, musikus yang baik dan anak Tuhan ini membuat banyak kontribusi khusus bagi musik penginjilan. Norman bertanggung jawab atas sebagian besar terbitan himnal, seperti: Crowning Glory, Great Hymns of the Faith, dan yang terakhir Praise hymnal, yang diterbitkan oleh Singspiration di tahun 1979. Dalam kerja samanya dengan John W. Peterson dan Singspiration Company, Norman Johnson juga menyusun dan mengubah banyak lagu rohani dan lagu kebangsaan (anthems) serta juga berbagai kumpulan organ dan instrumental. Norman menyatakan bahwa adalah keinginannya sendiri untuk mengubah sebuah tune baru bagi teks Bonar yang baik ini yang akan memberi tekanan yang lebih baik kepada kata-kata yang lebih tepat daripada tune-tune pinjaman lain yang telah ada saat itu. Dia juga mengatakan bahwa ia menamai tune-nya ini ‘Aurora’ untuk menghormati guru piano pertamanya di Lindsborg, Kansas – Aurora Nelson, sekarang bernama Ny. Frank Ross, “seorang wanita Kristen yang sangat anggun yang menanamkan kecintaan akan musik rohani kepada diriku.”
Setelah sembilan tahun bergumul melawan penyakit yang melemahkan tubuhnya yang dikenal dengan nama Amyotrophic Lateral Sclerosis, Norman bergabung paduan suara surgawi pada 19 Desember 1983, ketika ia sedang mendengarkan sebuah rekaman lagu-lagu kesukaannya dari oratorio karya Handel, The Messiah.
|
Download KPRI 079 |
► Play KPRI 080 Jesus, Thou Joy Of Loving Hearts |
Lyric | History
VERSI 1
1
Jesus, Thou Joy of loving hearts.
Thou Fount of life, Thou Light of men,
from the best bliss that earth imparts,
we turn unfilled to Thee again.
Our restless spirits yearn for Thee,
Wher’ver our changeful lot is cast;
glad when Thy gracious smile we see,
blest when our faith can hold Thee fast.
2
Thy truth unchanged hath ever stood;
Thou savest those that on Thee call;
to them that seek Thee Thou art good,
to them that find Thee all in all.
Our restless spirits yearn for Thee,
Wher’ver our changeful lot is cast;
glad when Thy gracious smile we see,
blest when our faith can hold Thee fast.
3
We taste Thee, O Thou living Bread,
And long to feast upon Thee still;
we drink of Thee, the Fountainhead,
And thirst our souls from Thee to fill.
O Jesus, ever with us stay,
make all our moments calm and bright;
chase the dark night of sin away,
Shed o’er the world Thy holy light.
VERSI 2
Tuhan ajar aku berdoa;
‘gar ‘ku peka ‘kan kehendak-Mu.
Tolong 'ku serahkan semua
seg’nap hati setia ikut-Mu.
Dalam hidup penuh pencobaan
b’ri kekuatan ingat firman-Mu.
Air hidup penuhi hatiku
rendah hati melayani-Mu.
Jesus, Thou Joy of Loving Hearts
Teks: Bernard of Clairvaux, 1090–1153 (Terj. Ray Palmer, 1808–1887)
Musik: Billy Kristanto, 2003
Firman Tuhan: Roma 5:11 ”Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.”
Latar Belakang:
Teks himne ini dihubungkan dengan Bernardus Clarevallis, seorang pria muda yang menjadi kepala biara Clairvaux di Perancis. Pengaruhnya terasa hingga ke seluruh Eropa. Kabarnya ia memerintah raja-raja, kaisar-kaisar, dan wali-wali gereja - dan mereka menaatinya. Di tahun 1146, ia diangkat oleh paus untuk memimpin gerakan penginjilan kedua kepada orang-orang Islam. Melalui kepandaiannya berbicara dan kotbahnya, banyak orang mengikutinya. Salah satu syarat untuk mengikuti gerakan tersebut adalah pengalaman pertobatan pribadi. Dicatat bahwa banyak orang jahat yang secara dramatis diubahkan melalui kotbah Bernard. Mereka membawa salib tanpa rasa malu sebagai simbol komitmen mereka pada Kristus dan gerakan penginjilan tersebut.
Bernard menulis sejumlah buku, terutama dalam subyek-subyek: pemerintahan gereja, cara hidup biarawan dan topik-topik yang berhubungan dengan gereja lainnya. Pada umumnya disepakai bahwa Bernard-lah yang menulis 192 baris puisi penyembahan di abad pertengahan, yang berjudul Jubilus Rhythmicus de Nomine Jesu atau sering disebut dari kalimat pertamanya “Dulcis Jesu Memorial” (“Joyful Rhythm on the Name of Jesus”) atau disebut juga The Rosy Hymn, yang berdasarkan Kitab Kidung Agung. Himne ini pertama sekali muncul di abad ke-12, sekitar tahun 1150. Himne lain yang diambil dari puisi ini adalah “Jesus, The Very Thought of Thee” (“Jesu, dulcis memoria”) dan “O Jesus, King Most Wonderful” (“Jesu, Rex admirabilis”).
Terjemahan atau paraphrase baris 4, 3, 20, 28, dan 10 berasal dari bagian “Jesu, dulcedo cordium,” yang dibuat oleh Ray Ralmer (1808-1887) pada tahun 1858. Pertama sekali dipublikasikan dalam buku The Sabbath Hymn Book yang dikompilasi oleh Lowell Mason, Edwin A. Park, dan Austin Phelps di Andover, Massachusetts, di tahun yang sama. Palmer, seorang pengkotbah American Congregational dikenal sebagai penulis “My Faith Looks Up To Thee.” Teks ini pun kemudian ditulis dalam Palmer’s Poetical Works of 1876.
|
Download KPRI 080 |
► Play KPRI 081 Kaulah, Ya Tuhan, Surya Hidupku |
Lyric | History
VERSI 1
1
Kaulah, ya Tuhan, Surya hidupku;
asal Kau ada, yang lain tak perlu.
Siang dan malam Engkau kukenang;
di hadirat-Mu jiwaku tenang!
2
Kaulah Hikmatku, Firman hidupku;
Kau besertaku dan ‘ku serta-Mu.
Engkau Bapaku, aku anak-Mu;
dengan-Mu, Tuhan, ‘ku satu penuh.
3
Kaulah bagiku tempat berteduh;
Kaulah perisai dan benteng teguh.
Sukacitaku kekal dalam-Mu;
Kuasa sorgawi, Engkau kuasaku!
4
Tak kuhiraukan pujian fana;
Hanya Engkaulah pusaka baka!
Raja di sorga, Engkau bagiku
harta abadi, bahagia penuh!
5
Bila saatnya kelak ‘ku menang,
t’rimalah daku di sorga cerlang!
Apa pun kini hendak kutemu,
Kaulah, ya Tuhan, Surya hidupku!
VERSI 2
1
Be thou my Vision, O Lord of my heart,
naught be all else to me, save that thou art;
Thou my best Thought by day or by night,
Waking or sleeping, Thy presence my light.
2
Be thou my Wisdom, and Thou my true word,
I ever with Thee and Thou with me, Lord;
Thou my great Father, I Thy true son;
Thou in me dwelling, and I with Thee one.
3
Be Thou by battle Shield, Sword for my fight;
Be thou my Dignity, Thou my Delight;
Thou my soul's Shelter, Thou my high Tower:
Raise Thou me heavenward, O Power of my power.
4
Riches I heed not, nor man's empty praise:
Thou mine Inheritance, now and always;
Thou and Thou only, first in my heart;
High King of heaven, my Treasure Thou art.
5
High King of heaven, my victory won,
May I reach heaven's joys, O bright heav’n's Sun!;
Heart of my own heart, whatever befall,
Still be my Vision, O Ruler of all.
Be Thou My Vision
Teks: Tradisional Irlandia abad ke-8 Mary E. Byrne, 1905 (Terj. Ing.), Eleanor H. Hull, 1912 (Syair)
Musik: Tradisional Irlandia
Tune: SLANE
Firman Tuhan: Amsal 29:18 Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.
Latar Belakang:
Dengan puisinya yang indah, serta melodinya yang dinamis, teks himne Irlandia yang tak diketahui pengarangnya ini, dalam gaya Celtic yang aneh namun indah secara indah mengekspresikan keinginan dan hasrat terdalam dari hati orang Kristen. Walaupun baru dikenal dalam 50 tahun yang lalu, himne yang indah ini sudah ada sejak abad kedelapan.
Antara tahun 400 dan 700 sesudah Masehi, orang-orang Irlandia hidup dengan iman yang sungguh dalam Tuhan dan negerinya dikenal sebagai negeri yang sangat ingin mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Para penginjil Irlandia pergi mengkabarkan Injil kemana pun mereka pergi.
Beberapa pelajar percaya bahwa kata-kata dari himne ini adalah berasal dari orang yang bernama St. Patrick. St. Patrick lahir tahun 373 lahir di daerah yang sekarang dikenal dengan Skotlandia. Pada umur 16 tahun ia diculik oleh perompak dan dijadikan budak di Irlandia. Di sana dia menyerahkan hidupnya pada Yesus Kristus. Kemudian dia berhasil melarikan diri, namun tak pernah melupakan
pengalaman ini. Pada umur 30 tahun dia kembali ke Irlandia dengan maksud mengabarkan Injil di sana. Sebagai hasil dari pelayanannya, lebih dari 200 gereja dibangun dan 100.000 orang bertobat dan dibaptiskan.
Lagu “Be Thou My Vision” tanpa ragu lagi berasal dari zaman dan daerah yang rindu untuk mengabarkan Injil, mengekspresikan keperluan yang tak habis-habisnya akan visi dari sorga, mengalami pemeliharaan Tuhan dan kehadiran-Nya dalam perjalanan hidup manusia. Melalui kata-kata dari himne ini, sang penulis menyatakan penghormatannya pada Tuhan melalui banyak titel yang menyatakan akan Dia: Vision, Lord, Best Thought, Wisdom, Word, Great Father, Power, Inheritance, High King of Heaven, Treasure, Bright Heaven’s Sun, dan Ruler of All, dan banyak lainnya.
Syair ini pertama kali dimasukkan ke dalam sebuah karya yang berjudul Rob tu mo bhoile, a Comdi cride. Terjemahan Mary Bryne akan puisi kuno Irlandia ini menjadi prosa dalam Bahasa Inggris pertama kali dan muncul dalam Jurnal Erin, edisi kedua, yang diterbitkan pada tahun 1905. Kemudian prosa tersebut diuraikan menjadi bentuk bait oleh Eleanor H. Hull dan diterbitkan dalam terbitannya Poem Book of the Gael, pada tahun 1912. Tune yang digunakan, “Slane,” adalah melodi tradisional Irlandia dari kumpulan Patrick W. Joyce, Old Irish Folk Music and Songs, terbit pada tahun 1909. Penggabungan tune dengan teks himne ini diterbitkan dalam Irish Church Hymnal tahun 1919. Tune ini dinamai atas sebuah bukit, sepuluh mil dari Tara, di County Meath, dimana dikatakan tempat St.Patrick dulu menantang Raja Loegaire dan para pendeta Druid, dengan menyalakan api pada malam Paskah. Meskipun melodi ini telah diharmonisasikan oleh berbagai musikus, seperti Norman Johnson, pada umumnya disarankan bahwa tune ini paling efektif ketika dinyanyikan dalam satu suara saja (unison).
Mary Elizabeth Byrne dilahirkan di Dublin, Irlandia, pada tahun 1880. Ia menempuh pendidikan di University of Dublin dan menjadi seorang pekerja riset dan penulis bagi Board of Intermediate Education di kota asalnya. Salah satu pekerjaannya yang terpenting adalah kontribusinya kepada Old and Mid-Irish Dictionary dan Dictionary of the Irish Language.
Eleonor H. Hull dilahirkan di Manchester, Inggris, pada 15 Januari 1860. Ia adalah pendiri dan menjabat sebagai sekretaris Irist Text Society dan bertindak sebagai presiden Irish Literary Society, di London. Ia mengarang beberapa buku mengenai sejarah dan literatur Irlandia.
Penulis tak diketahui lainnya menulis pemikiran yang penting di bawah ini mengenai pentingnya memiliki visi dalam hidup seseorang:
Sebuah visi tanpa tugas adalah mimpi;
Sebuah tugas tanpa visi adalah kebosanan;
Sebuah visi dengan tugas adalah harapan bagi dunia.
Sungguh, sikap visioner kita di sepanjang hidup seringkali menjadi perbedaan antara keberhasilan dan sedang-sedang saja. Satu peringatan dari sebuah kisah klasik tentang dua orang penjual sepatu yang dikirim ke pulau primitif untuk menentukan peluang bisnis di sana. Penjual pertama mengirim telegram, “Segera pulang. Tak seorang pun mengenakan sepatu di sini.” Penjual kedua merespon, “Segera kirimkan satu kapal penuh sepatu ke sini. Kemungkinan menjual sepatu di sini sangat tak terbatas.”
Semoga kita sebagai orang-orang percaya dilukiskan sebagai orang yang bervisi - “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” - Ibrani 12:2.
|
Download KPRI 081 |
► Play KPRI 082 Happiness Is The Lord |
Lyric
VERSI 1
1
Happiness is to know the Saviour,
living a life within His favour,
having a change in my behaviour,
Happiness is the Lord.
2
Happiness is a new creation,
Jesus and me in close relation,
having a part in His salvation,
Happiness is the Lord.
Reff:
Real joy is mine,
no matter if teardrops start,
I've found a secret;
it's Jesus in my heart.
3
Happiness is to be forgiven,
living a life that's worth the living,
taking a trip that leads to Heaven,
Happiness is the Lord.
Happiness is The Lord
Teks: Ira F. Stanphill, 1968
Musik: Ira F. Stanphill, 1968
Latar Belakang:
Ira F. Stanphill lahir di Belview, New Mexico, pada tahun 1914. Dia telah menulis lebih dari 550 lagu, di antaranya yang paling terkenal: “Mansion over the Hilltop,” “Room at the Cross,” dan tentu saja “Happiness Is the Lord.”
Kadangkala Tuhan memberikan sebuah lagu kepada pengubah lagu pada saat yang tidak disangka-sangka. Begitulah yang terjadi pada Ira Stanphill pada suatu sore di tahun 1974, setelah ia meninggalkan kantor gereja, di mana ia menjadi pendeta, di Fort Worth, Texas.
Radio mobilnya menyala, dan selama menyetir dia mendengarkan beberapa iklan. Beberapa iklan tersebut disponsori oleh perusahaan yang mempromosikan happy hour dan minuman alkohol. Dia juga mendengar iklan rokok yang disampaikan sedemikian hingga seakan-akan bisa memberikan kebahagiaan.
Kata ‘kebahagiaan’ digunakan beberapa kali dalam iklan tersebut. Pada saat itu Ira berpikir bahwa kebahagiaan bukanlah datang dari semua hal itu, tapi dari mengenal Kristus. Selama pemikiran itu
menguasai pikirannya, ia mulai bernyanyi. Dia menyanyikan sebuah lagu baru, menyusun kata-kata
dan melodinya seraya menyetir. Dia menyanyikan lagu ini hampir sama seperti yang kita kenal sekarang.
|
Download KPRI 082 |
► Play KPRI 083 Kidung Agung |
Lyric
Oh Tuhan tarikku cepat mengikut-Mu,
hatiku dengan-Mu berpadu.
Biar angin bertiup dan badai mengamuk
‘ku makin pancarkan harum-Mu
Tuhan, Kau terindah, yang puaskan hatiku,
Kau milikku dan ‘ku milik-Mu.
Biar ombak menderu, gelombang menempuh
‘kan kuiring Dikau selalu
|
Download KPRI 083 |
► Play KPRI 084 Aku Berubah |
Lyric
VERSI 1
Aku berubah, sungguh ‘ku berubah,
waktu ‘ku s’rahkan hatiku.
Aku berubah, sungguh ‘ku berubah,
waktu ‘ku s’rahkan semua.
Yang kukasihi kini lenyap,
Yang lebih baik, aku dapat.
Aku berubah sungguh ‘ku berubah,
Waktu ‘ku s’rahkan semua.
VERSI 2
Things are diff’rent now, something happened to me
When I gave my heart to Jesus
Things are diff’rent now, I was changed, it must be
When I gave my heart to Him.
Things I loved before have passed away.
Things I love far more have come to stay.
Things are diff’rent now, I was changed, it must be
When I gave my heart to Him.
|
Download KPRI 084 |
► Play KPRI 085 Yesus Kristus Juruselamat Dunia |
Lyric
Siapa yang hibur hatiku?
Siapa hapus air mataku?
Siapa yang tanggung dosaku?
Hanyalah Tuhan Yesus
|
Download KPRI 085 |
► Play KPRI 086 Yesus Segala-Galanya |
Lyric | History
VERSI 1
1
Yesus segala-galanya, Mentari hidupku
Sehari-hari Dialah Penopang yang teguh
Bila ‘ku susah, berkesah Aku pergi kepada-Nya
Sandaranku, Penghiburku, Sobatku
2
Yesus segala-galanya, Kawanku abadi
Setiap datang pada-Nya berkat-Nya diberi
Surya dan hujan berselang hasil tanaman dan kembang:
semuanya karunia, Sobatku
3
Yesus segala-galanya, Setia padaku
Tak akan ‘ku menyangkal-Nya teman setiaku
Bersama-Nya ‘ku tak sesat Ia menjagaku tetap
Ia tetap kawan erat, Sobatku
4
Yesus segala-galanya, Sahabat setia
‘Ku percaya selamanya sampai ajal tiba
Bersama-Nya hidup indah tak berakhir selamanya
Hidup kekal sukacita, Sobatku
VERSI 2
1
Jesus is all the world to me,
My Life, my Joy, my All;
He is my Strength from day to day,
Without Him I would fall.
When I am sad, to Him I go,
No other one can cheer me so;
When I am sad, He makes me glad,
He’s my friend.
2
Jesus is all the world to me,
My friend in trials sore;
I go to Him for blessings, and
He gives them o’er and o’er.
He sends the sunshine and the rain,
He sends the harvest’s golden grain;
sunshine and rain, harvest of grain,
He’s my friend.
3
Jesus is all the world to me,
and true to Him I’ll be;
O how could I this friend deny,
When He’s so true to me?
Following Him I know I’m right,
He watches o’er me day and night;
following Him by day and night,
He’s my friend.
4
Jesus is all the world to me,
I want no better friend;
I trust Him now, I’ll trust Him when
Life’s fleeting days shall end.
Beautiful life with such a friend,
beautiful life that has no end;
Eternal life, eternal joy,
He’s my friend.
Jesus is All the World to Me
Teks: Will L. Thompson (1847-1909), 1904
Musik: Will L. Thompson (1847-1909), 1904
Tune: ELIZABETH
Firman Tuhan: Filipi 3:8-9 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
Latar Belakang:
Will Lamartine Thompson dikenal sebagai “Penyair dari Ohio” karena talenta literatur dan musikalnya yang terhormat. Ia menulis banyak lagu sekuler dan lagu gereja yang sukses dan mengedit serta menerbitkan beberapa kumpulan lagu. Namun ulasan referensi biografis mengatakan bahwa sukacita terbesar Thompson adalah menulis dan mempersembahkan puji-pujian bagi Tuhannya. Thompson telah memberikan himnodi Kristen dua lagu abadi, kesaksian bagi umat Kristen: “Jesus is All the World to Me,” dan “Softy and Tenderly,” sebuah lagu undangan yang berpengaruh dalam mengarahkan banyak orang yang belum percaya kepada Juruselamat.
Thompson dididik di Mount Union College di Ohio dan di Boston Conservatory of Music. Ia juga belajar di Leipzip, Jerman. Ia mendirikan Will L. Thompson Company, sebuah perusahaan rekaman musik yang sukses, yang berkantor di East Liverpool, Ohio, dan Chicago, Illinois.
Kata-kata dan musik Thompson untuk lagu “Jesus is All the World to Me” diterbitkan dalam kumpulan himnalnya di tahun 1904, dan sejak saat itu telah digunakan secara luas oleh orang-orang percaya untuk menyatakan pengabdian kepada Kristus dan ketergantungan kepada-Nya sepanjang hidup.
|
Download KPRI 086 |
► Play KPRI 087 Ingat Akan Nama Yesus |
Lyric | History
VERSI 1
1
Ingat akan nama Yesus, kamu yang menanggung b’rat.
Nama itu b’ri kekuatan, bagi orang yang penat.
Reff:
Indahlah nama-Nya, perlindungan yang teguh.
Indahlah nama-Nya, perlindungan yang teguh.
2
Ingat akan nama Yesus, tempat berlindung teduh.
Walau godaan menimpa, Ia p’risai yang teguh.
3
Nama Yesus sungguh indah, menggemarkan jiwaku.
Ia s’lalu b’ri penghiburan, ku mau puji nama Hu.
VERSI 2
1
Take the Name of Jesus with you,
child of sorrow and of woe,
It will joy and comfort give you;
Take it then, where’er you go.
Reff:
Precious Name, O how sweet!
Hope of earth and joy of Heav’n.
Precious Name, O how sweet!
Hope of earth and joy of Heav’n.
2
Take the Name of Jesus ever,
as a shield from ev’ry snare;
if temptations round you gather,
breathe that holy name in prayer.
3
O the precious name of Jesus!
How it thrills our souls with joy,
when His loving arms receive us,
and His songs our tongues employ!
4
At the name of Jesus bowing,
falling prostrate at His feet,
King of kings in Heav’n we’ll crown Him,
When our journey is complete.
Take the Name of Jesus with You
Teks: Lydia Odell Baxter, 1870
Musik: William Howard Doane
Tune: PRECIOUS NAME
Firman Tuhan: Kolose 3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
Latar Belakang:
Selain cacat, terbaring di tempat tidur selama hampir seluruh hidupnya, Lydia Baxter, dikenal sebagai seorang pekerja Kristen yang tekun. Ia dilahirkan pada 8 September 1809 di Petersburg, New York. Tak lama setelah pertobatannya sewaktu masih muda, ia dan kakak perempuannya, bertanggung jawab sendiri untuk mendirikan sebuah gereja Baptis di kota kediamannya di Petersburg, New York. Setelah menikah, ia pindah bersama suaminya ke Kota New York, dimana ia terus melanjutkan pelayanannya. Rumahnya dikenal sebagai tempat berkumpul bagi para pengkotbah, penginjil, dan pekerja Kristen, yang datang kepadanya untuk mendapatkan inspirasi dan saran. Teman-temannya biasa mengatakan bahwa kunjungan ke kamar sakitnya tidak memberikannya semangat dan
penghiburan sebesar kegembiraan jiwa yang mereka terima dari dirinya.
Baxter juga merupakan murid Alkitab yang sangat bergairah dan senang mendiskusikan makna nama-nama dalam Alkitab dengan teman-temannya. “Kau ingat,” ia sering berkata, “bahwa ketika Esau lahir, Yakub memegang tumit Esau, seolah-olah seperti Yakub hendak menarik saudara kembarnya itu supaya ia dapat lahir pertama. Oleh karena itu ia dinamai Yakub, yang berarti ‘pengganti.’ Ishak berarti ‘tawa,’ karena ketika Abraham dan Sara mengetahui bahwa pada masa tua mereka itu mereka akan menjadi orangtua, mereka tertawa keras, berpikir itu tak mungkin terjadi dan sekaligus tak masuk akal. Untuk nama-nama dari duabelas anak laki-laki Yakub, yang dari situ nama duabelas suku Israel berasal, mereka dinamai berdasarkan peristiwa-peristiwa aneh yang mengelilingi kelahiran mereka, maupun juga persaingan yang ada di antara isteri-isteri suami-ayah Yakub.”
Lydia seringkali memberitahu teman-temannya bahwa Samuel berarti “diminta dari Tuhan,” Hanna – “anugerah,” Sara – “puteri raja,” Naomi – “yang menyenangkan”. Tetapi nama yang berarti segalanya baginya adalah nama “Yesus”. Kapanpun ia ditanyai tentang sifatnya yang periang kendati memiliki kesusahan fisik, ia akan menjawab, “Aku memiliki senjata yang sangat spesial. Aku memiliki nama Yesus. Ketika penggoda mencoba membuatku sedih atau putus asa, aku menyebut nama Yesus, penggoda itu tidak lagi dapat mendekatiku lagi. Nama Yesus berarti ‘Juruselamat’ dan berasal dari akar kata Bahasa Ibrani yang sama dengan nama Yosua atau Yoas.”
Dikatakan bahwa “Take the Name of Jesus with You” ditulis oleh Lydia Baxter dari atas ranjang sakitnya empat tahun sebelum kematiannya pada 22 Juni 1874, di Kota New York. Meskipun ia menulis beberapa teks himne lain, ini adalah satu-satunya himne karyanya yang masih digunakan secara umum. Lydia juga memiliki sebuah kumpulan puisi penyembahan yang terbit pada tahun 1855, berjudul Gems by the Wayside.
William H. Doane mengkomposisi musik bagi teks ini tak lama setelah Lydia menulisnya. Himne ini pertama kali diterbitkan dalam himnal, Pure Gold, yang diedit oleh Doane dan Robert Lowry, pada tahun 1871. Himne ini digunakan secara luas, selama KKR penginjilan Moody-Sankey, pada kuartal terakhir abad kesembilanbelas. Himne ini masih menjadi himne yang paling terkenal dan sering digunakan dalam jemaat Injili di mana-mana.
William Howard Doane, komposer musik ini, dilahirkan di Preston, Connecticut, pada 3 Februari 1832. Setelah pertobatannya semasa di sekolah tinggi, ia menjadi seorang pelayan awam di gereja Baptist yang aktif. Sedari muda, ia memulai kerjasama seumur hidup dengan J. A. Fay and Company, pabrik pembuat perlengkapan yang terbuat dari kayu. Di tahun 1860, Doane memindahkan perusahaan ini ke Cincinnati, Ohio, dan kemudian menjadi presidennya. Ketika bekerja dalam kapasitas ini, Doane dihormati atas lebih dari tujuhpuluh penemuannya. William Doane melewatkan sisa hidupnya di Cincinnati, dimana ia menjadi seorang warga negara dan pemimpin gereja yang dihormati dan dicintai. Selama lebih dari duapuluh lima tahun, ia menjadi pimpinan sekolah Minggu di Mount Auburn Baptist Church. Doane menulis dan menerbitkan musik hanya sebagai kegemaran belaka. Namun demikian ia mengkomposisi lebih dari duaribu duaratus tune himne dan juga mengedit dan menerbitkan lebih dari empatpuluh kumpulan, serta kantata-kantata Natal yang tak terhitung jumlahnya. Pada tahun 1875, William Doane menerima gelar kehormatan Doctor of Music dari Denison University di Granville, Ohio, sebagai pengakuan atas banyak pencapaian musikalnya. Doane berkolaborasi dengan Fanny Crosby dalam menghasilkan banyak himne terkenal yang masih sering dinyanyikan hingga sekarang: “To God Be the Glory” (Terpujilah Allah, KPRI no. 11), “Near the Cross” (Bawalah Aku Yesus Dekat ke Salib, KPRI no. 54), “Will Jesus Find Us Watching?” “Pass Me Not” (Jangan Engkau Lalu, KPRI no. 131), “I Am Thine, O Lord,” “Tis the Blessed Hour of Prayer,” dan “Rescue the Perishing”. Doane juga menyediakan musik bagi teks himne Elizabeth Prentiss, “More Love to Thee”.
Meskipun William Doane memiliki kesuksesan finansial yang sangat besar, ia selalu dikenal sebagai seorang yang rendah hati dan pekerja Kristen yang aktif serta donatur yang dermawan. Ia menyumbangkan organ pipa di aula YMCA Cincinnati dan juga menyediakan keuangan untuk pembangunan Doane Memorial Music Building di Moddy Bible Institute di Chicago.
William H. Doane, seorang pria yang sangat dipakai Tuhan, meninggal pada 24 Desember 1915, di South Orange, New Jersey.
|
Download KPRI 087 |
► Play KPRI 088 Bukan Aku |
Lyric
VERSI 1
1
Bukan aku m’lainkan Tuhanku Yesus,
ditinggikan dan dipermuliakan.
Baik tutur, pikir dan perbuatanku
bukan aku m’lainkan nyatakan Hu.
Reff:
Bukan aku m’lainkan Kristus,
Kristus tak’kan berubah.
Dalam mulia Yesus P’rantara,
tahta Kristus tetap kekal.
2
Bukan aku m’lainkan Tuhanku Yesus,
bekerja dan derita bagi Hu.
Kurela melakukan kehendak Hu
selalu bersekutu dengan Hu.
3
Hanya Kristus pengharapan hidupku,
hanya Kristus pahala muliaku.
Hatiku puas sentosa kar’na Kristus
s’moga Tuhan pun puas karenaku.
VERSI 2
1
Not I, but Christ, be honored, loved, exalted;
Not I, but Christ, be seen, be known, be heard;
Not I, but Christ, in ev’ry look and action;
Not I, but Christ, in ev’ry thought and word.
Reff:
Oh, to be saved from myself, Lord,
Oh, to be lost in Thee;
Oh, that it may be no more I,
But Christ that lives in me.
2
Not I, but Christ, to gently soothe in sorrow;
Not I, but Christ, to wipe the falling tear;
Not I, but Christ, to lift the weary burden!
Not I, but Christ, to hush away all fear.
3
Not I, but Christ, in lowly, silent labor;
Not I, but Christ, in humble, earnest toil;
Christ, only Christ! no show, no ostentation!
Christ, none but Christ, the gatherer of the spoil.
4
Christ, only Christ, e’re long will fill my vision;
Glory excelling soon, full on, I’ll see
Christ, only Christ, my every wish fulfilling
Christ, only Christ, my All in all to be.
|
Download KPRI 088 |
► Play KPRI 089 Why Have You Chosen Me |
Lyric
VERSI 1
1
Why have you chosen me out of millions your child to be,
You know all the wrongs that I’ve done.
O how could you pardon me, forgive my iniquities,
To save me give Jesus Your Son,
Reff:
But Lord help me be what You want me to be
Your word I will strive to obey,
My life I now give, for You I will live
and walk by Your side all the way.
2
I am amazed to know that a God so great could love me so,
He’s willing and wanting to bless.
His grace is so wonderful, His mercy so bountiful,
I can’t understand it I confess.
3
In this world of darkness many lives are filled with emptiness,
They too need to know of Your love.
O Lord help me point to them the truth, the life, the way,
and bless each life I meet day to day,
|
Download KPRI 089 |
► Play KPRI 090 Berjalan Ke Sion |
Lyric | History
VERSI 1
1
Hai s’kalian orang yang mengasihi Tuhan,
Hendaklah kamupun datang, hendaklah kamupun datang
menyanyi pujian, menyanyi pujian.
Reff:
Ke Sion, ke Sion, kami berjalan ke Sion,
ikutlah kami ke Sion, berjalan ke kota Allah
2
Masamlah mukanya yang b’lum kenal Tuhan,
yang ada Bapa di surga, yang ada Bapa di surga,
bersuka-sukaan, bersuka-sukaan.
3
Seb’lum kami sampai kota Sion itu,
beribu padang yang permai, beribu padang yang permai
yang kami mau lalu, yang kami mau lalu.
4
Kami sk’alian tuju ke kota yang indah,
sapulah air matamu, sapulah air matamu
bersorak-soraklah, bersorak-soraklah.
VERSI 2
1
Come, we that love the Lord,
And let our joys be known;
Join in a song with sweet accord,
Join in a song with sweet accord
And thus surround the throne,
And thus surround the throne.
Reff:
We’re marching to Zion,
Beautiful, beautiful Zion;
We’re marching upward to Zion,
The beautiful city of God.
2
The sorrows of the mind,
be banished from the place;
Religion never was designed,
Religion never was designed
To make our pleasures less,
To make our pleasures less.
3
Let those refuse to sing,
Who never knew our God;
But favorites of the heav’nly King,
But favorites of the heav’nly King
May speak their joys abroad,
May speak their joys abroad.
4
The God that rules on high
And thunders when He please,
Who rides upon the stormy sky,
Who rides upon the stormy sky
And manages the seas,
And manages the seas.
5
This awful God is ours,
Our Father and our Love;
He will send down His heavn’ly powers,
He will send down His heavn’ly powers
To carry us above
To carry us above.
6
There we shall see His face,
And never, never sin!
There, from the rivers of His grace,
There, from the rivers of His grace
Drink endless pleasures in,
Drink endless pleasures in.
7
Yea, and before we rise,
To that immortal state,
The thoughts of such amazing bliss,
The thoughts of such amazing bliss
Should constant joys create,
Should constant joys create.
8
The men of grace have found,
Glory begun below,
Celestial fruits on earthly ground,
Celestial fruits on earthly ground
From faith and hope may grow
From faith and hope may grow.
9
The hill of Zion yields,
A thousand sacred sweets,
Before we reach the heavn’ly fields,
Before we reach the heavn’ly fields
Or walk the golden streets
Or walk the golden streets.
10
Then let our songs abound,
And every tear be dry;
We’re marching through Immanuel’s ground,
We’re marching through Immanuel’s ground
To fairer worlds on high,
To fairer worlds on high.
We’re Marching to Zion
Teks: Isaac Watts (1674-1748), 1707 (Ref. Robert Lowry, 1867)
Musik: Robert Lowry, 1867
Tune: MARCHING TO ZION
Latar Belakang:
Apakah kita harus menyanyikan mazmur atau himne dalam ibadah gereja? Inilah kontroversi yang mengacaukan banyak jemaat selama abad ke-17 dan ke-18. Isaac Watts adalah seorang juara seumur hidup dalam himne yang “dikomposisi secara kemanusiaan”, sementara sebagian besar gereja berbahasa Inggris bersikeras untuk menggunakan tata cara mazmur. Kemarahan seringkali terjadi, dan beberapa gereja benar-benar terpecah karena konflik ketidakselarasan musikal ini. Dalam beberapa gereja lainnya tercapai kesepakatan. Tatacara mazmur akan dinyanyikan pada bagian awal ibadah, dan kemudian setelah kotbah mereka menyanyikan himne, yang mana saat ini anggota jemaat yang menentang himne akan pergi atau menolak untuk ikut bernyanyi.
Isaac Watts menulis himne “We’re Marching to Zion” untuk membuktikan bahwa tindakan orang-orang yang berjalan keluar pada saat himne dinyanyikan itu salah. Perhatikanlah kata-kata dari lagu ini, terutama pada bait yang kedua. Isaac Himne ini diberi istilah “Watts’ Whims” (whims bisa berarti bertingkah atau aneh). Himne ini pertama kali muncul dalam buku Hymns and Spiritual Songs karya Watts di tahun 1707 dan diberi judul “Heavenly Joy on Earth.”
|
Download KPRI 090 |
► Play KPRI 091 Seperti Tuhanku |
Lyric
VERSI 1
1
S’perti Tuhanku yang kurindukan
yang lemah lembut dan rendah hati.
Rajin bekerja b’rani dalam benar
Lebih bersujud dan s’lalu bergemar
Reff:
S’rahkan jiwa hanya kepada Hu,
S’rahkan jiwa segenap bagi Hu,
Jauhkan dosa Tuhan tolonglahku,
Basuh dan pegang, jiwaku s’lalu.
2
S’perti Tuhanku kuminta s’lalu
b’riku kekuatan tanggung salibku
Kerja setia untuk K’rajaan-Nya
penuh Roh Kudus memenangkan jiwa
3
S’perti Tuhanku hidup bagi Hu,
Penuh kasih Hu nyata mulia Hu,
Menyangkal diri s’perti Tuhan Yesus
S’perti Tuhanku sampai ‘ku berjumpa.
VERSI 2
1
More like the Master I would ever be,
More of His meekness, more humility;
More zeal to labor, more courage to be true,
More consecration for work He bids me do.
Reff:
Take Thou my heart, I would be Thine alone;
Take Thou my heart, and make it all Thine own.
Purge me from sin, O Lord, I now implore,
Wash me and keep me Thine forevermore.
2
More like the Master is my daily prayer;
More strength to carry crosses I must bear;
More earnest effort to bring His kingdom in;
More of His Spirit, the wanderer to win.
3
More like the Master I would live and grow;
More of His love to others I would show;
More self denial, like His in Galilee,
More like the Master I long to ever be.
|
Download KPRI 091 |
► Play KPRI 092 From Glory To Glory |
Lyric
From glory to glory He’s changing me
changing me changing me
His likeness and image to perfect in me
The love of God shown to the world.
For He’s changing, changing me
From earthly things to the heavenly.
His likeness and image to perfect in me
The love of God shown to the world.
|
Download KPRI 092 |
► Play KPRI 093 Ku Mau Setia |
Lyric | History
VERSI 1
1
Ku mau sungguh, kar’na ‘kudipercaya.
Ku mau suci kar’na ‘kudicinta.
Ku mau kuat, menanggung s’gala susah.
Ku mau b’rani hadapi bahaya,
Ku mau b’rani menghadap seteru.
2
Ku mau cinta pada m’reka yang duka.
Ku mau memb’ri dengan rela hati.
Rendah hati, kar’na ku banyak cela.
Ku mau pandang akan kasih Allah,
s’lalu gemar menolong sesama.
3
Ku mau setia, hari berganti hari.
Ku mau s’lalu dekat dengan Allah.
Ku mau taat pada pimpinan Tuhan,
Ku mau setia ikut jejak Kristus,
Ku mau setia ikut jejak Kristus.
VERSI 2
1
I would be true, for there are those who trust me;
I would be pure, for there are those who care;
I would be strong, for there is much to suffer;
I would be brave, for there is much to dare;
I would be brave, for there is much to dare.
2
I would be friend of all the foe, the friendless;
I would be giving, and forget the gift;
I would be humble, for I know my weakness;
I would look up, and laugh, and love and lift.
I would look up, and laugh, and love and lift.
3
I would be faithful through each passing moment;
I would be constantly in touch with God;
I would be strong to follow where He leads me;
I would have faith to keep the path Christ trod.
I would have faith to keep the path Christ trod.
4
Who is so low that I am not his brother?
Who is so high that I’ve no path to him?
Who is so poor, that I may not feel his hunger?
Who is so rich that I may not pity him?
5
Who is so hurt I may not know his heartache?
Who sings for joy my heart may never share?
Who in God’s heaven has passed beyond my vision?
Who to Hell’s depths where I may never fare?
6
May none, then call on me for understanding,
May none, then turn to me for help n pain,
And drain alone his bitter cup of sorrow,
Or find he knocks upon my heart in vain.
I Would Be True
Teks: Howard Arnold Walter, 1883-1918
Musik: Joseph Yates Peek, 1843-1911
Tune: PEEK
Firman Tuhan: Mazmur 119:30 Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku.
Latar Belakang:
“I Would Be True,” yang ditulis oleh seorang pria muda pada awal usia duapuluhan, telah terbukti merupakan salah satu dari himne-himne yang ditulis oleh orang muda hingga saat ini. Pengarangnya, Howard A. Walter berada di Jepang, pada tahun 1906, mengajar Bahasa Inggris di Universitas Waseda. Syair himne ini adalah ungkapan pernyataan filosofi hidupnya yang ia bagikan kepada ibunya di rumah sana. Howard memberi judul kepada tiga bait pertama dari puisinya tersebut “My Creed” - Pengakuan Imanku. Ny.Henry Walter, sangat terkesan dan disenangkan oleh keyakinan anaknya itu, hingga mengirimkan salinan puisi tersebut kepada Harper’s Magazine, yang kemudian diterbitkan pada edisi bulan Mei 1907.
Pada musim panas di tahun 1909, Howard Walter menunjukkan puisi “My Creed” kepada seorang pengkotbah awam keliling Methodis, Joseph Yates Peek. Meskipun Peek tidak memiliki keahlian teknikal dalam musik, ia serta-merta mulai bersiul akan sebuah musik untuk kata-kata tersebut. Peek selanjutnya menghubungi seorang teman, Grant Colfax Tullar, seorang organis ulung dan penulis lagu terkemuka, yang mencatat notasi dan mengharmonikan musik seperti yang kita dengar sekarang ini. Bait keempat dari himne ini ditambahkan oleh Howard Walter beberapa tahun setelahnya.
Howard Arnold Walter dilahirkan pada 19 Agustus 1883, di New Britain, Connecticut. Ia lulus dengan penuh kehormatan dari Universitas Princeton di tahun 1905. Setelahnya ia mengajar di Universitas Waseda di Tokyo, Jepang. Sekembalinya ke Amerika Serikat, Walter menyiapkan dirinya untuk melayani di Hartford Seminary dan kemudian ditahbiskan oleh denominasi Congregational Church, melayani sebagai pendeta pembantu di Asylum Hill Congregational Church di Hartford, Connecticut selama tiga tahun. Di tahun 1913, ia bergabung menjadi staf eksekutif YMCA dan pergi ke Lahore, India, untuk mengajar dan menginjili para pelajar di sana.
Di tahun 1918, ketika terjadi epidemi influensa hebat, hidup dinamis pria muda ini digerogoti pula oleh penyakit itu hingga wafat. Hidup Howard Walter seringkali disebut sebagai contoh yang mengagumkan yang tertuang dalam puisi pernyataan imannya tersebut. Hartfort Seminary telah menempatkan nama Howard A. Walter pada dinding kehormatan, yang masih dapat kita lihat hingga sekarang. Di gereja asalnya, First Congregational Church of Christ di New Britain, Connecticut, sebuah batu peringatan ditempatkan di sana pada 14 Februari 1926, berisikan pahatan dua bait pertama dari teks himnenya ini.
Pengarang musiknya, Josept Yates Peek, dilahirkan pada 27 Februari 1843, di Schenectady, New York. Setelah mencapai keberhasilan besar sebagai seorang florist, di tahun 1904 ia menjadi seorang pengkotbah Methodist keliling, dan banyak melakukan perjalanan keliling Amerika. Meskipun ia tidak pernah memiliki pelatihan musikal formal, ia menjaga ketertarikannya akan musik di sepanjang hidupnya, bermain biola, banjo, dan piano. Kurang dari dua bulan sebelum kematiannya pada 17 Maret 1911, Joseph Peek mewujudkan ambisi seumur hidupnya, ia ditahbiskan sepenuhnya menjadi pengkotbah Methodist.
Grant Colfax Tullar, yang membantu Joseph Peek mencatat dan mengharmonisasikan musik ini, juga adalah komposer dari lagu terkenal “Face to Face”.
|
Download KPRI 093 |
► Play KPRI 094 May The Mind Of Christ, My Savior |
Lyric | History
VERSI 1
1
May the mind of Christ, my Savior,
Live in me from day to day,
By His love and pow’r controlling
All I do and say.
2
May the Word of God dwell richly
in my heart from hour to hour,
So that all may see I triumph
Only thro’ His pow’r.
3
May the peace of God my Father
Rule my heart in everything,
That I may be calm to comfort
Sick and sorrowing.
4
May the love of Jesus fill me
As the waters fill the sea;
Him exalting, self abasing
This is victory.
5
May I run the race before me,
Strong and brave to face the foe,
Looking only unto Jesus
As I onward go.
6
May His beauty rest upon me
As I seek the lost to win;
And may they forget the channel,
Seeing only Him.
May the Mind of Christ, My Savior
Teks: Kate B. Wilkinson, before 1913
Musik: Arthur Cyril Barham-Gould, 1925
Tune: ST. LEONARDS
Firman Tuhan: Filipi 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.
Latar Belakang:
Firman Tuhan ini menantang kita. Kate B. Wilkinson berpikir bagaimana caranya agar kita memiliki pikiran Kristus Yesus. Baginya memiliki pikiran Kristus adalah memiliki Kristus dengan seluruh kasih- Nya yang mengendalikan semua yang kita katakan atau lakukan. Orang-orang yang melihatnya sadar bahwa dia dapat menang hanya karena kuasa Tuhan. Mrs. Wilkinson juga memasukkan ayat firman Tuhan dari Ibrani 12:1-2 di bait terakhir: “Dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan...marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus...” Himne in dinyanyikan sebagai doa, sebagaimana kita ingin menjadi serupa dengan Dia.
‘May the Mind of Christ My Saviour pertama sekali dicetak di buku himnal anak-anak London yang bernama Golden Bells di tahun 1925.
Kate Barclay Wilkinson lahir di London tahun 1859. Dia adalah istri She Fredrick Barclay Wilkinson, anggota the Church of England. Dia terlibat dalam pelayanan untuk kaum perempuan di London dan juga berpatisipasi di Keswick Convention Movemedi London. Mrs. Wilkinson wafat 28 Desember 1928, Kensington, London, England.
Himne tune ST. LEONARDS ditulis oleh Arthur Cyril Barham-Gould yang lahir di Inggris tahun 1891 dan bersekolah di Ridley Hall, Cambridge. Pada tahun 1928, ia ditahbiskan menjadi pastor Anglikan. Dia juga melayani sebagai Curate of All Souls’ Church, Langham Place dari 1927-1929, kemudian di Holy Trinity Church, Brompton dari 1932-1936. Tahun ini pula dia menjadi Vicar of St. Paul’s, Onslow Square, hingga dia meninggal pada 14 Februari 1953 di Tunbridge Wells, Kent, Inggris. St. LEONARDS berasal dari nama St. Leonards-on-Sea yang sesungguhnya berasal dari nama seorang bishop Perancis di abad ke-5 yang bernama Leonard of Limosin, pelindung para wanita hamil dan tahanan perang.
|
Download KPRI 094 |
► Play KPRI 095 Belum Pernah Ku Rendah Hati |
Lyric
1
Dulu ‘kubertinggi hati b’lum pernah rendah hati
hingga Tuhan nyatakan diri ‘ku baru berbakti
Walau ‘kumenganiaya, Tuhan tetap mencariku
kasih ajaib t’lah tundukkanku, kekallah ‘ku milik-Nya.
2
Dulu mataku t’lah buta dan hidup dalam gelap
hingga Tuhan memb’rikan iman, ‘ku baru milik t’rang
Walau iblis memb’lengguku, kuasa-Hulah membebaskan
kasih-Hu t’lah mengubahkanku kini ‘ku milik Tuhan.
3
Dulu ‘kukeraskan hati m’nempuh jalan sendiri
hingga Tuhan memanggil daku ‘ku baru ta’u kehendak-Mu
Walau ‘ku t’lah menolak Roh, Dia menarikku kembali
Jalan Tuhan d’atas jalanku ‘ku mau taat pada-Nya.
|
Download KPRI 095 |
► Play KPRI 096 Dosa K'Luar |
Lyric
Dosa k’luar, Air Hidup masuk
dengan berk’limpahan
Makin memancar makin ajaiblah
sampai hidup yang kekal.
|
Download KPRI 096 |
► Play KPRI 097 Pujilah Hai Jiwaku |
Lyric
1
Pujilah hai jiwaku akan Tuhanku,
Jangan lupakan anug’rah-Nya,
Dia yang mengampuni s’gala dosamu,
sembuhkan penyakitmu
Reff:
Besar anug’rah-Nya, besarlah anug’rah-Nya,
berkelimpahan tak terduga, besar anug’rah-Nya.
2
Tuhan pun memb’ri mahkota kepadamu,
dengan rahmat kemuliaan-Nya,
memuaskan hatimu dengan kebaikan,
mem’bri kekuatan s’lalu.
3
Setinggi dan jauh langit diatas bumi,
sekian besar kasih setia-Nya,
s’bagai Bapa sayang anak - anak-Nya,
Tuhan pun sayang kita.
|
Download KPRI 097 |
► Play KPRI 098 Allah Nyata |
Lyric
VERSI 1
1
Ada banyak yang tak 'ku tau,
tak s'mua tempat kukunjungi
Namun satu hal yang pasti
Reff:
Allah nyata kurasakan di hatiku.
Allah nyata di hatiku
Allah nyata Dia sucikan, s'lamatkanku
Kasih Allah bak mas murni
Allah nyata kurasakan di hatiku
2
Ku tak sanggup melukiskan
betapa perasaanmu
Saat Yesus sucikanmu,
saat itu kuasa Allah t'lah berlaku.
VERSI 2
1
There are some things I may not know
There are some places I can't go
But I am sure of this one thing
That God is real for I can feel Him deep within
Reff:
My God is real, real in my soul
My God is real, for He has washed and made me whole
His love for me is like pure gold
My God is real for I can feel Him in my soul
2
I cannot tell just how you felt
When Jesus took your sins away
But since that day, yes, since that hour
God has been real for I can feel His holy power.
|
Download KPRI 098 |
► Play KPRI 099 Dia Pusat Hidupku |
Lyric | History
VERSI 1
1
Kulihat bintang ciptaan-Nya,
Akan keagungan sabda-Nya
Walau Dia mengatur alam,
Apa artinya?
2
Kelahiran-Nya kurayakan,
Karna ada dalam sejarah
Datang membebaskan manusia,
Apa artinya?
Reff:
Akhirnya ‘ku bertemu Tuhan,
Aku rasakan anu'grah-Nya
Dia bukan Tuhan yang tinggal jauh dari aku
Dan yang mengabaikanku
Kini aku ditemani-Nya,
dan selalu dijagai-Nya
Memimpin sepanjang jalanku,
Yesuslah hidupku!
VERSI 2
1
In the stars His handiwork I see,
On the wind He speaks with majesty,
Though He ruleth over land and sea,
What is that to me?
2
I will celebrate Nativity,
For it has a place in history,
Sure, He came to set His people free,
What is that to me?
Reff:
Till by faith I met Him face to face,
And I felt the wonder of His grace,
Then I knew that He was more
Than just a God who didn’t care,
That lived away out there and ...
Now He walks beside me day by day,
Ever watching o’er me lest I stray,
Helping me to find that narrow way,
He’s everything to me.
He’s Everything to Me
Teks: Ralph R. Carmichael
Musik: Ralph R. Carmichael
Latar Belakang:
Pada awal tahun 1960-an, Ralph Carmichael bertemu dengan Jarrell McCracken, presiden dari Word Inc., perusahaan rekaman rohani di Waco, Texas. Karena beberapa kebutuhan finansial, Carmichael menawarkan McCracken beberapa rekaman paduan suaranya, dengan pembayaran tunai sebesar US$1.000. McCracken menyetujuinya. DI tahun 1963, Carmichael membawa tujuh lagu yang baru ditulis dan terbang ke Waco. Di sana ia mengusulkan kepada McCracken untuk membentuk sebuah perusahaan rekaman musik baru bersama atas dasar pembagian 50/50. Carmichael akan menulis lagu-lagunya dan McCracken membuat, mempromosikan, dan memasarkannya, serta memenuhi pesanan-pesanan di Waco, Texas. Lahirlah Lexicon Music.
Di tahun berikutnya Carmichael diminta untuk membuat musik bagi film Billy Graham, The Restless Ones. Ketika pertama kali ia menyaksikan film tersebut, dengan sangat mengherankan ia terkesan bahwa film itu menuntut sesuatu yang tidak biasa. Belakangan ia mengatakan, “Aku tahu bahwa aku harus membuat musik lebih dari sekedar menggunakan biola bagi orang baik dan oboe bagi orang jahat. Musik tersebut haruslah relevan dengan film dan pesan yang disampaikannya.” Ia menulis “He’s Everything to Me,” dan kemudian pergi ke studio dengan sebuah Fender bass, seperangkat drum, dan beberapa gitar. Setelah beberapa percobaan, beberapa eksperimen kreatif, segalanya baru seperti kelihatan bersatu. Beberapa orang menyebut lagu ini rock and roll, tetapi sekarang telah hampir dianggap tradisional.
Mengikuti arah dari musikal paduan suara pemuda yang pertama, Good News, yang diterbitkan pada tahun 1967, Carmichael dan Kurt Kaiser menerbitkan Tell It Like It Is di tahun 1969. Keberhasilan ini mendorong Carmichael untuk menulis musikal-musikal lainnya: Natural High dan I’m Here, God’s Here, Now We Can Start. Lebih dari duaratus lagu, aransemen untuk album rekaman yang tak terhitung jumlahnya, musik-musik untuk film, terbitan-terbitan Lexicon, dan album-album rekaman ringan, semuanya menambah hasil musikal yang luar biasa dari seorang pria yang berbakat dan kreatif.
|
Download KPRI 099 |
► Play KPRI 100 Ada Kuasa Dalam Darah-Nya |
Lyric | History
VERSI 1
1
Maukah engkau bebas dari dosa?
Dalam darah-Nya, ada kuasa.
Maukah menang atas kejahatan?
Ajaiblah kuasa darah-Nya.
Reff:
Ada kuasa dalam darah-Nya
darah domba Allah,
Ada kuasa dalam darah-Nya
dalam darah domba Allah.
2
Maukah bebas dari hawa nafsu?
Dalam darah-Nya ada kuasa.
Datanglah kau akan disucikan
dalam kuasa darah-Nya.
3
Maukah engkau melayani Yesus?
Dalam darah-Nya ada kuasa
Maukah hidup tiap hari memuji
kuasa darah-Nya yang ajaib?
VERSI 2
1
Would you be free from the burden of sin?
There’s power in the blood, power in the blood;
Would you o’er evil a victory win?
There’s wonderful power in the blood.
Reff:
There is power, power, wonder working power
In the blood of the Lamb;
There is power, power, wonder working power
In the precious blood of the Lamb.
2
Would you be free from your passion and pride?
There’s power in the blood, power in the blood;
Come for a cleansing to Calvary’s tide;
There’s wonderful power in the blood.
3
Would you be whiter, much whiter than snow?
There’s power in the blood, power in the blood;
Sin stains are lost in its life giving flow.
There’s wonderful power in the blood.
4
Would you do service for Jesus your King?
There’s power in the blood, power in the blood;
Would you live daily His praises to sing?
There’s wonderful power in the blood.
There is Power In the Blood
Teks: Lewis E. Jones (1865-1936), 1899
Musik: Lewis E. Jones (1865-1936), 1899
Tune: POWER IN THE BLOOD
Latar Belakang:
Himne ini ditulis di tahun 1899 oleh Lewis Jones ketika ia mengikuti sebuah kamp di Mountain Lake Park di Maryland. Tanpa ragu-ragu, Jones berkata bahwa saat itu ia diinspirasikan oleh Roh Kudus. Sejak lagu ini ditulis, banyak gereja, para pendeta dan penginjilnya menggunakan lagu ini sebagai tema kotbah mereka. Para pengkotbah mengacu pada lagu ini dalam subyek dan topik mengenai pertobatan, kebangunan, dan penebusan oleh darah yang dialirkan oleh Yesus Kristus.
Jones memiliki riwayat kerja bagi Young Men’s Christian Association (YMCA).
|
Download KPRI 100 |
► Play KPRI 101 Siapakah Juruselamat |
Lyric
Reff:
Siapakah Jurus’lamat, bagi orang berdosa?
Siapakah Jurus’lamat, Dialah Yesus!
1
Dia disalib di Golgota mend’rita bagi kita
Dia bangkit untuk s’lamanya, Dia Jurus’lamat dunia
Yesus menghapus dosaku dan menghapus dosamu
Dia hidup untuk s’lamanya, Dia Juruslamat dunia.
|
Download KPRI 101 |
► Play KPRI 102 Sebuah Nama Yang Indah |
Lyric | History
VERSI 1
1
Sebuah nama yang indah merdulah kudengar
Kurindu menyanyikannya, membuat bergemar.
Reff:
‘Ku mengasihi-Nya, Yesus Penebusku,
‘Ku mengasihi-Nya, membalas kasih-Nya
2
Terungkap dalam nama-Nya hal kasih Penebus
dihapus dosa manusia dengan darah kudus.
3
Terungkap kasih dan berkat yang dib’ri Bapaku
meskipun jalanku berat, tetaplah langkahku.
4
Terungkaplah hal kasih-Nya di dalam nama-Nya
Pelipur hati yang resah, tiada bandingnya.
VERSI 2
1
There is a Name I love to hear,
I love to sing its worth;
It sounds like music in my ear,
The sweetest Name on earth.
Reff:
O how I love Jesus,
O how I love Jesus,
O how I love Jesus,
Because He first loved me!
2
It tells me of a Savior’s love,
Who died to set me free;
It tells me of His precious blood,
The sinner’s perfect plea.
3
It tells me what my Father hath
In store for every day,
And though I tread a darksome path,
Yields sunshine all the way.
4
It tells of One whose loving heart
Can feel my deepest woe;
Who in each sorrow bears a part
That none can bear below.
O How I Love Jesus
Teks: Frederick Whitfield, 1855
Musik: Lagu Amerika abad ke-19
Tune: O HOW I LOVE JESUS
Latar Belakang:
Secara sederhana, kesaksian irama musikal ini telah menjadi salah satu kesukaan Sekolah Minggu sejak diterbitkan dalam selebaran di tahun 1855. Sejak saat itu lagu ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dimasukkan ke banyak buku nyanyian Kristen.
Syairnya mengekspresikan dengan sangat baik respon orang-orang percaya dari segala jaman, ketika kita merefleksikan segala yang Kristus telah lakukan dan terus lakukan bagi kita setiap hari. Secara tidak langsung, himne ini juga mengagungkan Firman yang tertulis, karena hanya dengan mempelajari Firman yang diungkapkan itulah kita dapat memperoleh pengetahuan yang sebenarnya akan Firman Hidup.
Syair himne ini mulanya terdiri dari delapan bait. Beberapa ayat yang menarik tidak ditemukan dalam buku pujian sekarang ini, termasuk kalimat-kalimat di bawah ini:
It tells me of a Father’s smile that beams upon His child.
It cheers me through this little while, through deserts waste and wild.
It bids my trembling soul rejoice, and dries each rising tear.
It tells me in a still small voice, to trust and not to fear.
Pengarangnya, Frederick Whitfield, adalah seorang pendeta Gereja Anglikan. Dia dihargai dengan memiliki lebih dari 30 (tiga puluh) buku syair rohani. Melodi yang tak dikenal penciptanya ini adalah sebuah lagu rakyat Amerika yang khas di abad ke-19 yang biasanya dinyanyikan dalam pertemuan campground pada masa itu.
Hingga satu abad setelah ditulis, kata-kata yang selalu hidup ini tetap tepat untuk mengekspresikan kasih dan kesetiaan kita kepada Kristus.
|
Download KPRI 102 |
► Play KPRI 103 Mengikut Yesus Keputusanku |
Lyric
VERSI 1
1
Mengikut Yesus keputusanku,
Mengikut Yesus keputusanku,
Mengikut Yesus keputusanku.
‘Ku tak ingkar, ‘Ku tak ingkar.
2
Walau sendiri ‘kuikut Yesus,
Walau sendiri ‘kuikut Yesus,
Walau sendiri ‘kuikut Yesus.
‘Ku tak ingkar, ‘Ku tak ingkar.
3
Dunia di b’lakang salib di depan,
Dunia di b’lakang salib di depan,
Dunia di b’lakang salib di depan.
‘Ku tak ingkar, ‘Ku tak ingkar.
4
Maukah engkau mengikut Yesus,
Maukah engkau mengikut Yesus,
Maukah engkau mengikut Yesus.
Selamanya, selamanya.
VERSI 2
1
I have decided, to follow Jesus,
I have decided, to follow Jesus,
I have decided, to follow Jesus,
No turning back, no turning back!
2
Though I may wander, I still will follow,
Though I may wander, I still will follow,
Though I may wander, I still will follow,
No turning back, no turning back!
3
The world behind me, the cross before me,
The world behind me, the cross before me,
The world behind me, the cross before me,
No turning back, no turning back!
4
Though none go with me, still I will follow,
Though none go with me, still I will follow,
Though none go with me, still I will follow,
No turning back, no turning back!
5
Will you decide now, to follow Jesus?
Will you decide now, to follow Jesus?
Will you decide now, to follow Jesus?
No turning back, no turning back!
|
Download KPRI 103 |
► Play KPRI 104 Di Atas Satu Alas |
Lyric | History
VERSI 1
1
Di atas satu alas yang kuat dan baka,
Berdirilah gereja di tengah dunia,
Yaitu Yesus Kristus yang t’lah menjadikan,
Jemaat dengan sabda dan air baptisan.
2
Terpilih dari bangsa, seluruh dunia,
Gereja jadi satu di dalam Tuhannya,
Iman dan harap satu dan satu makanan,
Yaitu roti suci dan cawan minuman.
3
Gereja yang berdoa, di dalam dunia
Bersatu dengan Tuhan Ketiga Yang Esa,
Dan dengan orang suci jemaat yang t’lah menang,
B’ri kami bangkit juga, ya Tuhan, dalam t’rang.
VERSI 2
1
The Church’s one foundation
Is Jesus Christ her Lord,
She is His new creation
By water and the Word.
From heav’n He came and sought her,
To be His holy bride;
With His own blood He bought her
And for her life He died.
2
Elect from every nation,
Yet one o’er all the earth;
Her charter of salvation,
One Lord, one faith, one birth;
One holy Name she blesses,
Partakes one holy food,
And to one hope she presses,
With every grace endued.
3
The Church shall never perish!
Her dear Lord to defend,
To guide, sustain, and cherish,
Is with her to the end.
Though there be those that hate her,
And false sons in her pale,
Against or foe or traitor
She ever shall prevail.
4
Though with a scornful wonder
Men see her sore oppressed,
By schisms rent asunder,
By heresies distressed:
Yet saints their watch are keeping,
Their cry goes up, “How long?”
And soon the night of weeping
Shall be the morn of song!
5
‘Mid toil and tribulation,
And tumult of her war,
She waits the consummation
Of peace forevermore;
Till, with the vision glorious,
Her longing eyes are blest,
And the great Church victorious
Shall be the Church at rest.
6
Yet she on earth hath union
With God the Three in One,
And mystic sweet communion
With those whose rest is won,
With all her sons and daughters
Who, by the Master’s hand
Led through the deathly waters,
Repose in Eden land.
7
O happy ones and holy!
Lord, give us grace that we
Like them, the meek and lowly,
On high may dwell with Thee:
There, past the border mountains,
Where in sweet vales the Bride
With Thee by living fountains
Forever shall abide!
The Church’s One Foundation
Teks: Samuel J. Stone, 1866
Musik: Samuel L. Wesley, 1864
Tune: AURELIA
Firman Tuhan: Efesus 5:23 . . . Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Latar Belakang:
Seseorang tidak dapat mempelajari sejarah gereja tanpa menyadari penindasan dan penganiayaan yang diderita oleh gereja sejak berdiri sampai sekarang ini. Sebagai orang-orang Protestan, kita tentu tahu tentang salah satu klimaks penting dalam pergumulan ini, yaitu tanggal bersejarah, 31 Oktober 1517, ketika Martin Luther memaku sembilanpuluh lima tesisnya pada pintu Katedral Wittenberg sebagai pertimbangan untuk gereja abad pertengahan, mencela praktek-praktek dan ajaran-ajarannya yang salah. Tetapi sebelum hari itu dan sejak waktu itu juga, setiap orang yang berkomitmen kepada Tuhan merasa perlu mempertahankan Gereja dari orang-orang yang ingin merusaknya dengan doktrin-doktrin dan praktek-praktek yang sesat.
Demikian juga halnya latar belakang penulisan himne ini. Himne ini ditulis oleh seorang pastor Church of England, Samuel J. Stone, pada tahun 1866. Pada periode inilah muncul banyak kegaduhan di dalam Gereja Anglikan karena sebuah buku yang ditulis tiga tahun sebelumnya oleh salah satuBishop Anglikan yang sangat berpengaruh, John William Colenso, dimana bishop liberal ini menyerang keakuratan historis Kitab Pentateukh. Buku tersebut, Pentateuch and the Book of Joshua, Critically Examined, diserang dengan keras oleh pemimpin Anglikan lainnya, Bishop Gray. Perselisihan teologi antara dua orang pemimpin ini segera menjadi konflik yang menyebar ke seluruh Gereja Anglikan.
Samuel Stone sangat tergoncang oleh masalah ini dan pada 1866 ia menulis sebuah koleksi himne, Lyra Fidelium (“Lyra Orang-orang Setia”). Di dalam koleksi ini terdapat duabelas himne kredo yang berdasarkan Pengakuan Iman Rasuli untuk memerangi serangan dari sarjana-sarjana modern dan liberalisme yang ia rasa sebentar lagi akan memecah-belah dan menghancurkan gereja. Himne ini didasarkan pada kredo kesembilan dari Pengakuan Iman Rasuli, yang berbunyi, “Gereja yang kudus dan Am; persekutuan orang kudus: Ia adalah Kepala dari Tubuh-Nya.” Adalah keyakinan Stone bahwa kesatuan gereja harus disandarkan satu-satunya kepada pengakuan akan Ketuhanan Kristus sebagai kepala dan tidak pada cara pandang dan penafsiran manusia.
Himne ini segera menjadi populer di seluruh Kerajaan Inggris. Himne ini juga diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa, termasuk Bahasa Latin. Dua tahun kemudian, semua bishop Anglikan berkumpul di London untuk sebuah pertemuan yang dikenal sebagai Konferensi Lambeth. Himne Stone dipilih sebagai himne untuk prosesi dan tematik untuk pertemuan bersejarah tersebut. Ia menjadi
terkenal dan dihormati sebagai penulis himne yang produktif dengan beberapa publikasi himnenya dicetak ulang ke dalam banyak edisi. Stone menulis secara total tujuh buku syair dan melayani di dalam komite yang mempersiapkan edisi 1909 untuk buku himne Anglikan yang terkenal, Hymns Ancient and Modern. Namun hari ini, himne ini adalah satu-satunya himne Stone yang masih dipakai
secara luas.
Samuel John Stone dilahirkan di Whitmore, Staffordshire, Inggris, pada 1839. Setelah ia tamat kuliah dari Oxford, ia menghabiskan sebagian besar dari masa pelayanannya hanya di dua wilayah di London, di mana ia dikenal baik sebagai pastor orang miskin. Di sini waktunya digunakan di dalam pelayanan untuk orang miskin dan penduduk yang terpinggirkan di East End, London, dimana dikatakan “ia menciptakan tempat ibadah yang indah untuk orang-orang miskin, dan menjadikannya sebagai pusat cahaya di tempat-tempat yang gelap.” Stone dikenal sebagai seorang yang berkarakter tanpa cacat; ia lembut terhadap orang miskin, akan tetapi ia juga adalah seorang pejuang keras bagi iman konservatif yang sedang diserang dengan hebat di hari-harinya. Ia menolak untuk mengkompromikan satu iotapun dengan Higher Criticsm dan filsafat evolusi yang menjadi semakin populer saat itu. Iman pribadi terhadap Alkitab yang diinspirasikan cukup baginya. Semua tulisannya digambarkan sebagai “perkataan-perkataan keras akan iman yang jantan, dimana dogma, doa dan pujian disulam dengan keahlian yang tinggi.”
Teks Stone pada awalnya mempunyai tujuh bait. Namun, banyak buku himne sekarang hanya menggunakan bait pertama, kedua dan kelimanya. Bait terakhir yang kita punyai sebenarnya adalah gabungan dari empat baris pertama dari bait keenam dan ketujuh dari himne aslinya. Bait ketiga aslinya, yang sudah dihilangkan di buku himne sekarang, juga menarik:
The Church shall never perish! Her dear Lord to defend,
To guide, sustain and cherish, is with her to the end;
Though there be those that hate her, and false sons in her pale
Against the foe or traitor she ever shall prevail.
Komposer musik untuk himne ini, Samuel S. Wesley, dilahirkan di London, Inggris, pada 14 Agustus 1810. Ia adalah cucu dari Charles Wesley dan dikenal sebagai salah satu musikus utama gereja pada zamannya. Ia menerima gelar doktor musik dari Universitas Oxford ketika baru berusia duapuluh sembilan tahun. Ia menggubah banyak musik kebaktian untuk gereja dan juga sejumlah tune untuk himne. Tune ini, yang dikenal dengan “Aurelia,” yang diambil dari kata “Aureus,” kata Latin untuk “emas,” pada awalnya digubah untuk teks himne “Jerusalem the Golden.” Tune ini pertama kali disatukan dengan teks Stone pada tahun 1868 untuk digunakan pada Konferensi Bishop Lambeth.
|
Download KPRI 104 |
► Play KPRI 105 Give Thanks |
Lyric | History
Give thanks, with a grateful heart;
Give thanks, to the Holy one;
Give thanks, because He’s given
Jesus Christ, His Son.
Reff:
And now let the weak say, “I am strong,”
Let the poor say, “I am rich,”
because of what the Lord has done for us.
And now let the weak say, “I am strong,”
Let the poor say, “I am rich,”
because of what the Lord has done for us. Give thanks!
Give Thanks
Teks: Henry Smith
Musik: Henry Smith
Tune: GIVE THANKS
Firman Tuhan: Efesus 5:20-21 “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Tuhan.”
Latar Belakang:
Henry Smith Jr. lahir di Crossnore, North Carolina. Ia mulai belajar piano pada umur tujuh tahun. Pada umur sepuluh tahun, ia mengambil gitar saudara laki-lakinya dan mulai belajar dari instruksi manual.
Ia mulai menulis lagu sejak muda dan sudah menulis kira-kira 300 lagu.
Henry pernah mengatakan bahwa ia hanya ingin menulis lagu untuk Kristus. Dan ia memulainya dengan menulis Mazmur menjadi lagu. Enam tahun kemudian, ia menulis Give Thanks di dalam sebuah apartemen di Williamsburg, Virginia. Pada saat itu pendetanya baru saja mengajarkan bagaimana Yesus menjadi miskin supaya kita dapat menjadi kaya bagi Dia. Henry kemudian berpikir bahwa pengajaran itu dapat menjadi latar belakang bagi himnenya. Setelah itu, Henry dan isterinya mulai menyanyikannya di gereja sebelum diterbitkan oleh Integrity Musik.
|
Download KPRI 105 |
► Play KPRI 106 Puji Hu! |
Lyric | History
VERSI 1
1
Puji Hu meny’lamatkanku
puji Hu berkatiku
Puji Hu menyertaiku
puji Hu menguatkanku
Puji Hu saat yang indah
puji Hu saat susah
Puji Hu hapus air mata
puji Hu yang b’ri menang
2
Puji Hu dengar doaku
puji Hu setiap waktu
Puji Hu lalui ujian
puji Hu yang setia
Puji Hu susah dan senang
puji Hu b’ri hiburan
Puji Hu ‘kan anug’rah-Mu
puji Hu ‘kan kasih-Mu
3
Puji Hu b’ri bunga mawar
meski mawar berduri
Puji Hu ‘tuk s’gala berkat
puji Hu senantiasa
Puji Hu senang dan susah
puji Hu b’ri sentosa
Puji Hu b’ri pengharapan
puji Hu selamanya.
VERSI 2
1
Thanks to God for my Redeemer,
Thanks for all Thou dost provide!
Thanks for times now but a memory,
Thanks for Jesus by my side!
Thanks for pleasant, balmy springtime,
Thanks for dark and stormy fall!
Thanks for tears by now forgotten,
Thanks for peace within my soul!
2
Thanks for prayers that Thou hast answered
Thanks for what Thou dost deny!
Thanks for storms that I have weathered,
Thanks for all Thou dost supply!
Thanks for pain, and thanks for pleasure,
Thanks for comfort in despair!
Thanks for grace that none can measure,
Thanks for love beyond compare!
3
Thanks for roses by the wayside,
Thanks for thorns their stems contain!
Thanks for home and thanks for fireside,
Thanks for hope, that sweet refrain!
Thanks for joy and thanks for sorrow,
Thanks for heavenly peace with Thee!
Thanks for hope in the tomorrow,
Thanks through all eternity!
Thanks to God
Teks: August Ludvig Storm (1862-1914), 1891
Carl E. Backstrom, 1931 (Terj.)
Musik: John Alfred Hultman (1861-1942), 1910
Penggubah: Norman E. Johnson, 1928-1983
Tune: TACK, O GUD
Firman Tuhan: Efesus 5:20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa.
Latar Belakang:
Lagu dengan kegembiraan khusus ini adalah satu lagu lagi dari warisan Swedia. Seperti kebenaran dalam lagu-lagu lain sejenis ini, ada kehangatan teks dan kualitas keakraban mengenai musiknya yang memiliki daya tarik terhadap orang-orang percaya dari segala bangsa. “Thanks to God” adalah salah satu lagu yang paling terkenal dari lagu-lagu Swedia lainnya yang ada dalam himnal-himnal penginjilan hingga saat ini. Lagu-lagu lainnya, antara lain: “More Secure is No One Ever,” “He the Pearly Gates will Open,” dan “Day by Day”.
Pengarangnya, August Ludvig Storm, dilahirkan pada bulan Oktober 1862 di Motala, Swedia. Sebagian besar hidupnya dilalui di Stockholm. Sewaktu muda ia diubahkan untuk percaya pada Kristus dalam sebuah kebaktian Bala Keselamatan. Segera sesudah itu, ia bergabung dengan Korps Bala Keselamatan dan pada akhirnya menjadi salah seorang perwira pimpinan. Ia menulis himne ini untuk terbitan mereka, Stridsropet (The War Cry) pada tanggal 5 Desember 1891. Versi asli Swedianya terdiri dari 4 bait, dimana tiap baitnya dimulai dengan kata ‘tack’ - thanks, secara keseluruhan ada tigapuluh dua kata thanks di dalamnya. Pengucapan syukur yang diutarakan kepada Tuhan terbentang dari “musim gugur yang gelap dan suram” kepada “musim sepi yang menyenangkan, sejuk-segar,” “kesakitan” maupun “kegembiraan,” “duri” maupun “mawar.” Teks Storm ini kemudian muncul dalam buku lagu Swedish Salvation Army dengan tune Welsh. Namun baru pada tahun 1910, ketika J. A. Hultman memasukkan teks ini ke dalam tune yang dibuatnya dalam terbitan Solskenssonger, himne ini menjadi terkenal, baik di Swedia maupun di Amerika.
Pada usia tigapuluh tujuh tahun, August Storm menderita penyakit punggung yang menyebabkannya lumpuh sampai akhir hidupnya. Meskipun lumpuh, ia tetap melayani di Bala Keselamatan dan mengerjakan semua tugas-tugasnya sampai akhir hayatnya. Satu tahun sebelum ia meninggal pada 1 Juli 1914, ia menulis puisi lain yang menyatakan terima kasihnya kepada Tuhan untuk tahun-tahun yang tenang dan teduh maupun tahun-tahun yang penuh kesakitan. Setelah penguburannya, terbitan Bala Keselamatan Swedia, War Cry, menuliskan hal berikut tentang August Storm: “Adalah suatu kesukaan untuk mendengar kotbah-kotbahnya yang bersemangat, penuh bijaksana dan diutarakan dengan sangat baik. Bait-bait yang tak terhitung banyaknya, yang keluar dari tulisan penanya adalah yang terbaik yang pernah muncul dalam terbitan Bala Keselamatan.”
Komposer lagi ini, John Alfred Hultman, dilahirkan di Swedia pada tanggal 6 Juli 1861, dan meninggal di California pada 7 Agustus 1942. Ia pindah ke Amerika bersama dengan keluarganya ketika kecil dan menetap di Iowa. Sejak muda, Hultman telah menunjukkan bakat musik yang luar biasa dan suara yang indah. Selama lebih dari enampuluh tahun, ia membagi waktunya antara Swedia dan Amerika, mengadakan konser lagu-lagu rohani dengan caranya yang unik. Nyanyiannya yang informal dan membangkitkan inspirasi melayani banyak orang di mana-mana. Penulis biografi Hultman, Nils Lund, menulis: “Ia adalah seorang penyanyi rohani, namun orang-orang biasa pun senang mendengarnya.” Hultman dikenal sebagai “Penyanyi yang Gembira” karena gaya musikalnya dan juga karena personalitasnya yang menyenangkan. Namun J. A. Hultman lebih dari sekedar seorang penyanyi. Dalam beragam waktu selama hidupnya, ia melayani di Mission Covenant Churches, mengajar di North Park College di Chicago, Illinois, menjadi organis gereja, pembuat piano, dan komposer lebih dari limaratus lagu, serta menjadi penerbit dari banyak kumpulan himnal. Pada usia delapanpuluh satu tahun, “Penyanyi yang Gembira” ini meninggal sebagaimana ia hidup - sedang menyanyikan pesan Injil yang sederhana dalam konser di Covenant Church of Burbank, California.
Penerjemah asli himne ini, Carl Ernest Backstrom, melayani di gereja-gereja Evangelical Mission Covenant di Nebraska, Iowa, dan Ohio. Ia menerjemahkan teks ini khusus untuk Covenant Hymnal, yang terbit pada tahun 1931. Meskipun Backstrom menghilangkan bait ketiga yang ada dalam versi asli Swedia, ia menggabungkan banyak ide dari bait tersebut ke dalam bait-bait seperti yang ada sekarang ini.
Penggubah dan penerjemah selanjutnya dari himne ini adalah Norman E. Johnson, seorang yang telah lama menjadi rekan Singspiration Publishing Company dan pemimpin musik gereja di denominasi Evangelical Covenant. Johnson juga berkontribusi dalam musik untuk himne “Not What These (My) Hands Have Done” (KPRI no. 79).
|
Download KPRI 106 |
► Play KPRI 107 Kubersyukur Pada-Mu |
Lyric
VERSI 1
‘Ku bersyukur pada-Mu di antara bangsa ya Tuhan.
‘Ku bermazmur bagi-Mu di antara bangsa.
S’bab kasih setia-Mu, besar sampai ke langit;
Kebesaran-Mu sampai ke awan-awan.
Tinggikan diri-Mu mengatasi langit;
Kemuliaan-Mu mengatasi bumi.
Tinggikan diri-Mu mengatasi langit;
Kemuliaan-Mu mengatasi bumi.
VERSI 2
I will give thanks to Thee, O Lord among the people.
I will sing praises to Thee among the nations.
For Thy steadfast love is great, is great to the heavens;
And Thy faithfulness, Thy faithfulness to the clouds.
Be exalted, O God above the heavens;
Let Thy glory be over all the earth.
Be exalted, O God above the heavens;
Let Thy glory be over all the earth.
|
Download KPRI 107 |
► Play KPRI 108 Indahlah Saat Berdoa |
Lyric | History
VERSI 1
1
Indahlah saat berdoa, lepas beban dunia fana.
Menghadap hadirat Tuhan isi kalbu kucurahkan.
Di waktu rawan dan gentar kurasa nyaman dan segar.
Penggoda tak berkuasa, saat berdoa indahlah.
2
Indahlah saat berdoa, pembawa nikmat bahagia.
Betapa rindu hatiku menantikan saat itu.
Dengan seg’ra ‘ku menyepi hampiri Bapa abadi.
Tentu kulihat wajah-Nya, saat berdoa indahlah.
3
Indahlah saat berdoa, hiburkan hati yang susah.
Dengan jelas nampak surga dari puncak gunung Pisga.
Lepas tubuh yang p’nuh lelah dan pahala ‘kutrimalah.
‘Ku bersorak pada Dia, saat berdoa indahlah.
VERSI 2
1
Sweet hour of prayer! Sweet hour of prayer!
That calls me from a world of care,
And bids me at my Father’s throne
Make all my wants and wishes known.
In seasons of distress and grief,
My soul has often found relief
And oft escaped the tempter’s snare,
By thy return, sweet hour of prayer!
2
Sweet hour of prayer! Sweet hour of prayer!
The joys I feel, the bliss I share,
Of those whose anxious spirits burn
With strong desires for thy return!
With such I hasten to the place
Where God my Savior shows His face,
And gladly take my station there,
And wait for thee, sweet hour of prayer!
3
Sweet hour of prayer! Sweet hour of prayer!
Thy wings shall my petition bear,
To Him whose truth and faithfulness,
Engage the waiting soul to bless.
And since He bids me seek His face,
Believe His Word and trust His grace,
I’ll cast on Him my every care,
And wait for thee, sweet hour of prayer!
4
Sweet hour of prayer! Sweet hour of prayer!
May I thy consolation share,
Till, from Mount Pisgah’s lofty height,
I view my home and take my flight:
This robe of flesh I’ll drop and rise
To seize the everlasting prize;
And shout, while passing through the air,
“Farewell, farewell, sweet hour of prayer!”
Sweet Hour of Prayer
Teks: William W. Walford, 1842
Musik: William B. Bradbury, 1859
Tune: SWEET HOUR
Firman Tuhan: Efesus 6:18 Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.
Latar Belakang:
Selama lebih dari satu abad, ”Indahlah Saat Berdoa” telah menjadi salah satu himne yang paling dikenal dan dicintai, yang mengingatkan orang-orang Kristen pentingnya persekutuan setiap hari bersama Tuhan. Teksnya diperkirakan telah ditulis, di tahun 1842, oleh William W. Walford, seorang pengkotbah awam yang tak dikenal dan buta serta pemilik sebuah toko perhiasan kecil di desa Coleshill, Warwickshire, Inggris. Kisah tradisional pada umumnya menyatakan bahwa himne ini berawal dari kunjungan pendeta Coleshill Congregational, Thomas Salmon, ke toko Walford untuk menemui temannya yang buta tersebut. William Walford baru saja menyelesaikan sebuah puisi baru yang bertemakan tentang doa dan dikisahkan bahwa ia meminta Salmon untuk menuliskan notasi musik untuk puisi tersebut. Kemudian, tiga tahun setelahnya, Salmon mengunjungi Amerika Serikat dan memperlihatkan puisi itu kepada editor New York Observer. Puisi tersebut pertama kali muncul dalam edisi 13 September 1845. Di sinilah Salmon menggambarkan bahwa puisi tersebut merupakan karya seorang rekan pengkotbah buta, bernama Walford di Warwickshire, Inggris. Teks ini pertama kali muncul dalam sebuah himnal, di tahun 1859, dalam sebuah edisi Baptis, Church Melodies, yang dikompilasi oleh Thomas Hastings dan Robert Turnbull.
Musiknya, “Sweet Hour,” dikomposisi untuk teks ini oleh komposer musik gerejawi Amerika terkemuka, William Batchelder Bradbury, di tahun 1861. Inilah tahun dimana teks tersebut dan musik Bradbury pertama kali muncul bersama dalam sebuah kumpulan himnal, Golden Chain. Terangkat oleh sayap melodi ini, puisi doa tersebut segera dinyanyikan di seluruh dunia.
William B. Bradbury mengkontribusikan musik bagi banyak himne yang masih dinyanyikan hingga sekarang. Ini meliputi: “Depth of Mercy,” “Even Me,” dan “The Solid Rock” serta juga “He Leadeth Me,” Jesus Loves Me,” dan “Just As I Am”.
Pada beberapa tahun belakangan ini muncul ketidakpastian mengenai kepengarangan teks ini. William J. Reynolds, dalam bukunya Hymns of Our Faith, 1964, telah melakukan penelitian yang sungguh-sungguh dan tidak berhasil menemukan bahwa ada seorang buta bernama William W. Walford pernah hidup di Coleshill, Inggris, pada masa di mana teks ini ditulis. Reynolds percaya bahwa pengarang sebenarnya adalah Pdt. William Walford, seorang pengkotbah Congregational, yang merupakan presiden dari Homerton Academy di Inggris dan pengarang dari beberapa buku, termasuk The Manner of Prayer, tulisan yang memiliki banyak kemiripan dengan teks himne ini. Reynolds mengangkat kemungkinan bahwa dalam antusiasmenya yang besar akan teks tersebut, Thomas Salmon mungkin telah melebih-lebihkan beberapa data ketika mengajukan puisi tersebut kepada editor New York Observer. Lebih jauh Reynolds mengajukan pendapat bahwa mungkin saja William W. Walford yang “buta” dari Coleshill dan Pdt. Walford dari Homerton tersebut adalah satu orang yang sama.
Siapapun identitas pengarang teks ini, kita harus menyimpulkan bahwa “Sweet Hour of Prayer” telah menjadi alat Tuhan yang hebat selama bertahun-tahun untuk menantang para orang percaya dengan kebenaran dasar ini - kapanpun kita menyediakan waktu bersekutu dengan Tuhan, itu merupakan jam yang paling indah dan berarti dalam hidup kita.
|
Download KPRI 108 |
► Play KPRI 109 O Love That Will Not Let Me Go |
Lyric | History
VERSI 1
1
O Love that wilt not let me go,
I rest my weary soul in Thee.
I give Thee back the life I owe,
That in Thine ocean depths its flow,
May richer fuller be.
2
O light that follow’st all my way
I yield my flick’ring torch to Thee.
My heart restores its borrowed ray,
That in Thy sunshine’s blaze its day,
May brighter fairer be.
3
O Joy that seekest me thro’ pain
I cannot close my heart to Thee;
I trace the rainbow thro’ the rain,
And feel the promise is not vain,
That morn shall tearless be.
4
O Cross that liftest up my head
I dare not ask to fly from Thee.
I lay in dust life’s glory dead,
And from the ground there blossoms red,
Life that shall endless be.
O Love That Will Not Let Me Go
Teks: George Matheson, 1882
Musik: Albert L. Peace, 1885
Tune: ST. MARGARET
Firman Tuhan: Yeremia 31:3 Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal.
Latar Belakang:
Himne ini umumnya dianggap sebagai salah satu himne yang paling dicintai yang ditulis pada paruh akhir abad kesembilan belas. Penulisan teks yang penuh dengan pemikiran dan dibangun dengan indah ini bahkan lebih luar biasa lagi ketika kita mengingat bahwa teks ini ditulis oleh soerang yang buta total dan yang mengambarkan tulisanya sebagai “buah dari penderitaan hebat jiwa.”
Dilahirkan di Glasgow, Skotlandia, 27 Maret 1842, George Matheson memiliki penglihatan yang tidak sempurna sebagai seorang anak laki-laki. Setelah ia masuk Universitas Glasgow, penglihatannya memburuk secara drastis dan ia menjadi buta total pada umur delapan tahun. Meskipun cacat, ia adalah seorang yang pintar dan menyelesaikan kuliah di universitas maupun di Seminari Church of Scotland dengan prestasi yang tinggi. Pada 1886 dia menjadi pastor dari 2.000 anggota Gereja St. Bernard Parish di Edinburgh. Dia kemudian dikenal sebagai salah satu pengkotbah dan pastor terbaik di Skotlandia, sangat dihormati di Edinburgh, dimana kotbah indahnya secara konsisten menarik banyak massa. Matheson tidak pernah menikah, tetapi selama pelayanannya yang berbuah banyak ia dibantu oleh seorang saudara perempuan yang sangat tekun, yang juga belajar bahasa Yunani, Latin, dan Ibrani untuk membantunya selama hidupnya, menyokongnya di dalam panggilannya dan tugas-tugas pastoral lainnya.
Banyak terkaan dibuat perihal apa yang menyebabkan penderitaan mental yang membuat penulis ini menulis teks lagu ini. Salah satu tebakan yang sangat populer, meskipun tidak pernah terbukti, adalah bahwa teks ini lahir karena tunangan Matheson meninggalkan dia persis sebelum pernikahan mereka ketika dia tahu tentang kondisi mata Matheson yang sebentar lagi akan buta total. Meskipun cerita ini tidak dapat didokumentasikan, ada banyak petunjuk di dalam himne ini yang mencerminkan kesedihan hati, seperti “flickering torch” (“obor yang kelap kelip”) dan “borrowed ray” (“sinar yang dipinjam”) di bait kedua, pencarian “rainbow through the rain” (“pelangi melalui hujan”) pada bait ketiga, dan juga “cross” (“salib”) pada bait terakhir. Untungnya, Dr. Matheson meninggalkan sebuah catatan untuk penulisan hymne ini:
Himne saya digubah di dalam sebuah rumah pendeta di Innellan pada malam hari tanggal 6 Juni 1882. Saya ketika itu sedang sendirian. Itu adalah hari pernikahan saudara perempuan saya, dan anggota keluarga lainnya sedang menginap di Glasgow. Sesuatu terjadi pada saya, yang hanya dapat diketahui oleh saya, dan menyebabkan penderitaan hebat bagi jiwa saya. Himne ini adalah buah dari penderitaan itu. Ini adalah karya yang saya hasilkan dalam waktu tercepat di dalam hidup saya. Saya mendapat kesan karya ini lebih mirip didiktekan kepada saya oleh suara dari luar daripada hasil kerja saya sendiri. Saya cukup yakin bahwa seluruh pekerjaan itu selesai hanya dalam lima menit, dan juga yakin bahwa karya ini tidak pernah saya koreksi sekali pun. Saya tidak berbakat di dalam menyusun ritme. Semua syair lain yang pernah saya tulis adalah hasil karya yang dibuat; karya yang satu ini seperti mata air dari ketinggian. Setelah itu, saya tidak pernah lagi mendapat keyakinan sekuat itu di dalam menulis syair.
Himne ini pertama kali muncul di majalah bulanan Church of Scotland, Life and Work, pada bulan Januari, 1883. Tune lagu ini digubah setahun kemudian oleh seorang organis terkenal Skotlandia pada masa itu, Albert L. Peace, yang diminta oleh Komite Himne Skotlandia untuk menuliskan tune khususnya untuk teks Matheson. Komentar Peace tentang penulisan tune yang baik ini adalah sebagai berikut, “Setelah membacanya secara hati-hati, saya menuliskan musiknya dengan langsung, dan boleh dikatakan tinta untuk not pertama masih belum kering ketika saya menyelesaikan seluruh tune ini.”
Signifikansi dari nama tune ini, “St. Margaret,” tidak diketahui kecuali itu adalah nama yang sangat dihormati di Skotlandia, yang tanpa diragukan lagi karena Ratu Margaret yang tercinta, yang dikanonkan sebagai orang suci pada tahun 1251.
Tahun-tahun terakhir Matheson dilewati dengan menulis beberapa tulisan devosi yang paling baik di dalam bahasa Inggris, termasuk Moments on the Mount (Momen-momen di atas Gunung), Voice of the Spirit (Suara Roh Kudus), dan Rests by the River (Istirahat di tepi Sungai). Meskipun ini adalah satu-satunya himne yang ditemukan di kebanyakan buku himne Injili, Matheson sebenarnya juga menulis sejumlah himne baik lainnya, termasuk teks yang penuh renungan yang berjudul “Make Me a Captive Lord, and Then I Shall Be Free” (“Tawan Aku Tuhan, maka Aku Bebas”).
Keempat kata kunci atau simbol di dalam “O Love, That Wilt Not Let Me Go” adalah Love (Kasih), Light (Terang), Joy (Sukacita), Cross (Salib). Kata-kata ini digambarkan sebagai pemuasan total untuk setiap orang percaya yang hidupnya sudah berserah total pada kehendak Allah. Seseorang dapat menyelidiki untuk waktu yang cukup lama kedalaman dan signifkansi pribadi di dalam keempat ekspresi tersebut.
|
Download KPRI 109 |
► Play KPRI 110 Kuberdoa Bagimu |
Lyric
VERSI 1
1
Tuhan di sorga berdoa bagimu,
Ia Juru s’lamatku dan sobatku,
dengan lemah lembut Ia memperhatikanku,
Juru s’lamatku pun Juru s’lamatmu.
Reff:
Kini kuberdoa,
berdoa bagimu
kini kuberdoa,
berdoa bagimu.
2
Bapaku di sorga b’rikan karunia
hidup yang kekal yang benar dan nyata,
kelak Ia panggilku bertemu di sorga,
kuharap kau pun dibawa ke sana,
3
Kau t’lah kenal Dia bersaksilah bagi-Nya,
bahwa Yesus Juru s’lamat kau dan ‘ku,
berdoalah ‘tuk kes’lamatan temanmu,
kiranya doamu digenapi-Nya.
VERSI 2
1
I have a Savior, He’s pleading in glory,
A dear, loving Savior though earth friends be few;
And now He is watching in tenderness o’er me;
And oh, that my Savior were your Savior, too.
Reff:
For you I am praying,
For you I am praying,
For you I am praying,
I’m praying for you.
2
I have a Father; to me He has given
A hope for eternity, blessed and true;
And soon He will call me to meet Him in heaven,
But, oh, that He’d let me bring you with me, too!
3
I have a robe; ‘tis resplendent in whiteness,
Awaiting in glory my wondering view;
Oh, when I receive it all shining in brightness,
Dear friend, could I see you receiving one, too!
4
When Jesus has found you, tell others the story,
That my loving Savior is your Savior, too;
Then pray that your Savior may bring them to glory,
And prayer will be answered ‘twas answered for you!
5
Speak of that Savior, that Father in heaven,
That harp, crown, and robe which are waiting for you
That peace you possess, and that rest to be given,
Still praying that Jesus may save them with you.
|
Download KPRI 110 |
► Play KPRI 111 Nyatakan KehendakMu |
Lyric
VERSI 1
1
Nyatakan kehendak-Mu, di dalam hatiku.
Nyatakanlah, ya Yesus, tenangkan jiwaku.
Reff:
Kehendak-Mu o, nyatakanlah, di dalam hatiku.
‘Ku berserah, ‘ku percaya, o, nyatakanlah Tuhan.
2
Nyatakan kehendak-Mu, sucikan hidupku.
Nyatakanlah, ya Yesus, kuatkan hamba-Mu.
3
Nyatakan kehendak-Mu, hatiku milik-Mu.
Nyatakanlah, ya Yesus, pimpinlah hidupku.
VERSI 2
1
Speak to my heart, Lord Jesus, Speak that my soul may hear;
Speak to my heart, Lord Jesus, Calm ev'ry doubt and fear.
Reff:
Speak to my heart, oh, speak to my heart,
Speak to my heart, I pray;
Yielded and still, seeking Thy will,
Oh, speak to my heart today.
2
Speak to my heart, Lord Jesus, Purge me from ev'ry sin;
Speak to my heart, Lord Jesus, Help me the lost to win.
3
Speak to my heart, Lord Jesus, It is no longer mine;
Speak to my heart, Lord Jesus, I would be wholly Thine.
|
Download KPRI 111 |
► Play KPRI 112 Yesus Berdoa Bagi Daku |
Lyric
VERSI 1
1
Yesus berdoa untuk daku, dalam Getsemani.
Ia mengecap cawan pahit, peluh bagai darah.
Reff:
Kar’na daku, Tuhan disalibkan!
Darah-Nya tebus dosaku,
Ia mend’rita, kar’na daku, daku.
2
Ia berkorban kar’na daku, di bukit Golgota.
Hai dengarlah Ia berkata: “Genap, genap, g’naplah.”
3
Hai kawanku, mengapakah, tolak kasih-Nya Hu?
Mengapakah tak hampir Dia? Ia ‘kan s’lamatkanmu.
VERSI 2
1
It was alone the Savior prayed
In dark Gethsemane;
Alone He drained the bitter cup
And suffered there for me.
Reff:
Alone, alone, He bore it all alone;
He gave Himself to save His own,
He suffered, bled and died alone, alone.
2
It was alone the Savior stood
In Pilate’s judgment hall;
Alone the crown of thorns He wore
Forsaken thus by all.
3
Alone upon the cross He hung
That others He might save;
Forsaken then by God and man
Alone, His life He gave.
4
Can you reject such matchless love?
Can you His claim disown?
Come, give your all in gratitude,
Nor leave Him thus alone.
|
Download KPRI 112 |
► Play KPRI 113 Ke Tempat Yang Tertinggilah |
Lyric | History
VERSI 1
1
Ke tempat yang tertinggilah g’nap jiwaku merindulah.
Kunaikkan doa tiap waktu, Tuhan tetapkan jiwaku.
Reff:
Tuhan tetapkan jiwaku lebih dekat kepada-Mu
Lebih tinggi ‘ku merindu, di tempat yang lebih tinggi.
2
Akan ‘ku tinggalkan dosa serta usaha yang hampa.
Dengan penuh percayaku, tempat yang tinggi kutuju.
3
Menuju puncak tertinggi kupandang cah’ya berseri.
Tuhan pimpinlah jiwaku, ke tempat yang tinggi itu.
VERSI 2
1
I'm pressing on the upward way,
New height I'm gaining ev'ry day;
Still praying as I onward bound,
"Lord, plant my feet on higher ground."
Reff:
Lord, lift me up and let me stand,
By faith, on heaven's table land,
A higher plane than I have found;
Lord, plant my feet on higher ground.
2
My heart has no desire to stay
Where doubts arise and fears dismay;
Though some may dwell where these abound,
My prayer, my aim is higher ground.
3
I want to live above the world,
Though Satan's darts at me are hurled;
For faith has caught the joyful sound,
The song of saints on higher ground.
4
I want to scale the utmost height
And catch a gleam of glory bright;
But still I'll pray till heav'n I've found,
"Lord, plant my feet on higher ground."
Higher Ground
Teks: Johnson Oatman, 1856-1922
Musik: Charles H. Gabriel, 1856-1932
Tune: HIGHER GROUND
Firman Tuhan: Filipi 3:14 ...dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Latar Belakang:
Johnson Oatman, Jr. dilahirkan di dekat Medford, New Jersey, pada tanggal 21 April 1856. Ia menjadi anggota gereja Methodis Episcopal ketika berusia 19 tahun. Ia segera diijinkan untuk berkotbah dan ditahbiskan menjadi pendeta oleh denominasinya, meskipun ia tidak pernah benar-benar menggembalakan sebuah gereja. Di awal masa hidupnya, ia terlibat secara aktif dalam usaha keluarganya, dan setelah ayahnya meninggal, ia masuk ke bisnis asuransi.
Di tahun 1892, ia mulai menulis lagu-lagu Kristen, dan sejak saat itu hingga kematiannya, di tahun 1926, ia menulis sekitar 3.000 teks lagu pujian. Oatman rata-rata menulis 4-5 teks lagu baru setiap minggu, selama masa hidupnya, menerima tidak lebih dari $1.00 untuk tiap lagu yang dia tulis. Teks lagunya senantiasa dinantikan oleh musisi-musisi terkenal pada jamannya, seperti: Kirkpatrick, Excell dan Charles Gabriel.
Johnson Oatman juga merupakan penulis dari beberapa teks himne terkenal, seperti: “Count Your Blessings” dan “No, Not One!”
Komposer lagu ini, Charles Hutchinson Gabriel, dilahirkan pada tanggal 18 Agustus 1856 di Wilton, Iowa. Gabriel pada umumnya dianggap sebagai penulis lagu rohani yang paling terkenal dan berpengaruh selama dekade KKR Penginjilan Billy Sunday-Homer Rodeheaver, tahun 1910-1920. Selama bekerja di Rodeheaver Publishing Company sebagai editor musik, Gabriel terus membuat
banyak karya musical, sampai ia meninggal pada 15 September 1932 di Los Angeles, California. Charles Gabriel diperkirakan terlibat dalam penulisan lebih dari 8.000 lagu maupun dalam pengeditan banyak kompilasi dan himnal. Dalam banyak lagu ia mengarang baik teks maupun musiknya. Dalam karya-karyanya, Gabriel sering memakai nama samaran “Charlotte G. Homer.”
Charles Gabriel juga membuat musik untuk himne “O That Will Be Glory”. Lagu pujian lain yang dikenal dan disukai yang ditulis atau digubah oleh Charles Gabriel termasuk: “More Like the Master” (Seperti Tuhanku, KPRI no. 91), “Send the Light,” “My Savior’s Love,” “He is So Precious to Me,” “He Lifted Me,” dan “O It Is Wonderful.”
”Higher Ground” pertama kali diterbitkan pada tahun 1898 dalam kumpulan Songs of Love and Praise, No.5 yang dikumpulkan oleh John R. Sweney, Frank M. Davis, dan J. Howard Entwisle. Dalam autobiografinya, Sixty Years of Gospel Song, Gabriel menulis bahwa dia menggubah tune ini setelah dia kembali ke Chicago pada bulan September 1892, dan menjualnya seharga $5.
|
Download KPRI 113 |
► Play KPRI 114 Tuhan Ajarlah Aku Berdoa |
Lyric
Tuhan ajar aku berdoa;
‘gar ‘ku peka ‘kan kehendak-Mu.
Tolong kuserahkan semua
seg’nap hati setia ikut-Mu.
Dalam hidup penuh pencobaan
b’ri kekuatan ingat firman-Mu.
Air Hidup penuhi hatiku
rendah hati melayani-Mu.
|
Download KPRI 114 |
► Play KPRI 115 Saat-Nya |
Lyric
VERSI 1
1
Saat-Nya, saat-Nya,
Ia ‘kan genapkan pada saat-Nya.
Tunjukkanlah padaku
mengerti’kan k’hendak-Mu
ku mau taat pada-Mu Tuhanku.
2
Saat-Mu, saat-Mu,
Kau ‘kan genapkan pada saat-Mu,
‘Ku mau s’rahkan diriku
‘ku mau puji nama-Mu
‘ku mau puaskan hati-Mu Tuhanku.
VERSI 2
1
In His Time, in His Time,
He makes all things beautiful in His time.
Lord, please show me ev’ry day
as You’re teaching me Your way
that You do just what You say in Your time.
2
In Your time, in Your time,
You make all things beautiful in Your time.
Lord, my life to You I bring,
May each song I have to sing
be to You a lovely thing in Your time.
|
Download KPRI 115 |
► Play KPRI 116 Ya Tuhan Tiap Jam |
Lyric | History
VERSI 1
1
Ya Tuhan, tiap jam 'ku memerlukan-Mu
Engkaulah yang memb'ri sejahtera penuh.
Reff:
Setiap jam ya, Tuhan, Dikau kuperlukan
'ku datang, Jurus'lamat, berkatilah!
2
Ya Tuhan, tiap jam dampingi hamba-Mu
jikalau Kau dekat, enyah penggodaku.
3
Ya Tuhan, tiap jam, di suka dukaku
jikalau Tuhan jauh, percuma hidupku.
VERSI 2
1
I need Thee ev’ry hour, most gracious Lord;
No tender voice like Thine can peace afford.
Reff:
I need Thee, O I need Thee;
Ev’ry hour I need Thee;
O bless me now, my Savior,
I come to Thee.
2
I need Thee every hour, stay Thou nearby;
Temptations lose their power when Thou art nigh.
3
I need Thee every hour, in joy or pain;
Come quickly and abide, or life is in vain.
4
I need Thee every hour; teach me Thy will;
And Thy rich promises in me fulfill.
5
I need Thee every hour, most Holy One;
O make me Thine indeed, Thou blessed Son.
I Need Thee Every Hour
Teks: Annie S. Hawks, 1835-1918 (Chorus: Robert Lowry, 1826-1899)
Musik: Robert Lowry, 1826-1899
Tune: NEED
Firman Tuhan: Yohanes 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Latar Belakang:
Himne yang bersifat mendalam dan personal ini ditulis dari pengalaman sehari-hari seorang istri dan ibu yang sibuk, Annie Hawks, pada tahun 1872.
Annie Sherwood Hawks dilahirkan di Hoosick, New York, pada tanggal 28 Mei 1835. Di usia yang masih sangat muda, ia menunjukkan bakat di bidang menulis syair dan di usia 14 tahun, ia telah menulis puisi secara teratur bagi berbagai koran. Secara keseluruhan, ia menulis lebih dari 400 puisi, meskipun hanya teks himne inilah satu-satunya yang masih digunakan secara umum.
Pada tahun 1859, Annie Sherwood menikah dengan Charles Hawks, dan kemudian melahirkan tiga orang anak. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di Brooklyn, New York, dan menjadi anggota gereja Hanson Place Baptist Church, dimana selama 8 tahun Dr. Robert Lowry, seorang penulis puisi dan musisi Kristen yang sangat terkemuka, menjadi pendetanya. Lowry mengenali bakat Hawks
dalam penulisan puisi dan mendorongnya untuk memakai kemampuannya ini untuk menulis teks himne. Annie Hawks menuliskan kisah di balik penulisan himne ini:
Pada suatu pagi yang cerah di bulan Juni tahun 1872, sebagai seorang isteri dan ibu berusia 37 tahun, aku disibukkan dengan berbagai tugas rumah tangga. Tiba-tiba, aku dipenuhi perasaan dekat dengan Tuhan, dan aku mulai bertanya-tanya bagaimanakah seseorang dapat hidup tanpa-Nya, dalam suka maupun duka. Kemudian, kata-kata tersebut muncul dalam pikiranku dan sangat menguasaiku – “Aku memerlukan Tuhan setiap jam…”
Kemudian Ny. Hawks menunjukkan tulisannya kepada Dr. Lowry, yang sangat terkesan dengan keempat bait tersebut. Dengan cepat Lowry mengkomposisi musik untuk bait-bait ini dan juga menambahkan sebuah refrain. Dr. Lowry memiliki suatu keyakinan bahwa sebuah refrain diperlukan dalam setiap himne untuk melengkapi dan juga memberikan kesempatan kepada setiap orang, khususnya anak-anak untuk menjadi bagian dari nyanyian berjemaat.
Himne ini pertama kali muncul dalam kumpulan himne kecil yang disiapkan secara khusus bagi National Baptist Sunday School Association Convention yang diselenggarakan di Cincinnati, Ohio, di tahun yang sama, 1872. Himne ini dinyanyikan oleh para utusan dengan penuh penghargaan. Tahun berikutnya, himne ini dimasukkan dalam sebuah buku lagu baru, The Royal Diadem, yang dikompilasi oleh Lowry dan William Doane, dengan judul utama “Without Me Ye Can Do Nothing” – Tanpa Aku kau tidak dapat berbuat apa-apa – Yohanes 15:5.
Selanjutnya lagu ini digunakan secara luas dan dipopulerkan oleh Ira Sankey dalam kampanye besar Moody-Sankey, baik di Amerika maupun di seluruh Inggris Raya, hingga menjadi kesukaan banyak anak Tuhan.
Enambelas tahun setelah menulis teks himne ini, ketika menghadapi kematian suaminya, Ny. Hawks menulis bahwa ia seperti, “terlempar ke dalam kesedihan akan kehilangan besar dalam hidupku.” Ny. Hawks menulis kisah mengenai pertolongan rohani yang ia terima dari himne yang ia buat sendiri selama periode sukar dalam hidupnya ini:
Awalnya aku tidak mengerti mengapa himne ini begitu menyentuh hati manusia. Sampai bertahun-tahun sesudahnya, ketika kesedihan menimpa hidupku, kesedihan akan kehilangan besar, aku baru mengerti ada suatu kekuatan penghiburan dalam kata-kata ini, yang Tuhan ijinkan aku bagikan kepada orang lain terlebih dahulu sewaktu masa-masa tenang dan damai kualami.
Komposer musik untuk teks ini, Dr. Robert Lowry, dikenal dan dihormati sebagai seorang pengkotbah Baptist terkemuka di kalangan pendeta di wilayah timur Amerika. Ia lahir di Philadelphia pada 12 Maret 1826. Lowry melayani gereja-gereja Baptist di Pennsylvania, New York City, Brooklyn, dan New Jersey dan menjadi seorang dosen retorik di Universitas Bucknell selama enam tahun. Ia dikenal sebagai seorang laki-laki yang memiliki kemampuan administratif, pengkotbah yang cemerlang, dan murid Alkitab yang teliti. Musik dan himnologi adalah pelajaran kesukaannya, meskipun keduanya selalu dianggap sebagai kegemaran belaka. Namun kemudian, dengan kematian William Bradbury, di tahun 1868, Bigllow Publising Company memilih Robert Lowry untuk menjadi editor musiknya. Dengan cara khusus, Lowry belajar mengenai musik dengan sangat bersemangat dan membuat dirinya berpengatahuan tinggi di bidang tersebut. Dikatakan bahwa kualitas terbitan-terbitannya banyak mendorong dan memperbaiki bibit musik rohani di Amerika.
Meskipun Robert Lowry tidak memiliki pelatihan formal mengenai komposisi musikal, ia berkontribusi banyak himne yang baik bagi himnal-himnal penginjilan kita dan telah menyusun dan menerbitkan banyak kumpulan lagu, khususnya bagi Sekolah Minggu. Dari hati dan pena pendetamusikus yang berdedikasi ini muncul himne-himne seperti: “Christ Arose” (Kristus Bangkit, KPRI no. 62), “Nothing But the Blood” (Hanya oleh Darah Yesus, KPRI no. 57), dan “Shall We Gather at the River”. Ia juga mengkomposisi musik bagi himne-himne terkenal: “All the Way My Savior Leads Me” (Sepanjang Jalan Tuhan Pimpin, KPRI no. 30), “Savior, Thy Dying Love,” dan teks yang dicetuskan oleh Isaac Watts, “We’re Marching to Zion” (Berjalan ke Sion, KPRI no. 90).
|
Download KPRI 116 |
► Play KPRI 117 Berdoalah |
Lyric
VERSI 1
1
Berdoalah pada pagi, berdoalah pada siang,
berdoalah pada malam, agar tetap tent’ram.
2
Allah mendengarkan doa, menjawab tiap permohonan,
menjadikan hati tent’ram, rasa bahagia.
VERSI 2
1
Whisper a prayer in the morning,
Whisper a prayer at noon,
Whisper a prayer in the evening,
To keep your heart in tune.
2
God answers prayer in the morning,
God answers prayer at noon,
God answers prayer in the evening,
He’ll keep your heart in tune.
3
Jesus may come in the morning,
Jesus may come at noon,
Jesus may come in the evening,
So keep your heart in tune.
|
Download KPRI 117 |
► Play KPRI 118 Thy Loving Kindness |
Lyric
1
Thy loving kindness is better than life
Thy loving kindness is better than life
Reff:
My lips shall praise Thee, Thus will I bless Thee,
I will lift up my hands unto Thy Name.
2
I lift my hands, Lord, unto Thy Name
I lift my hands, Lord, unto Thy Name
3
Rememb’ring Thee, Lord, I’m satisfied
Rememb’ring Thee, Lord, I’m satisfied
4
Save in Thy shadow, I will rejoice
Save in Thy shadow, I will rejoice
|
Download KPRI 118 |
► Play KPRI 119 Mazmur 42 |
Lyric
1
S’perti rusa rindu sungai yang berair,
Demikianlah jiwaku rindu Engkau ya, Allah;
Jiwaku haus pada Allah, pada Allah yang hidup.
2
‘Nilah hendak kuingat lagi jiwaku galau
Bagaimana ‘ku berjalan maju ke rumah Allah;
Dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur.
3
M’ngapa engkau tertekan, hai jiwaku yang galau,
Berharaplah pada Allah, s’bab ku ‘kan bersyukur;
Pada Engkau ya Allah, Penolongku dan Allahku
|
Download KPRI 119 |
► Play KPRI 120 Sperti Rusa Rindu SungaiMu |
Lyric
VERSI 1
S’perti rusa rindu sungai-Mu jiwaku rindu Engkau
Kaulah Tuhan hasrat hatiku, kurindu menyembah-Mu.
Reff:
Engkau kekuatan dan perisaiku, kepada-Mu rohku berserah
Kaulah Tuhan hasrat hatiku, kurindu menyembah-Mu.
VERSI 2
1
As the deer panteth for the water, so my soul longeth after Thee.
You alone are my heart's desire, and I long to worship Thee.
Reff:
You alone are my strength, my shield, to You alone may my spirit yield.
You alone are my heart's desire, and I long to worship Thee
2
I want You more than gold or silver, only You can satisfy.
You alone are the real joy giver, and the apple of my eye.
3
You're my friend and You are my brother, even though You are a King.
I love Thee more than any other, so much more than anything.
|
Download KPRI 120 |
► Play KPRI 121 Near To The Heart Of God |
Lyric | History
VERSI 1
1
There is a place of quiet rest,
Near to the heart of God;
A place where sin cannot molest,
Near to the heart of God.
Reff:
O Jesus, blest redeemer,
Sent from the heart of God;
Hold us, who wait before Thee,
Near to the heart of God.
2
There is a place of comfort sweet,
Near to the heart of God;
A place where we our Saviour meet,
Near to the heart of God.
3
There is a place of full release,
Near to the heart of God;
A place where all joy is and peace,
Near to the heart of God.
Near to The Heart of God
Teks: Cleland B. McAfee
Musik: Cleland B. McAfee
Tune: MCAFEE
Firman Tuhan: Yakobus 4:8 Mendekatlah kepada Allah da Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! Dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati.
Latar Belakang:
Sebuah lagu rohani yang efektif dapat digambarkan sebagai sebuah “pengalaman rohani yang lahir dari hati seorang individu dan yang pada gilirannya berlanjut untuk melayani kebutuhan-kebutuhan sepenuh hati dari orang-orang lain”. Himne ini adalah contoh yang paling tepat bagi definisi tersebut. Himne ini ditulis pada tahun 1901 oleh pendeta gereja First Presbitarian Church di Chicago, Illinois,
Cleland Boyd McAfee, setelah ia menerima kabar tragis mengenai kematian dua orang keponakan perempuannya karena difteri. Dalam keadaan sedih dan tergoncang, Pdt. McAfee berpaling kepada Tuhan dan Firman-Nya. Syair dan musik himne ini segera mengalir dari hatinya yang berduka.
Beberapa hari kemudian, ia menyanyikan lagu ini pertama kalinya dengan suara tersendat-sendat di depan rumah saudaranya, Howard, yang dikarantina, pada hari penguburan kedua keponakannya itu. Pada hari Minggu berikutnya, paduan suara gerejanya menyanyikan kembali himne ini dalam ibadah. Saudaranya yang lain, Lapsley, sangat terkesan dengan pesan sederhana namun penuh penghiburan dalam himne ini, hingga ia membawanya ke gerejanya, First Presbyterian Church di Berkeley, Californai. Sejak saat itu hingga sekarang, himne ini telah menjadi sumber pemberi semangat besar bagi orang-orang percaya di segala tempat.
Cleland Boyd McAfee dilahirkan pada 25 September 1866, di Ashley, Missouri. Ia memperoleh pelatihan teologia di Union Theological Seminary. Setelahnya, ia kembali ke sekolah prasarjananya, Park College di Parkville, Missouri, dan melayani sebagai pengajar dan pastor di gereja sekolah, dari tahun 1881 hingga 1901. Ia kemudian melayani di dua jemaat, First Presbyterian Church di Chicago dan Lafayette Avenue Presbyterian Church, di Brooklyn, New York. Tahun 1912-1930, ia menjadi dosen teologi sistematik di McCormick Theological Seminary di Chicago. Ia dikenal sebagai seorang teolog ulung, pembicara hebat, pengarang sejumlah buku dan tulisan yang dipelajari, dan dihormati oleh denominasinya untuk melayani sebagai moderator terpilih dari General Assembly of the Presbyterian Church. Kendati demikian, sekarang Dr. McAfee dikenal dengan baik dari satu himne ketaatannya, yang sederhana namun pasti ini, yang ditulis selama masa dukacita pribadinya. Himne ini masih terus melayani setiap hati yang terluka hingga sekarang.
Setelah pensiun, Dr. McAfee membangun rumah di Jaffrey, New Hampshire, di mana ia tetap aktif menulis, memberikan kuliah, berkotbah dan mengajar sampai kematiannya pada 4 Februari 1944.
Himne ini pertama kali tercetak dalam sebuah majalah bernama The Choir Leader, pada tahun 1903, yang diterbitkan oleh Lorenz Publishing Company di Dayton, Ohio. Sejak saat itu, himne ini muncul dalam hampir setiap terbitan himnal injili hingga sekarang.
|
Download KPRI 121 |
► Play KPRI 122 Change My Heart, O God |
Lyric
Change my heart, o, God, make it ever true,
Change my heart, o, God, may I be like You.
You are the Potter I am the clay,
mold me and make me, this is what I pray.
Change my heart, o, God, make it ever true,
Change my heart, o, God, may I be like You.
|
Download KPRI 122 |
► Play KPRI 123 Be Still, My Soul |
Lyric | History
1
Be still, my soul! The Lord is on your side,
Bear patiently the cross of grief or pain,
leave to your God to order and provide,
in every change He Faithful will remain.
Be still, my soul! Your best, your heav’nly Friend
thro’ thorny ways leads to a joyful end.
2
Be still my soul! Your God will undertake
to guide the future as He has the past,
your hope your confidence let nothing shake,
all now mysterious shall be bright at last.
Be still, my soul! The waves and winds still know
His voice who ruled them while He dwelt below.
3
Be still, my soul! The hour is hast’ning on,
when we shall be forever with the Lord,
when disappointment grief and fear are gone,
sorrow forgot, love’s purest joys restored.
Be still, my soul! When change and tears are past
all safe and blessed we shall meet at last.
Be Still, My Soul
Teks: Katharina A. von Schlegel, 1752
Jane L. Borthwick, 1855 (Terj.)
Musik: Jean Sibelius, 1899
Tune: FINLANDIA
Firman Tuhan: Yesaya 30:15 Dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.
Latar Belakang:
Setiap kebangkitan rohani juga mengingatkan kita akan sebuah himne terkenal. Ini terutama terasa di masa Gerakan Reformasi pada abad ke-16 ketika, setelah berabad-abad tertidur selama abad pertengahan, nyanyian jemaat dibangkitkan kembali. Himne yang terkenal adalah “Allah Jadi Benteng Kukuh”.
Namun, sebelum abad ke-17 gereja sekali lagi menjadi dingin dan tidak menginjili lagi. Pada akhir pertengahan abad ke-17 terdengar ada sebuah himne baru dan sebuah kebangkitan rohani terjadi tiba-tiba di Jerman. Himne baru ini berjudul “Be Still, My Soul.” Dan tema kebangkitan rohani baru ini adalah “Kehidupan versus Doktrin,” “Kenyataan versus Tampilan Kesalehan.” Sekali lagi Tuhan menyalakan api kebangkitan rohani pada paruh akhir abad tersebut dengan sebuah gerakan yang dikenal dengan kebangunan Pietis di Jerman, yang serupa dengan Gerakan Puritan dan Wesleyan di Inggris.
Pemimpin dari gerakan di Jerman ini adalah Philipp Jacob Spener, seorang pastor di sebuah Gereja Lutheran di Berlin, Jerman. Meskipun dia bukan seorang pengarang himne yang terkenal, dorongan Spener untuk bernyanyi melahirkan kebangunan pembuatan himne di Jerman pada saat itu. Semua himne yang dihasilkan oleh gerakan ini mempunyai ciri khas akan ketulenan pietis, kedalaman perasaan, pengalaman Kristiani yang kaya, dan kesetiaan di dalam pemakaian kata-kata ekspresi dalam Kitab
Suci.
Katharina von Schlegel adalah seorang wanita yang luar biasa yang berada di dalam gerakan kebangunan rohani ini. Sedikit tentang dia yang diketahui kecuali bahwa dia adalah seorang Lutheran dan mungkin adalah seorang imam di sebuah seminari Injili wanita di Jerman. Dia menyumbangkan sejumlah lirik untuk koleksi lagu-lagu rohani yang diterbitkan pada 1752. Dia menulis banyak syair tambahan untuk himne ini, tetapi tidak semuanya diterjemahkan. Kebanyakan buku himne hanya menggunakan tiga bait.
Himne ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Jane Borthwick kira-kira seratus tahun sesudah himne ini ditulis. Jane Borthwick menempati urutan kedua setelah Catherine Winkworth untuk kecemerlangannya dalam menerjemahkan himne-himne Jerman ke dalam bahasa Inggris. Nona Borthwick dilahirkan di Edinburgh, Scotland, pada tanggal 9 April 1813 dan adalah seorang anggota dari Free Church of Scotland, dan merupakan seorang pendukung terhormat untuk misi-misi di dalam dan luar negeri.
Jean Sibelius adalah komposer Finlandia yang paling terkenal. Musiknya pada umumnya mempunyai karakter semangat nasionalis. Tune himne ini adalah sebuah aransemen sebuah gerakan “Finlandia,” sebuah puisi yang ditulis pada tahun 1899, yang menggambarkan keindahan alam yang agung dari tanah air sang komposer.
“Be Still, My Soul” dibuat hingga menjadi sebuah himne seperti yang kita nyanyikan sekarang ini oleh tiga orang tersebut. Allah memakai tiga orang dari tiga negara untuk menyatukan satu himne yang mengajarkan kita bahwa Allah memegang kendali dan kita patut menantikan-Nya.
|
Download KPRI 123 |
► Play KPRI 124 Kehendak Tuhan Jadikanlah |
Lyric | History
VERSI 1
1
Kehendak Tuhan jadikanlah,
‘ku tanah liat, Kau Penjunan.
Bentuklah aku sesuka-Mu,
aku menunggu di kaki-Mu.
2
Kehendak Tuhan jadikanlah,
tilik hatiku, dan sucikan.
Di hadirat-Mu ‘ku berserah,
Yesus Tuhanku, o t’rimalah.
3
Kehendak Tuhan jadikanlah,
pegang hidupku, agar tahan.
Penuhi aku dengan Roh-Mu,
hiduplah Yesus di hatiku.
VERSI 2
1
Have Thine own way, Lord!
Have Thine own way!
Thou art the Potter, I am the clay.
Mold me and make me after Thy will,
While I am waiting, yielded and still.
2
Have Thine own way, Lord!
Have Thine own way!
Search me and try me, Master, today!
Whiter than snow, Lord, wash me just now,
As in Thy presence humbly I bow.
3
Have Thine own way, Lord!
Have Thine own way!
Wounded and weary, help me, I pray!
Power, all power, surely is Thine!
Touch me and heal me, Savior divine.
4
Have Thine own way, Lord!
Have Thine own way!
Hold o’er my being absolute sway!
Fill with Thy Spirit till all shall see
Christ only, always, living in me.
Have Thine Own Way, Lord
Teks: Adelaide A Pollard, 1862-1934
Musik: George C. Stebbins, 1846- 1945
Tune: ADELAIDE
Firman Tuhan: Yeremia 18:3-4 Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
Latar Belakang:
Sungguh tidak masalah apa yang akan Kau lakukan dengan kami, Tuhan - jadilah kehendak- Mu dalam hidup kami...
Pernyataan sederhana ini, yang didoakan oleh seorang wanita tua dalam sebuah persekutuan doa suatu malam, menjadi sumber inspirasi yang mendorong penulisan himne pengabdian terkenal ini, pada tahun 1902. Sejak saat itu hingga sekarang, himne ini telah berpengaruh dalam diri tiap-tiap individu untuk memeriksa dan menyerahkan hidup mereka tunduk kepada Ketuhanan Kristus. Penulis teks himne, Adelaide A. Pollard, sedang mengalami ‘masa sulit’ pada saat itu. Masa dalam hidupnya dimana ia tidak berhasil mengumpulkan untuk pergi dalam pelayanan misionari ke Afrika. Dalam keadaan patah semangat ini, ia menghadiri suatu persekutuan doa kecil dan sangat terkesan dengan doa seorang wanita tua, yang berdoa meminta berkat seperti yang biasa didoakan, dan dengan sungguh-sungguh memohon pengertian dari Tuhan akan kehendak-Nya dalam hidup. Setelah kembali ke rumahnya malam itu, Adelaide merenungkan lebih dalam mengenai kisah Sang Penjunan yang tertulis dalam Yeremia 18:3-4:
Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
Adelaide berpikir kira-kira seperti demikian: Rupa-rupanya hingga kini Tuhan telah membentuk hidupku, seperti tanah liat di tangan-Nya. Tetapi mungkin kemauan keras pergi ke Afrika itu telah membuat hidupku rusak, sehingga Tuhan harus membentuknya kembali “menjadi bejana lain menurut apa yang baik menurut pandangan-Nya”. Sebelum pergi tidur di malam itu, Adelaide Pollard telah selesai menulis seluruh keempat bait himne ini, seperti yang sekarang kita nyanyikan.
Adelaide Addison Pollard dikenal sebagai wanita luar biasa, yang sangat saleh, namun hidup dengan penuh rahasia. Ia dilahirkan pada 27 November 1862 di Bloomfield, Iowa. Orangtuanya menamainya Sarah, tapi karena tidak menyukai nama itu, ia memilih nama Adelaide. Setelah menyelesaikan pelatihan seni pidato dan budaya jasmaniah, ia pindah ke Chicago, Illinois, selama tahun 1880-an dan mengajar di beberapa sekolah wanita. Selama masa ini, ia menjadi dikenal sebagai seorang guru Alkitab keliling. Kemudian, ia terlibat dalam pelayanan penginjilan Alexander Dowie, membantu Dowie dalam pelayanan penyembuhannya. Adelaide sendiri, mengaku bahwa penyakit diabetesnya telah disembuhkan dengan cara tersebut. Namun kemudian, ia terlibat dalam pelayanan penginjil lain bernama Sanford, yang menekankan akan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Adelaide mempunyai keinginan untuk pergi dan melayani di Afrika, tapi ketika rencana ini gagal diwujudkan, ia menggunakan beberapa tahun
mengajar di Missionary Training School di Nyackon-the-Hudson. Pada akhirnya ia berhasil pergi ke Afrika dalam waktu singkat, tepat sebelum Perang Dunia I meledak dan kemudian berada di Scotland sepanjang perang itu terjadi. Setelah perang usai, ia kembali ke Amerika dan melanjutkan pelayannya di seluruh Inggris, meski pada saat ini kesehatannya telah rapuh dan merosot. Adelaide menulis beberapa teks himne lain sepanjang hidupnya, meski tidak seorangpun yang tahu berapa banyak tepatnya, karena ia tidak pernah mau dikenali dari kecakapannya. Sebagian besar tulisannya ditandatangani dengan tulisan A.A.P. “Kehendak Tuhan Jadikanlah” adalah satu-satunya himne yang ditulisnya yang masih digunakan hingga sekarang.
Musik untuk teks ini disediakan oleh George Coles Stebbins, salah seorang musikus rohani utama di abad ini. Himne ini pertama kali muncul di tahun 1907 dalam kumpulan Stebbin, Northfield Hymnal with Alexander’s Supplement. Di tahun yang sama itu pula, himne ini muncul dalam dua himnal terkenal lainnya, Hallowed Hymns New and Old kumpulan Ira Sankey dan Best Endeavor Hymns kumpulan Sankey dan Clement.
Pada tahun 1876, George Stebbins diundang oleh D.L. Moody untuk bergabung bersama dalam pekerjaan penginjilannya. Dalam duapuluh lima tahun berikutnya, Stebbins bekerja sama dengan Moody dan Sankey serta penginjil-penginjil terkemuka lainnya, seperti George F. Pentecost dan Major D. W. Whittle, sebagai seorang pemimpin pujian, pemimpin paduan suara, komposer, dan penyusun banyak kumpulan lagu-lagu rohani terkenal. Ia menyediakan musik bagi beberapa himne terkenal lainnya, seperti: “Saved by Grace,” “Ye Must Be Born Again,” “There is a Green Hill Far Away,” “Jesus, I Come,” “Take Time to be Holy,” “Savior, Breathe an Evening Blessing,” dan banyak lainnya. Ia meninggalkan sebuah autobiografi yang menarik tentang hidup dan masanya, berjudul Memoirs and Reminiscences, yang diterbitkan pada tahun 1924. George C. Stebbins hidup berbuah bagi Tuhan hingga usia sembilanpuluh satu tahun, wafat pada 6 Oktober 1945, di Catskill, New York.
|
Download KPRI 124 |
► Play KPRI 125 Pandanglah Pada Yesus |
Lyric | History
VERSI 1
1
Lelah dan kacaukah jiwamu?
Semua g’lap gulitakah?
Bahagia dan bebas bagimu,
terang Allahmu pandanglah.
Reff:
Pandanglah, pada Yesus.
Oh, pandang wajah-Nya mulia.
Isi dunia menjadi suram,
oleh sinar kemuliaan-Nya.
2
Dari mati ke hidup baka,
‘ku ikut jejak Tuhanku.
Dosa tak lagi berkuasa,
oleh Yesus terbelenggu.
3
Janji-Nya pasti terlaksana,
percayalah seg’nap jiwa.
Seg’ra kabarkan ke dunia,
keselamatan sempurna.
VERSI 2
1
O soul, are you weary and troubled?
No light in the darkness you see?
There’s light for a look at the Savior,
And life more abundant and free!
Reff:
Turn your eyes upon Jesus,
Look full in His wonderful face,
And the things on earth will grow strangely dim,
In the light of His glory and grace.
2
Through death into life everlasting
He passed, and we follow Him there;
Over us sin no more hath dominion
For more than conq’rors we are!
3
His Word shall not fail you He promised;
Believe Him and all will be well:
Then go to a world that is dying,
His perfect salvation to tell!
Turn Your Eyes Upon Jesus
Teks: Helen Lemmel, 1864-1961
Musik: Helen Lemmel, 1864-1961
Tune: LEMMEL
Firman Tuhan: Ibrani 12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju pada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Latar Belakang:
Alkitab penuh dengan pengajaran yang menekankan pentingnya hidup berfokus pada Kristus – hanya mencari yang bernilai kekal. Mari lihat dalam beberapa ayat yang terkenal ini:
Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Yesaya 45:22 Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain.
Kolose 3:1-3 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
"Turn Your Eyes Upon Jesus” telah menjadi himne yang dikenal, yang sering digunakan oleh orang-orang Kristen untuk menantang mereka yang mengaku percaya pada Kristus, untuk menjadikan Kristus prioritas di dalam hidup mereka dan menghidupi hari demi hari dengan memandang pada nilai-nilai kekekalan.
Penulis dan komposer himne ini, Helen H. Lemmel, bercerita bahwa suatu hari di tahun 1918, seorang teman misionaris memberikannya sebuah traktat berjudul “Focused”. Traktat itu berisi kata-kata ini: “Jadi, arahkanlah pandanganmu kepada-Nya, lihat kepada wajah-Nya dan kau akan menemukan bahwa segala hal di dunia akan kelihatan suram.”Kalimat itu begitu menggugah Helen Lemmel. Ia tidak dapat melupakannya.
Ia mengingat kembali pengalaman ketika ia membaca traktat itu:Tiba-tiba, seperti diperintahkan untuk berhenti dan mendengar, aku terdiam, dan jiwaku menyanyikan refrain lagu ini, tanpa ada satu momen sadar untuk membuat kata demi kata menjadi syair, atau not demi not menjadi melodi. Syair-syair ini ditulis pada minggu itu juga, dengan cara komposisi biasa, namun tetap didiktekan oleh Roh Kudus.
Himne ini pertama kali diterbitkan, di tahun 1918, dalam bentuk pamflet di London, Inggris. Empat tahun kemudian, himne ini dimasukkan ke kumpulan lagu berjudul Glad Songs, sebuah buku yang berisi 67 lagu yang ditulis oleh Ny. Lemmel. Himne ini menjadi sangat populer pada tahun yang sama ketika diperkenalkan dalam Keswick Bible Conference di Inggris bagian utara. Himne ini pertama kali muncul di Amerika Serikat, pada tahun 1924, dalam sebuah kumpulan lagu berjudul Gospel Truth in Song, yang diterbitkan oleh Harry Clarke di Chicago, Illinois. Sejak saat itu, lagu ini telah dimasukkan dalam sebagian besar buku lagu penginjilan dan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di seluruh dunia.
Helen Howard Lemmel dilahirkan pada tanggal 14 November 1864 di Wardle, Inggris. Ia merupakan anak dari seorang pendeta Methodist Wesley. Ia datang ke Amerika Serikat bersama dengan keluarganya ketika ia berusia 12 tahun. Helen tinggal sebentar di Mississippi sebelum akhirnya menetap di Wisconsin. Ia segera terkenal sebagai seorang penyanyi yang sangat baik, bahkan ia pernah mengambil kursus vokal secara privat di Jerman selama 4 tahun. Ia berkeliling ke banyak tempat di Midwest pada awal tahun 1900-an, menggelar konser-konser di banyak gereja. Kemudian ia mengajar vokal di Moody Bible Institute dan selanjutnya di Bible Institute of Los Angeles. Pada tahun 1961, Helen Lemmel menetap di Seattle, Washington, dimana dia tetap aktif melayani sebagai anggota Ballard Baptist Church, menjelang hari-hari terakhir dalam hidupnya.
Selain dikenal sebagai penyanyi dan musisi yang sangat berbakat, Ny. Lemmel juga dikenal sebagai seorang wanita yang memiliki kemampuan literatur yang sangat hebat. Ia menulis lebih dari 500 himne dan puisi. Ia juga menulis buku anak-anak yang sangat laris, berjudul Story of the Bible dan menggubah banyak lagu anak-anak. Ia tetap aktif melayani Tuhan dengan karya-karyanya di bidang musik dan literatur, sampai ia meninggal dalam usia 97 tahun.
Betapa mudahnya, bahkan bagi kita yang telah mengaku menjadi pengikut Kristus yang setia, untuk jatuh kepada “hal-hal duniawi”, sehingga semua visi dan nilai surgawi kita dikaburkan dan menjadi pudar. Hal ini sering terjadi meskipun kita sedang aktif dalam pelayanan, kita begitu sibuk melakukan sesuatu untuk Tuhan sehingga kehilangan berkat sukacita yang sesungguhnya dalam relasi pribadi dengan Kristus sendiri dalam hidup kita sehari-hari.
|
Download KPRI 125 |
► Play KPRI 126 Tak Tersembunyi Kuasa Allah |
Lyric | History
VERSI 1
1
Apakah kau lesu, risau, dan hidupmu letih?
Bimbang hatimu? Kau terjatuh s’lalu?
Bangkit seg’ra dan pandang Dia, Tuhan yang p’nuh kasih,
Sehingga ‘kan percaya dan tak lagi sedih.
Reff:
Tak tersembunyi kuasa Allah;
Orang lain ditolong, engkau juga;
Tangan-Nya terbuka siap ampuni
Tak tersembunyi kuasa Allah.
2
Tiada malam, kar’na terang-Nya kau tak sendiri
Ia s’lalu dekat ke mana kau pergi
Kuasa apapun tak dapat melawan kuasa-Nya
Percaya ‘kan janji-Nya tak perlu kau takut.
VERSI 2
1
The chimes of time ring out the news, another day is through
Someone slipped and fell, was that someone you?
You may have longed for added strength, your courage to renew
Do not be disheartened, I have news for you
Reff:
It is no secret, what God can do
What He's done for others, He'll do for you
With arms wide open, He'll pardon you
It is no secret what God can do
2
There is no night, for in His light, you'll never walk alone
You'll always feel at home, where ever you may roam
There is no power can conquer you, while God is on your side
Take Him at His promise, don't run away and hide
It Is No Secret
Teks: Stuart Hamblen, 1950
Musik: Stuart Hamblen, 1950
Tune: IT IS NO SECRET
Firman Tuhan: Roma 10:13 Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
Latar Belakang:
Meskipun KKR Los Angeles 1949 dimaksudkan untuk memperkenalkan Billy Graham kepada dunia, pertemuan-pertemuan tersebut sepertinya mulai dengan lambat. Setibanya di Los Angeles sebelum KKR dimulai, Graham memberikan konferensi pers, kemudian dengan tak sabar menunggu hari esok tiba untuk melihat bagaimana KKR tersebut akan dipublikasikan. Ternyata tak ada satu koranpun yang memuat beritanya.
Tetapi di antara para pendukung Graham ada seorang guru Alkitab Presbiterian yang berpengaruh, Henrietta Mears, yang mengundang Billy ke rumahnya di Beverly Hills untuk berbicara kepada sekelompok tokoh Hollywood. Hadir pada hari itu seorang bintang koboi peminum bernama Stuart Hamblen, yang juga merupakan salah seorang penyiar siaran radio sore terkenal di Pantai Barat. Namanya buruk karena kesenangannya berjudi dan berteriak-teriak.
Kedua pria itu senang seorang akan yang lain, dan Billy rindu untuk memenangkan Stuart bagi Kristus. Tetapi mendekati akhir KKR selama tiga minggu itu, tidak ada tanda bahwa koboi terkenal ini akan bertobat.
Merasakan bahwa momentum untuk pertemuan-pertemuan tersebut sedang dibangun, panitia KKR setempat ingin memperpanjang KKR; tetapi Billy ragu-ragu, karena belum pernah melakukan hal itu sebelumnya. Ia meminta sebuah tanda dari Tuhan. Pagi berikutnya, pada pk.4:30 subuh, ia dibangunkan oleh sebuah panggilan telepon dalam kamarnya di Hotel Langham. Stuart Hamblem
meneleponnya sambil menangis. Billy membangunkan isteri dan teman-temannya, yang kemudian berkumpul dalam kamar lain untuk berdoa, sementara Stuart dan isterinya, Suzy, datang ke hotel itu. Pagi itu, Stuart menyerahkan dirinya kepada Tuhan Yesus.
Itulah tanda yang Billy perlukan untuk memperpanjang KKR-nya.
Sementara itu, Stuart dengan gembira menceritakan kisah pertobatannya dalam siaran radionya, dan koran-koran setempat memuat kisah itu. Seluruh Los Angeles segera membicarakan KKR yang diadakan Billy Graham. Publikasi yang dihasilkan memulai penginjilan massal selama setengah abad yang hampir tak ada bandingannya dalam sejarah kekristenan.
Tak lama setelah itu, dikabarkan bahwa Stuart Hamblem bertemu dengan bintang film John Wayne di sebuah jalan di Los Angeles. Apa benar hal yang kudengar tentangmu itu, Stuart?” tanya aktor itu.
“Well, tidak ada yang rahasia akan apa yang dapat Allah lakukan.”
“Kedengaran seperti sebuah lagu,” kata John. Stuart pulang ke rumah, duduk di depan pianonya dan menulis “It is No Secret.” Ia terus menulis hingga 225 lagu lainnya sebelum meninggal di tahun
|
Download KPRI 126 |
► Play KPRI 127 Ada Waktu Di Hidupku |
Lyric
1
Ada waktu di hidupku. Pencobaan berat menekan.
Aku berseru mengapa ya Tuhan, Nyatakan kehendak-Mu.
2
Jalan Tuhan bukan jalanku. Jangan bimbang ataupun ragu.
Nantikan Tuhan jadikan semua, Indah pada waktunya.
Reff:
Pada Tuhan masa depanku
Pada Tuhan ku s'rahkan hidupku.
Nantikan Tuhan berkarya,
Indah pada waktunya.
3
Hari esok tiada ku tahu. Namun tetap langkahku maju.
Kuyakin Tuhan jadikan semua, Indah pada waktunya.
|
Download KPRI 127 |
► Play KPRI 128 Mazmur 84 |
Lyric
How lovely, O Lord, is Your dwelling place.
My soul yearns even faints for the court of the Lord.
My heart my flesh cry out for Thee.
Blessed are those who dwell in Your house.
They are ever praising You.
|
Download KPRI 128 |
► Play KPRI 129 Kenal Kau Kan Yesus |
Lyric
VERSI 1
1
Bratkah beban hidupmu dalam dunia gelap?
O rindukah jiwamu ‘kan perhentian tetap?
Reff:
Kenal kau ‘kan Yesus? Kenal kau teman?
Kasih-Nya abadi tak b’rubah hingga akhir zaman.
2
Kemanakah jalanmu hai musafir letih?
Siapa dengar keluhmu dalam malam g’lap sepi?
3
Siapa kenal hidupmu dan s’gala dukamu?
Siapa b’ri penghiburan, hilangkan air mata?
VERSI 2
1
Have you a heart that's weary,
Tending a load of care;
Are you a soul that's seeking
Rest from the burden you bear?
Reff:
Do you know my Jesus?
Do you know my friend?
Have you heard He loves you?
And that He will abide till the end?
2
Where is your heart, oh pilgrim,
What does your light reveal;
Who hears your call for comfort
When naught but sorrows you feel?
3
Who knows your disappointments,
Who hears each time you cry;
Who understands your heartaches,
Who dries the tears from your eyes?
|
Download KPRI 129 |
► Play KPRI 130 Sebenarnya Ku Tak Layak |
Lyric | History
VERSI 1
1
Sebenarnya ‘ku tak layak,
namun ‘ku dib’ri darah-Mu.
Dan Engkau memanggil daku,
Ya, Domba Allah, ku datang.
2
Kini kudatang pada-Mu,
sungguh aku tak berdaya.
Hanya darah-Mu basuhku,
Ya, Domba Allah, ku datang.
3
Dengan kasih Kau t’rimaku,
sucikanku, s’lamatkanku.
Janji-Mu pasti jadilah,
Ya, Domba Allah, ku datang.
VERSI 2
1
Just as I am, without one plea,
But that Thy blood was shed for me,
And that Thou bidd’st me come to Thee,
O Lamb of God,
I come, I come.
2
Just as I am, and waiting not
To rid my soul of one dark blot,
To Thee whose blood can cleanse each spot,
O Lamb of God,
I come, I come.
3
Just as I am, though tossed about
With many conflict, many a doubt,
Fightings and fears within, without,
O Lamb of God,
I come, I come.
4
Just as I am, poor, wretched, blind;
Sight, riches, healing of the mind,
Yea, all I need in Thee to find,
O Lamb of God,
I come, I come.
5
Just as I am, Thou wilt receive,
With welcome, pardon, cleanse, relieve;
Because Thy promise I believe,
O Lamb of God,
I come, I come.
6
Just as I am, Thy love unknown
Hath broken every barrier down;
Now, to be Thine, Yea, Thine alone,
O Lamb of God,
I come, I come.
7
Just as I am, of that free love
The breadth, length, depth, and height to prove,
Here for a season, then above,
O Lamb of God,
I come, I come.
Just As I Am, Without One Plea
Teks: Charlotte Elliot , 1834
Musik: William B. Bradbury, 1849
Tune: WOODWORTH
Firman Tuhan: Yohanes 6:35, 37 Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada- Ku, ia tidak akan Kubuang.
Latar Belakang:
Tanpa diragukan lagi, hymne ini telah menyentuh dan mempengaruhi lebih banyak orang bagi Kristus daripada lagu apa pun yang pernah ditulis. Teks lagu ini dilahirkan dari dalam jiwa seorang wanita cacat yang menulis kata-kata ini dari perasaannya yang dalam tentang ketidakbergunaan dan keputusasaan hidup.
Charlotte Elliott dilahirkan di Clapham, Inggris, pada tanggal 18 Maret 1789. Sebagai seorang muda, dia menjalani hidup dengan riang tanpa berpikir banyak, mendapatkan popularitas sebagai artis portret dan penulis syair-syari humor. Ketika dia berumur tiga puluh tahun, kesehatannya mulai menurun drastis dan dia segera menjadi seorang manusia cacat yang harus tinggal di atas tempat tidur untuk sisa hidupnya. Bersamaan dengan merosotnya kesehatan, datang juga perasaan remuk hati. Pada tahun 1822 seorang penginjil terkenal Swiss, Dr. Caesar Malan, mengunjungi rumah Elliott di Brighton, Inggris. Kunjungannya terbukti menjadi titik balik dalam perjalanan hidup Charlotte. Ketika mengkonseling Elliott tentang masalah kerohanian dan perasaannya, Dr. Malan terkesan dengan kebenaran yang dia katakan ini, “Engkau harus datang sebagaimana engkau ada, seorang berdosa, kepada Sang Domba Allah yang menghapuskan dosa dunia.” Selama sisa hidupnya, setiap tahun Elliot merayakan hari di mana temannya yang dari Swiss itu membawa dia kepada hubungan yang pribadi dengan Kristus, karena ia menganggap hari itu sebagai hari ulang tahun rohaninya. Meskipun dia baru menulis teks hymne ini pada 1836, empat belas tahun sesudah pengalaman pertobatannya, jelaslah bahwa dia tidak pernah melupakan kata-kata temannya, karena kata-kata itu membentuk esensi dari hymne ini.
Meskipun Charlotte Elliott hidup selama delapan puluh dua tahun, dia tidak pernah sembuh kembali, dan dia sering melewati musim-musim dengan penderitaan jasmani yang luar biasa. Tentang penyakitnya dia suatu kali menulis, “Dia tahu, dan hanya Dia sendiri, apa itu, hari demi hari dan jam demi jam, perjuangan melawan perasaan jasmani dan kelemahan yang menguasai, rasa lesu dan lelah, memutuskan untuk tidak menyerah pada kemalasan, depresi dan kelabilan. Tubuh saya menyebabkan saya menuruti keinginannya, tetapi saya bangun tiap pagi dengan ketetapan hati untuk mengulangi motto saya, “‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.’” Pada waktu lain dia menulis, “Tuhan melihat, Tuhan menuntun, Tuhan menjaga saya. Anugerah-Nya meliputi saya, dan suara-Nya terus menerus memberitahu saya untuk berbahagia dan hidup suci di dalam melayani-Nya di tempat saya berada.”
Elliott menulis teks untuk “Just As I Am” pada tahun 1836. Teks ini diterbitkan pada tahun yang sama dengan terbitnya edisi kedua The Invalid’s Hymn Book (Buku Hymne Orang Cacat), sebuah koleksi yang berisi 115 karya aslinya. Dia menuliskan hymne ini dengan harapan mendapatkan uang untuk membangun sebuah sekolah untuk anak-anak pendeta miskin. Pembangunan ini sedang
dikerjakan oleh saudara laki-lakinya di Brighton, Inggris. Elliott merasa sangat tidak berdaya dalam melaksanakan keinginannya untuk membantu jemaat di dalam proyek berharganya ini. Menariknya, hymne yang dilahirkan dari pena seorang wanita cacat malah mendatangkan lebih banyak dana daripada gabungan semua bazaar dan proyek yang pernah dikerjakan saudara laki-lakinya. Saudara laki-laki ini meninggalkan kata-kata ini, “Di dalam perjalanan pelayanan yang panjang, saya berharap diizinkan untuk melihat buah dari jerih payah saya; tetapi saya merasa lebih banyak telah dilakukan oleh hymne saudara perempuan saya.”
Secara keseluruhan, Charlotte Elliott menulis kira-kira 150 hymne. Dia pada umumnya dianggap sebagai penulis hymne wanita Inggris terbaik. Dikatakan bahwa sesudah kematiannya, lebih dari seribu surat dari seluruh dunia ditemukan di antara kertas-keratasnya. Surat-surat tersebut mengungkapakan kesaksian tentang bagaimana hymne ini sudah memberi makna dalam hidup mereka.
Tune ini, “Woodworth,” dikarang oleh musikus rohani terkenal Amerika, William B. Bradbury. Tune ini pertama kali digunakan untuk hymne “The God of Love Will Soon Indulge” (“Allah Kasih Akan Segera Memenuhi”). Bertahun-tahun kemudian, penggubah musik Amerika lainnya, Thomas Hastings, mengawinkan tune Bradbury ini dengan teks Elliott.
Hymne-hymne lainnya oleh William B. Bradbury termasuk “He Leadeth Me” (“Dia Pimpin Ku”), “Jesus Loves Me” (“Yesus Mengasihiku”), “Depth of Mercy” (“Sungguh Dalam Belas Kasih”), “Even Me” (“Bahkan Saya”), “Sweet Hour of Prayer” (“Waktu Termanis untuk Berdoa”), dan “The Solid Rock” (“Batu Karang yang Kokoh”).
Hanya kekekalan yang akan mengungkapkan berapa jumlah orang yang hidupnya sudah diubahkan secara dramatis melalui pengunaan hymne yang berasal dari pena seorang wanita cacat ini. Ini adalah sebuah hymne yang dapat dan seharusnya digunakan dengan lebih sering daripada sekedar digunakan sebagai lagu ajakan pada penutupan sebuah ibadah. Lagu ini berpesan akan suatu yang kita sebagai orang-orang percaya perlu sering diingatkan - bahwa hidup kekal dan kedamaian abadi kita dengan Tuhan bergantung hanya kepada karya Kristus, bukan diri kita.
|
Download KPRI 130 |
► Play KPRI 131 Jangan Engkau Lalu |
Lyric | History
VERSI 1
1
Yesus Juruselamatku, dengar doaku.
Janganlah Tuhan lalui, b’rilah berkat-Mu.
Reff:
Yesus, Yesus, dengar doaku.
Janganlah Engkau lalui, b’rilah berkat-Mu.
2
Aku bersujud pada-Mu, janganlah lalu.
Terus kupandang pada-Mu, b’rilah berkat-Mu.
3
Engkau pohon kesukaan, kesenanganku.
Tiada orang yang ‘ku sandar, Engkau Tuhanku.
4
Kau sumber penghibur hati, senantiasa.
Kuminta Tuhan beserta s’lama-lamanya.
VERSI 2
1
Pass me not, O gentle Savior,
Hear my humble cry;
While on others Thou art calling,
Do not pass me by.
Reff:
Savior, Savior, Hear my humble cry;
While on others Thou art calling, Do not pass me by.
2
Let me at Thy throne of mercy
Find a sweet relief,
Kneeling there in deep contrition;
Help my unbelief.
3
Trusting only in Thy merit,
Would I seek Thy face;
Heal my wounded, broken spirit,
Save me by Thy grace.
4
Thou the Spring of all my comfort,
More than life to me,
Whom have I on earth beside Thee?
Whom in heav’n but Thee?
Just As I Am, Without One Plea
Teks: Charlotte Elliot , 1834
Musik: William B. Bradbury, 1849
Tune: WOODWORTH
Firman Tuhan: Yohanes 6:35, 37 Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada- Ku, ia tidak akan Kubuang.
Latar Belakang:
Tanpa diragukan lagi, hymne ini telah menyentuh dan mempengaruhi lebih banyak orang bagi Kristus daripada lagu apa pun yang pernah ditulis. Teks lagu ini dilahirkan dari dalam jiwa seorang wanita cacat yang menulis kata-kata ini dari perasaannya yang dalam tentang ketidakbergunaan dan keputusasaan hidup.
Charlotte Elliott dilahirkan di Clapham, Inggris, pada tanggal 18 Maret 1789. Sebagai seorang muda, dia menjalani hidup dengan riang tanpa berpikir banyak, mendapatkan popularitas sebagai artis portret dan penulis syair-syari humor. Ketika dia berumur tiga puluh tahun, kesehatannya mulai menurun drastis dan dia segera menjadi seorang manusia cacat yang harus tinggal di atas tempat tidur untuk sisa hidupnya. Bersamaan dengan merosotnya kesehatan, datang juga perasaan remuk hati. Pada tahun 1822 seorang penginjil terkenal Swiss, Dr. Caesar Malan, mengunjungi rumah Elliott di Brighton, Inggris. Kunjungannya terbukti menjadi titik balik dalam perjalanan hidup Charlotte. Ketika mengkonseling Elliott tentang masalah kerohanian dan perasaannya, Dr. Malan terkesan dengan kebenaran yang dia katakan ini, “Engkau harus datang sebagaimana engkau ada, seorang berdosa, kepada Sang Domba Allah yang menghapuskan dosa dunia.” Selama sisa hidupnya, setiap tahun Elliot merayakan hari di mana temannya yang dari Swiss itu membawa dia kepada hubungan yang pribadi dengan Kristus, karena ia menganggap hari itu sebagai hari ulang tahun rohaninya. Meskipun dia baru menulis teks hymne ini pada 1836, empat belas tahun sesudah pengalaman pertobatannya, jelaslah bahwa dia tidak pernah melupakan kata-kata temannya, karena kata-kata itu membentuk esensi dari hymne ini.
Meskipun Charlotte Elliott hidup selama delapan puluh dua tahun, dia tidak pernah sembuh kembali, dan dia sering melewati musim-musim dengan penderitaan jasmani yang luar biasa. Tentang penyakitnya dia suatu kali menulis, “Dia tahu, dan hanya Dia sendiri, apa itu, hari demi hari dan jam demi jam, perjuangan melawan perasaan jasmani dan kelemahan yang menguasai, rasa lesu dan lelah, memutuskan untuk tidak menyerah pada kemalasan, depresi dan kelabilan. Tubuh saya menyebabkan saya menuruti keinginannya, tetapi saya bangun tiap pagi dengan ketetapan hati untuk mengulangi motto saya, “‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.’” Pada waktu lain dia menulis, “Tuhan melihat, Tuhan menuntun, Tuhan menjaga saya. Anugerah-Nya meliputi saya, dan suara-Nya terus menerus memberitahu saya untuk berbahagia dan hidup suci di dalam melayani-Nya di tempat saya berada.”
Elliott menulis teks untuk “Just As I Am” pada tahun 1836. Teks ini diterbitkan pada tahun yang sama dengan terbitnya edisi kedua The Invalid’s Hymn Book (Buku Hymne Orang Cacat), sebuah koleksi yang berisi 115 karya aslinya. Dia menuliskan hymne ini dengan harapan mendapatkan uang untuk membangun sebuah sekolah untuk anak-anak pendeta miskin. Pembangunan ini sedang
dikerjakan oleh saudara laki-lakinya di Brighton, Inggris. Elliott merasa sangat tidak berdaya dalam melaksanakan keinginannya untuk membantu jemaat di dalam proyek berharganya ini. Menariknya, hymne yang dilahirkan dari pena seorang wanita cacat malah mendatangkan lebih banyak dana daripada gabungan semua bazaar dan proyek yang pernah dikerjakan saudara laki-lakinya. Saudara laki-laki ini meninggalkan kata-kata ini, “Di dalam perjalanan pelayanan yang panjang, saya berharap diizinkan untuk melihat buah dari jerih payah saya; tetapi saya merasa lebih banyak telah dilakukan oleh hymne saudara perempuan saya.”
Secara keseluruhan, Charlotte Elliott menulis kira-kira 150 hymne. Dia pada umumnya dianggap sebagai penulis hymne wanita Inggris terbaik. Dikatakan bahwa sesudah kematiannya, lebih dari seribu surat dari seluruh dunia ditemukan di antara kertas-keratasnya. Surat-surat tersebut mengungkapakan kesaksian tentang bagaimana hymne ini sudah memberi makna dalam hidup mereka.
Tune ini, “Woodworth,” dikarang oleh musikus rohani terkenal Amerika, William B. Bradbury. Tune ini pertama kali digunakan untuk hymne “The God of Love Will Soon Indulge” (“Allah Kasih Akan Segera Memenuhi”). Bertahun-tahun kemudian, penggubah musik Amerika lainnya, Thomas Hastings, mengawinkan tune Bradbury ini dengan teks Elliott.
Hymne-hymne lainnya oleh William B. Bradbury termasuk “He Leadeth Me” (“Dia Pimpin Ku”), “Jesus Loves Me” (“Yesus Mengasihiku”), “Depth of Mercy” (“Sungguh Dalam Belas Kasih”), “Even Me” (“Bahkan Saya”), “Sweet Hour of Prayer” (“Waktu Termanis untuk Berdoa”), dan “The Solid Rock” (“Batu Karang yang Kokoh”).
Hanya kekekalan yang akan mengungkapkan berapa jumlah orang yang hidupnya sudah diubahkan secara dramatis melalui pengunaan hymne yang berasal dari pena seorang wanita cacat ini. Ini adalah sebuah hymne yang dapat dan seharusnya digunakan dengan lebih sering daripada sekedar digunakan sebagai lagu ajakan pada penutupan sebuah ibadah. Lagu ini berpesan akan suatu yang kita sebagai orang-orang percaya perlu sering diingatkan - bahwa hidup kekal dan kedamaian abadi kita dengan Tuhan bergantung hanya kepada karya Kristus, bukan diri kita.
|
Download KPRI 131 |
► Play KPRI 132 Pada Yesus Ku Berserah |
Lyric | History
VERSI 1
1
Pada Yesus ‘ku berserah semuanya kuberi.
Dan 'ku mau mengasihi-Nya, selalu bersama-Nya.
Reff:
Aku berserah, Aku berserah,
Pada Tuhan, Jurus’lamat, aku berserah.
2
Pada Yesus ‘ku berserah dengan hati yang rendah.
‘Ku buang semua demi Yesus, 'ku datang kepada-Nya.
3
Pada Yesus ‘ku berserah dengan seg'nap jiwaku.
Roh-Nya penuhi hatiku, dan Dia sungguh milikku.
VERSI 2
1
All to Jesus, I surrender;
All to Him I freely give;
I will ever love and trust Him,
In His presence daily live.
Reff:
I surrender all, I surrender all,
All to Thee, my blessed Savior,
I surrender all.
2
All to Jesus I surrender;
Humbly at His feet I bow,
Worldly pleasures all forsaken;
Take me, Jesus, take me now.
3
All to Jesus, I surrender;
Make me, Savior, wholly Thine;
Let me feel the Holy Spirit,
Truly know that Thou art mine.
4
All to Jesus, I surrender;
Lord, I give myself to Thee;
Fill me with Thy love and power;
Let Thy blessing fall on me.
5
All to Jesus I surrender;
Now I feel the sacred flame.
O the joy of full salvation!
Glory, glory, to His Name!
I Surrender All
Teks: Judson W. Van de Venter, 1855-1939
Musik: Winfield S. Weeden, 1847-1908
Tune: SURRENDER
Firman Tuhan: Matius 10:39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya
Latar Belakang:
Teks himne ini ditulis oleh pengarangnya pada waktu ia mengingat hari dimana ia menyerahkan dirinya kepada Kristus dan mendedikasikan dirinya untuk pelayanan. Lagu ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1896 dalam kumpulan Gospel Songs of Grace and Glory yang dikompilasi oleh Weeden, Van de Venter dan Leonard. Van De Venter meninggalkan catatan tentang penulisan teks himne ini:
Lagu ini ditulis ketika aku sedang memimpin sebuah rapat di Palestine Timur, Ohio, di rumah George Sebring (pendiri Sebring Campmeeting-Bible Conference di Sebring, Ohio, dan kemudian menjadi pembangun kota Sebring, Florida). Untuk beberapa waktu aku bergumul antara mengembangkan talentaku di bidang seni atau menjadi penginjil sepenuh waktu. Akhirnya waktu terpenting dalam hidupku tiba, dan aku menyerah sepenuhnya. Sebuah hari baru menyapa hidupku. Aku menjadi seorang penginjil dan menemukan jauh di dalam diriku sebuah talenta yang sebelumnya tidak kuketahui. Tuhan telah menyimpan sebuah lagu dalam hatiku dan menggerakkanku untuk bernyanyi.
Judson Van de Venter dilahirkan di sebuah pertanian dekat Dundee, Michigan, pada tanggal 5 Desember 1855. Setelah lulus dari Hillsdale College, ia menjadi guru seni dan kemudian menjadi pimpinan seni di sekolah umum di Sharon, Pennsylvania. Ia juga merupakan jemaat awam yang aktif di gerejanya Methodis Episcopal. Sejak saat inilah Van de Venter secara khusus terlibat dalam pertemuan-pertemuan penginjilan yang diselenggarakan oleh gerejanya. Setelah mengenali talentanya yang luar biasa dalam pelayanan Kristen, temannya mulai mendorongnya untuk meninggalkan pekerjaan mengajar dan menjadi seorang penginjil. Selama lima tahun berikutnya, Van de Venter memiliki kebimbangan antara menjawab tantangan pelayanan atau menjadi seniman terkenal. Setelah memutuskan untuk menyerahkan hidupnya bagi Kristus, ia berkeliling ke segala tempat di seluruh Amerika Serikat, Inggris, dan Skotlandia, untuk mengabarkan Injil.
Selama bertahun-tahun ia didampingi oleh rekannya yang juga seorang penyanyi, Winfield S. Weeden. Dr. Billy Graham, penginjil besar di abad kita, menulis penghormatan di bawah ini kepada Van de Venter di dalam buku Crusade Hymn Stories, yang diedit oleh Cliff Barrows:
Salah seorang penginjil yang mempengaruhi kotbah-kotbah awalku adalah seorang hymnist yang menulis “I Surrender All” – Pdt. J. W. Van de Venter. Ia adalah seorang pengunjung tetap di Florida Bible Insitute (sekarang bernama Trinity Bible College) pada akhir tahun 1930-an. Kami, para murid, mencintai pria baik yang memiliki kerohanian yang dalam ini dan sering berkumpul di rumah musim dinginnya di Tampa, Florida, untuk satu malam bersekutu dan bernyanyi.
Komposer musik dari teks himne ini, Winfield S. Weeden, telah lama menjadi rekan Van de Venter dalam penginjilan. Weeden dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1847 di Middleport, Ohio. Sebelum pelayanan penginjilannya, selama bertahun-tahun ia aktif mengajar di berbagai sekolah musik di seluruh daerahnya. Ia adalah seorang pemimpin pujian yang mengesankan dan vokalis yang berbakat. Ia mengkompilasi beberapa kumpulan lagu, meliputi: The Peacemaker (1894), Songs of the Peacemaker (1895), dan Songs of Sovereign Grace (1897). Di atas batu nisannya tertulis judul himne ini, “I Surrender All.”
Judson W. Van de Venter dan Winfield Weeden juga berkolaborasi dalam penulisan himne “Sunlight”.
|
Download KPRI 132 |
► Play KPRI 133 Bukakan Mataku, Tuhan |
Lyric
VERSI 1
1
Bukakan mataku Tuhan, ‘tuk lihat kebenaran-Mu
B'ri padaku kunci ajaib, 'tuk lepaskan belengguku.
Reff:
‘Ku menantikan Tuhanku, kehendak-Mu yang jadilah
Roh Kudus menyertaiku dan pimpinku
2
Bukakan t'lingaku Tuhan, ‘tuk mendengarkan Firman-Mu
Agar apa yang kudengar hanyalah Injil Tuhanku.
3
Bukakan mulutku Tuhan, 'tuk memb'ritakan Injil-Mu
Buka hatiku, O Tuhan, penuhi dengan kasih-Mu.
VERSI 2
1
Open my eyes, that I may see
Glimpses of truth Thou hast for me;
Place in my hands the wonderful key
That shall unclasp and set me free.
Reff:
Silently now I wait for Thee,
Ready my God, Thy will to see,
Open my eyes, illumine me,
Spirit divine!
2
Open my ears, that I may hear
Voices of truth Thou sendest clear;
And while the wave notes fall on my ear,
Everything false will disappear.
3
Open my mouth, and let me bear,
Gladly the warm truth ev’rywhere;
Open my heart and let me prepare
Love with Thy children thus to share.
|
Download KPRI 133 |
► Play KPRI 134 Ajaiblah Firman Hidup |
Lyric | History
VERSI 1
1
Nyanyikan lagu pujian tentang Firman Hidup,
Nyatakanlah keindahan dari Firman Hidup,
Firman hidup dan indah, kuatkanlah imanku,
Reff:
Firman indah, Firman ajaib, Firman memb’ri hidup,
Firman indah, Firman ajaib, Firman memb’ri hidup.
2
Kristus yang t’lah diurapi memb’ri Firman Hidup,
Orang berdosa dengarlah suara Firman Hidup,
yang memb’ri kelepasan, dan membawa ke sorga,
3
Bergema panggilan Injil tentang Firman Hidup,
Memberikan pengampunan serta kedamaian,
hanya Yesus Jurus’lamat, menguduskan selamanya,
VERSI 2
1
Sing them over again to me, wonderful words of life;
Let me more of their beauty see, wonderful words of life;
Words of life and beauty teach me faith and duty.
Reff:
Beautiful words, wonderful words,
Wonderful words of life.
Beautiful words, wonderful words,
Wonderful words of life.
2
Christ, the blessed One, gives to all wonderful words of life;
Sinner, list to the loving call, wonderful words of life;
all so freely given, wooing us to heaven.
3
Sweetly echo the gospel call, wonderful words of life;
offer pardon and peace to all, wonderful words of life;
Jesus, only Savior, sanctify us forever.
Wonderful Words of Life
Teks: Phillip P. Bliss, 1838-1876
Musik: Phillip P. Bliss, 1838-1876
Tune: WORDS OF LIFE
Firman Tuhan: Yohanes 1:1-4 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia
Latar Belakang:
Phillip P. Bliss lahir pada tahun 1838 dari sebuah keluarga yang serba kekurangan. Keluarga Bliss menyenangi musik. Mereka sering bernyanyi bersama-sama. Melihat bakat musik Philip, ayahnya membuatkan sebuah suling dari sebatang buluh yang diraut dengan sebilah pisau. Suling inilah alat musik Philip yang pertama.
Pada usia 10 tahun, Phillip P. Bliss belum pernah melihat sebuah piano. Alat pertama yang dimainkannya hanyalah sebuah suling hasil asahan ayahnya itu. (Tak disangka anak ini kelak akan menjadi seorang yang sangat penting sekali dalam perkembangan awal musik-musik penginjilan). Umur 11 ia sudah mencari nafkah sendiri menjadi buruh. Umur 12 tahun Phillip mengaku percaya kepada Tuhan Yesus. Umur 18 tahun ia sudah menjadi guru di sekolah, umur 21 tahun dia menukahi seorang gadis bernama Lucy Young dan belajar musik. Usia 22 tahun ia sudah siap sebagai guru musik. Usia 26 tahun ia mengirimkan sebuah lagu ke penerbitan, tahu imbalan yang dia minta? Bukan uang. Tapi sebuah suling!! Selain mendapat suling Phillip ditawari jabatan di kantor penerbit itu. Phillip P. Bliss mulai dikenal. Ia pun mulai memimpin nyanyian di kebaktian besar (pada masa itu mungkin seperti KKR).
Sangat disayangkan dalam usia 38 tahun ia meninggal bersama dengan isterinya dalam suatu kecelakaan kereta api. Seseorang sempat melihat Phillip P. Bliss sempat keluar dari sebuah jendela kereta. Sewaktu gerbong itu mulai terbakar Phillip yang khawatir keselamatan isterinya kembali masuk ke dalam kereta untuk menyelamatkannya. Itu saat terakhir ia terlihat.
Phillip P. Bliss menulis banyak sekali lagu seperti “Wonderful Words of Life” (KPRI no.134) yang kita nyanyikan hari ini, “Whosoever Will May Come”, dan membuat komposisi dari lagu-lagu seperti lagu “It Is Well With My Soul”, (KPRI no.21) yang syairnya ditulis Horatio G. Spafford.
|
Download KPRI 134 |
► Play KPRI 135 Roh Kebenaran Penuhi Daku |
Lyric
VERSI 1
1
Roh Kebenaran berdiam dan bekerja dalamku.
Memberi sinar cahaya agar ‘ku mengenal Hu.
Reff:
Penuhlah, penuhlah, Yesus penuhi daku.
Mulia kuasa Rohul Kudus, kini p’nuhi hatiku.
2
Oh sucikan pialaku dari cemar dan dosa.
Firman-Mu kuduskan daku ‘gar ‘ku hidup berkuasa.
3
Bagaikan rusa dahaga, aku rindu anug’rah.
Air Hidup alirkanlah lebih banyak dan limpah.
VERSI 2
1
Hover o'er me, Holy Spirit,
Bathe my trembling heart and brow;
Fill me with Thy hallowed presence,
Come, O come and fill me now.
Reff:
Fill me now, fill me now,
Jesus, come and fill me now;
Fill me with Thy hallowed presence,
Come, O come and fill me now.
2
Thou can’st fill me, gracious Spirit,
Though I cannot tell Thee how;
But I need Thee, greatly need Thee,
Come, O come and fill me now.
3
I am weakness, full of weakness,
At Thy sacred feet I bow;
Blest, divine, eternal Spirit,
Fill with power and fill me now.
4
Cleanse and comfort, bless and save me,
Bathe, O bathe my heart and brow;
Thou art comforting and saving,
Thou art sweetly filling now.
|
Download KPRI 135 |
► Play KPRI 136 Penuhi Cawanku |
Lyric | History
VERSI 1
1
S’perti p’rempuan Samaria ‘ku mencari
hal yang tak puaskan hati,
‘Ku mendengar Yesus berkata,
"Minum air hidup kau tak dahaga"
Reff:
P’nuhi cawanku ini Tuhan
Puaskan dahaga jiwaku!
Roti Surga kenyangkanlah hatiku
Inilah cawanku, p’nuhi Tuhan
2
Tak terbilang orang yang merindukan
nikmatnya dunia yang fana,
tetapi tiada harta indah
setara Yesus Kristus Tuhanku
3
Hai saudara bila jiwamu haus
jangan kau kejar yang fana,
Kau pasti dis’lamatkan Tuhan
bila engkau berdoa pada-Nya
VERSI 2
1
Like the woman at the well, I was seeking,
For things that could not satisfy;
And then I heard my Saviour speaking,
"Draw from my well that never shall run dry."
Reff:
Fill my cup, Lord, I lift it up Lord.
Come and quench this thirsting of my soul,
Bread of Heaven feed me till I want no more,
Fill my cup, fill it up and make me whole.
2
There are millions in this world who are craving
The pleasures earthly things afford;
But none can match this wondrous treasure
That I find in Jesus Christ my Lord.
3
So my brother if the things this world gave you,
Leave hunger that won't pass away;
My blessed Lord will come and save you,
If you kneel to him and humbly pray.
Fill My Cup, Lord
Teks: Richard Blanchard, 1925-?
Musik: Richard Blanchard, 1925-?
Tune: FILL MY CUP
Latar Belakang:
Bagi Richard, hidup tidak pernah menyenangkan baginya. Ia mengidap penyakit paru-paru yang serius, yang membuatnya hanya bisa menggunakan sepertiga kapasitas paru-parunya. Namun kemampuan fisik yang semakin menurun tidak menghentikan Blanchard muda untuk melayani.
Tahun 1953, ia menjadi pendeta gereja Coral Gables, Florida. Suatu hari, pasangan muda yang akan menikah memintanya untuk mengkonseling mereka. Pasangan muda ini terlambat dan Blanchard mengatakan pada sekretarisnya bahwa ia akan menunggu 30 menit lagi sebelum ia pergi. Kemudian ia masuk ke ruang sekolah minggu dan bermain piano di situ.
Kemudian ia berkata: “Saat aku tidak dalam mood untuk dipakai Tuhan, Tuhan selalu dalam mood untuk memakaiku.” Dan dalam 30 menit saat ia menunggu pasangan muda itu, Tuhan memberi inspirasi padanya untuk menulis lagu “Penuhi Cawanku.”
Saat Blanchard melihat kembali hidupnya, ia mengatakan bahwa meskipun fisiknya begitu rusak, namun dalam kedaulatan-Nya, Tuhan telah memberi kepenuhan.
|
Download KPRI 136 |
► Play KPRI 137 Jalan Salib Perlulah Korban |
Lyric
VERSI 1
1
Jalan salib perlulah korban
s’rahkan semua pada Hu.
Letakkanlah s’mua di atas
mezbah api barulah ‘kan nyata.
Reff:
Ini jalan salib, relakah kau tempuh?
Sudahkah kau tanggung salibmu?
Kau yang t’lah serahkan semua pada Hu,
setiakah kau pada Hu?
2
Meski mend’rita kerugian
haruslah tetap setia.
Hingga sampai tiap hari dipenuhi
hidup yang berk’limpahan.
3
Untung rugi tak jadi soal
k’hendak Allah kut’rima.
S’muanya kupandang sebagai sampah
Kristuslah keuntunganku.
VERSI 2
1
The way of the Cross means sacrifice,
As to God you yield your all,
To be laid on the altar, the place of death,
Where fire will surely fall.
Reff:
'Tis the way of the Cross, are you willing, for this?
What does bearing the Cross mean to you?
You who've given yourself, your all to God!
To God are you wholly true?
2
As the voice of song and prayer we raise,
How easy to say, “We give all;”
Till some rougher cross lies just before,
And sterner is duty's call.
3
Do you falter then, or, true to death,
Just die on the cross in the way,
Till the fulness of life from the Living One
Is filling you day by day?
|
Download KPRI 137 |
► Play KPRI 138 Hidup Bagi Yesus |
Lyric | History
VERSI 1
1
Hidup bagi Yesus hidup yang b’nar,
Tinggalkan dunia dan dosa cemar,
S’rahkan semuanya k’lak hati gemar,
Jalan inilah b’ri berkat besar.
Reff:
Oh Yesus Mukhalisku, kus’rahkan diriku,
Kar’na Tuhan t’lah s’rahkan hidup-Mu gantiku
‘Ku tiada lain Tuhan, hatiku tahta-Mu
‘Ku berserah oh, t’rimalah hidupku, ya Tuhan.
2
Hidup bagi Yesus penggantiku,
Siksa ditanggung-Nya di Kalvari,
Kasih-Nya menarikku merindu,
‘Ku ikut Tuhan berserah diri.
3
Hidup bagi Yesus di ladang-Nya,
B’ritakan Injil, kabarkan s’lamat,
Cari akan orang yang b’lum dengar,
Domba terhilang hantar pada-Nya
VERSI 2
1
Living for Jesus, a life that is true,
Striving to please Him in all that I do;
Yielding allegiance, glad hearted and free,
This is the pathway of blessing for me.
Reff:
O Jesus, Lord and Savior, I give myself to Thee,
For Thou, in Thy atonement, didst give Thyself for me.
I own no other Master, my heart shall be Thy throne.
My life I give, henceforth to live, O Christ, for Thee alone.
2
Living for Jesus Who died in my place,
Bearing on Calv’ry my sin and disgrace;
Such love constrains me to answer His call,
Follow His leading and give Him my all.
3
Living for Jesus, wherever I am,
Doing each duty in His holy Name;
Willing to suffer affliction and loss,
Deeming each trial a part of my cross.
4
Living for Jesus through earth’s little while,
My dearest treasure, the light of His smile;
Seeking the lost ones He died to redeem,
Bringing the weary to find rest in Him.
Living for Jesus
Teks: Thomas O. Chisholm (1866-1960), 1917
Musik: C. Harold Lowden, 1917
Tune: LIVING
Latar Belakang:
Sewaktu sedang melihat-lihat karyanya yang terdahulu, Carl Harold Lowden menemukan sebuah lagu dan memainkannya. Mendengar tempo dan ritmanya ia kemudian teringat kata-kata “Living for Jesus”.
Setelah berdoa, ia mengirimkan nada-nada lagu ini kepada Thomas O. Chisholm untuk dituliskan kata-katanya. Keesokan harinya ia mendapatkan jawaban bahwa Thomas sama sekali tidak mendapatkan ide untuk memasukkan kata-kata dalam sebuah lagu yang sudah jadi itu. Setelah menceritakan pergumulannya di dalam Tuhan sewaktu menulis lagu ini, Harold mengirimkan kembali lagu tersebut. Beberapa minggu kemudian kata-katanya sudah jadi, seperti yang kita nyanyikan sekarang ini. Jutaan cetakan lagu ini beredar dan telah diterjemahkan dalam lebih dari limabelas bahasa.
Penulis lagu ini, Thomas Obadiah Chisholm lahir di Kentucky, 29 Juli 1866, dan dibesarkan dalam keluarga yang sederhana sekali. Tanpa kesempatan mendapatkan pendidikan yang cukup tinggi, ia memulai karirnya sebagai guru sekolah dan editor dari sebuah perusahaan penerbitan.
Ia bertobat pada usia duapuluh tujuh tahun, sewaktu diinjili oleh Dr. Henry Clay Morrison, pendiri Asbury College. Ia melayani di gereja Methodis di Kentucky. Sewaktu kesehatannya memburuk, ia pindah bersama keluarganya ke New Jersey. Menulis menjadi kesukaannya yang utama dan ia menulis lebih dari 1.200 puisi, beberapa di antaranya kita kenal dan nyanyikan dalam kebaktian dan persekutuan kita seperti “Besar Setia-Mu” (KPRI No. 19) dan “Ku Mau S’perti Hu” (KPRI No. 142).
Carl Harold Lowen, komposer lagu ini, pada usia 12 tahun sudah menulis lagu dan menjual karya pertamanya kepada penerbit Hall-Mack, dimana selanjutnya ia bekerja di sana. Ia juga melayani sebagai direktur musik di gereja Baptis Linden di New Jersey selama duapuluh delapan tahun. Dalam duabelas tahun periode lain juga, ia menjadi editor musik untuk Evangelical and Reformed Church Board, (sekarang menjadi United Church of Christ).
Lagu ini merupakan kesaksian hidup dari Thomas. Thomas, yang hidupnya begitu sulit, dalam keadaan yang menekan dan situasi Perang Dunia I, namun masih dapat mengatakan:
“O Jesus, Lord and Savior, I give myself to Thee,
for Thou in Thine atonement didst give Thyself for me.
I own no other Master—my heart shall be Thy throne:
My life I give, henceforth to live, O Christ, for Thee alone”
|
Download KPRI 138 |
► Play KPRI 139 Memancarkan KeindahanMu |
Lyric | History
VERSI 1
Tuhan ‘ku ingin dapat memancarkan
Kasih-Mu indah penuh kemurnian
Budi bahasaku dihaluskan Roh-Mu
Hingga memancarkan keindahan-Mu.
VERSI 2
Let the beauty of Jesus be seen in me
All His wonderful passion and purity
O Thou Spirit divine, all my nature refine
Till the beauty of Jesus be seen in me.
Let the Beauty of Jesus be Seen in Me
Teks: Albert W. T. Orsborn, 1886-1967
Musik: Tom Jones, 1891-1978
Tune: BRIDLINGTON
Firman Tuhan: 1 Petrus 2:21 ”Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.”
Latar Belakang:
Osborn adalah seorang pemimpin Salvation Army. Ia menulis bait pertama lagu ini. Bait 2-4 ditulis oleh George L. Johnson di tahun 1934. Tunenya ditulis oleh Tom M. Jones yang diterbitkan tahun 1927. Jones adalah seorang pendeta.
Himne ini mendorong kita untuk hidup dalam segala hal memberi pengaruh Kristus yang dapat disaksikan melalui hidup kita.
|
Download KPRI 139 |
► Play KPRI 140 Pakai Hidupku Ini |
Lyric | History
VERSI 1
Tuhan ‘ku ingin dapat memancarkan
Kasih-Mu indah penuh kemurnian
Budi bahasaku dihaluskan Roh-Mu
Hingga memancarkan keindahan-Mu.
VERSI 2
Let the beauty of Jesus be seen in me
All His wonderful passion and purity
O Thou Spirit divine, all my nature refine
Till the beauty of Jesus be seen in me.
Take My Life and Let It Be
Teks: Frances R. Harvegal, 1874
Musik: Henri A. Cesar Malan, 1827
Tune: HENDON
Firman Tuhan: 1 Petrus 2:21 ”Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.”
Latar Belakang:
Frances Ridley Havergal lahir pada tahun 1836 di Inggris. Ia adalah puteri bungsu seorang pendeta. Tuhan mengkaruniakan talenta yang beragam kepadanya. Pada usia tiga tahun, ia sudah dapat membaca dan menghafal ayat-ayat Alkitab dan pada usia tujuh tahun, dapat mengarang sajak. Ia pun mempunyai kesempatan mempelajari berbagai bahasa dan terampil memainkan piano dan
menyanyi. Namun pada masa kanak-kanak, ia sering menghadapi masalah kesehatan, sehingga pendidikannya terganggu. Banyak waktu yang dipergunakan untuk masa perawatan dan istirahat.
Pada saat menjalani masa perawatan dan istirahat di Jerman, Frances pergi ke musium lukisan. Ia melihat sebuah lukisan Yesus di kayu salib, dengan tulisan di atas mahkota duri-Nya: “Inilah yang Kulakukan bagimu; apakah yang kau lakukan bagi-Ku?” Termotivasi oleh lukisan tersebut, menjadikan Frances seorang Kristen yang setia dan ia terpanggil menjadi utusan Injil.
Pada tahun 1873, menjelang hari natal, ia mengunjungi rumah temannya. Ada sepuluh orang dalam keluarga itu, sebagian besar belum percaya kepada Tuhan Yesus dan sebagian telah menjadi orang Kristen yang agak suam. Dan ia berdoa: “Ya Tuhan, selama lima hari, aku berada di sini, berilah aku sepuluh jiwa”
Tuhan mengabulkan doanya. Satu demi satu di dalam keluarga itu dibimbing untuk percaya kepada Tuhan Yesus dan sebagian memperbarui iman mereka. Ia merasakan sukacita dan terus memuji-muji Tuhan. Sebagai ungkapan syukurnya, ia mulai memikirkan satu demi satu baris bersanjak yang kemudian menjadi lagu “ Pakai Hidupku Ini”.
“Untaian bait yang berbunyi dalam hati bergantian satu dan lainnya” ini adalah hasil perenungan Frances Havergal di suatu malam tahun 1874 dalam pencarian penyucian dirinya sendiri yang lebih dalam bagi Tuhan. Syair “Take my voice and let me sing always only for my King” - Pakailah suaraku dan biarkan aku bernyanyi hanya untuk Rajaku - sangat bersifat personal bagi Frances. Ia memiliki bakal alami dalam bidang musik dan telah dilatih sebagai seorang solois konser dengan suara yang luar biasa indah. Talenta musikalnya dapat membawanya terkenal di dunia. Namun, ia menetapkan bahwa misi hidupnya adalah untuk bernyanyi dan bekerja bagi Kristus. Baris “Take my silver and my gold” - Pakailah perak dan emasku (hartaku) - juga merupakan ungkapan yang sangat tulus dari dirinya. Satu waktu Frances mengumpulkan semua perhiasan dan warisan keluarganya (kecuali sebuah bros warisan dari ibunya) lalu dikirimkan ke rumah misionaris gereja untuk mendukung pekerjaan pekabaran Injil. Ada hampir limapuluh benda yang Frances kirimkan dengan “penuh kegembiraan”.
Keindahan akan hidup yang disucikan dinyatakan dengan sempurna dalam hidup Frances Ridley Havergal. Sangat tepatlah jika ia disebut sebagai “Penyair yang Disucikan”.
|
Download KPRI 140 |
► Play KPRI 141 Bagi Yesus Tuhanku |
Lyric | History
VERSI 1
1
‘Ku serahkan bagi Yesus, semua yang kumiliki
Pikiran perbuatanku, ‘kuserahkan bagi-Mu.
Reff:
Bagi Yesus, bagi Yesus, bagi Yesus Tuhanku.
Bagi Yesus, bagi Yesus, bagi Yesus Tuhanku.
2
Tangan kus'rah bagi Yesus, tiap langkah ikut-Mu,
Dan mataku pandang Yesus, mulutku memuji-Mu.
3
Semenjak kupandang Yesus, ‘ku sampahkan dunia,
Bila ‘ku ingat salib-Mu, Kau menjadi milikku.
4
O, betapa mengagumkan, Yesus sang Raja mulia,
Dengan kasih Kau panggilku, dan kau melindungiku.
VERSI 2
1
All for Jesus, all for Jesus!
All my being’s ransomed powers:
All my thoughts and words and doings,
All my days and all my hours.
Reff:
All for Jesus! All for Jesus!
All my days and all my hours;
All for Jesus! All for Jesus!
All my days and all my hours.
2
Let my hands perform His bidding,
Let my feet run in His ways;
Let my eyes see Jesus only,
Let my lips speak forth His praise.
3
Worldlings prize their gems of beauty,
Cling to gilded toys of dust,
Boast of wealth and fame and pleasure;
Only Jesus will I trust.
4
Since my eyes were fixed on Jesus,
I’ve lost sight of all beside;
So enchained my spirit’s vision,
Looking at the Crucified.
5
Oh, what wonder! how amazing!
Jesus, glorious King of kings,
Deigns to call me His beloved,
Lets me rest beneath His wings.
All for Jesus
Teks: Mary D. James, 1810-1883
Musik: Asa Hull, 1828-?
Tune: CONSTANCY
Firman Tuhan: Roma 12:1 “...Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup...”
Latar Belakang:
Himne ini mendesak kita untuk memiliki komitmen mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup dengan memberikan seluruhnya kepada Yesus Kristus.
Mary James lahir di Trenton, New Jersey, 7 Agustus 1810. Ibunya adalah seorang yang beribadah dan selalu berharap Mary akan takluk di bawah kaki Tuhan Yesus. Akhirnya, ia bertobat dalam sebuah KKR Methodis pada usia 10 tahun. Ia menikah di tahun 1834. Meskipun kondisi kesehatannya tidak baik, namun kehidupannya sangat bahagia dan berguna sebagaimana ia melayani di sekolah minggu, dalam jam doa, dan pusat rehabilitasi.
Sesama pelayan menyarankannya untuk menulis dan tak lama kemudian ia menulis beberapa artikel secara periodikal seperti dalam: Guide to Holiness, The New York Christian Advocate, The Contributor, The Christian Witness, The Christian Woman, The Christian Standard, The Ocean Grove Record dan juga menulis Mother Monroe: Or, the Shining Path. Kadang-kadang ia memimpin bible camp.
Karyanya yang lain adalah “Sweetly Resting”, “Companionship with Jesus” dan “Trust In Jesus.” Ia meninggal pada 3 Oktober 1883. Tiga tahun kemudian, anak laki-lakinya yang juga adalah pelayan Tuhan, menulis biografinya.
|
Download KPRI 141 |
► Play KPRI 142 Ku Mau Sperti Hu |
Lyric
VERSI 1
1
‘Ku mau s’perti Hu Yesus yang mulia,
inilah doa dan harapan.
‘Ku mau sampahkan kekayaanku
untuk dapatkan Yesus Kristus.
Reff:
Yesus ‘ku rindu seperti Dikau
Yesus yang mulia s’perti Dikau.
S’perti manis-Mu, s’perti setia-Mu,
dalam hatiku s’perti Dikau.
2
‘Ku mau s’perti Hu yang lemah lembut,
penuhlah rahmat pengasihan.
S’lalu menolong yang tawar hati
serta mencari yang berdosa.
3
‘Ku mau s’perti Hu yang panjang sabar,
dan rendah hati tiada cemar.
Sabar menanggung aniaya siksa
untuk s’lamatkan manusia.
VERSI 2
1
O to be like Thee! Blessed Redeemer,
This is my constant longing and prayer;
Gladly I’ll forfeit all of earth’s treasures,
Jesus, Thy perfect likeness to wear.
Reff:
O to be like Thee! O to be like Thee,
Blessed Redeemer, pure as Thou art;
Come in Thy sweetness, come in Thy fullness;
Stamp Thine own image deep on my heart.
2
O to be like Thee! Full of compassion,
Loving, forgiving, tender and kind,
Helping the helpless, cheering the fainting,
Seeking the wandering sinner to find.
3
O to be like Thee! Lowly in spirit,
Holy and harmless, patient and brave;
Meekly enduring cruel reproaches,
Willing to suffer others to save.
4
O to be like Thee! Lord, I am coming,
Now to receive anointing divine;
All that I am and have I am bringing,
Lord, from this moment all shall be Thine.
5
O to be like Thee! While I am pleading,
Pour out Thy Spirit, fill with Thy love;
Make me a temple meet for Thy dwelling,
Fit me for life and heaven above.
|
Download KPRI 142 |
► Play KPRI 143 Kemana Saja |
Lyric
VERSI 1
Ke mana saja ‘ku telah sedia
pimpinan Tuhan tak pernah bersalah.
Tolong ‘ku, Tuhan memikul salib-Mu
Tuhan pimpinan-Mu sempurna
Dalam kota besar atau dalam rimba
Jiwa sama berharga di mata-Mu.
Kemana saja ‘ku telah sedia
‘Ku mau cinta yang dicinta Hu.
VERSI 2
Wherever to go my heart is ready
Lord, I know Thy guidance never, never fails
Help me to obey and to bear Thy cross,
Lord I know Thy guidance never fails.
Whether in a city or in a virgin land
Souls Thou created are same precious in Thy sight.
Wherever to go my heart is ready
O Lord, help me to love whom You love.
|
Download KPRI 143 |
► Play KPRI 144 Utus Aku Dalam Misi-Mu |
Lyric
Utus aku dalam misi-Mu,
oh Tuhanku nyatakan k’hendak-Mu,
Pakaiku sebagai alat-Mu,
‘gar insan-Mu dengar Injil Kristus.
Dekat jauh ku mau turut p’rintah-Mu,
mudah atau susah Tuhan jalan-Mu ‘kutempuh.
Utus aku dalam misi-Mu,
oh Tuhan t’rimalah seruanku.
|
Download KPRI 144 |
► Play KPRI 145 Pimpinlah Niat Hamba |
Lyric | History
VERSI 1
Pimpinlah niat hamba mengantar jiwa pada-Mu.
Banyaklah dalam dosa sesat terbelenggu.
Bimbinglah hidup hamba membawa Injil-Mu.
Mempersembahkan jiwa satu demi satu.
VERSI 2
Lead me to some soul today, O teach me Lord just what to say,
Friends of mine are lost in sin and cannot find their way.
Few there are who seem to care and few there are who pray.
Melt my heart and fill my life give me one soul today.
Lead Me to Some Soul Today
Teks: Will H. Houghton, 1887-1947
Musik: Wendell P. Loveless, 1892-1987
Tune: LOVELESS
Firman Tuhan: Yakobus 5:20 Ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak sekali dosa.
Latar Belakang:
Himne ini adalah sebuah permintaan kepada Tuhan untuk menolong kita membawa orang berdosa keluar dari kesalahan jalannya. Teks ini ditulis seorang pelayan dari Gereja Baptis, yang kemudian menjadi presiden dari Institut Moody Bible di Chicago, Illinois di tahun 1934.
Loveless adalah seorang pengusaha, yang kemudian menjadi direktur departemen radio Moody Bible Institute dan kemudian menjadi seorang pelayan.
|
Download KPRI 145 |
► Play KPRI 146 Sukacita Dalam Melayani Raja |
Lyric
VERSI 1
1
‘Ku bersukacita kerja bagi Dia
Raja atas s’gala raja
Hatiku penuh sukacita damai,
s’bab bekerja bagi Dia.
Reff:
‘Ku mau persembahkan s’mua
bekerja bagi Raja
Ada sukacita damai,
s’bab bekerja bagi Dia.
2
‘Ku bersukacita kerja bagi Dia
Raja atas s’gala raja
Setiap langkahku taat pimpinan-Nya,
tiada gentar bagi Dia.
3
‘Ku bersukacita kerja bagi Dia
Raja atas s’gala raja
Kus’rahkan seg’nap bakat kepada-Nya,
setia kerja bagi Dia.
VERSI 2
1
I am happy in the service of the King.
I am happy, O so happy!
I have peace and joy that nothing else can bring,
Reff:
In the service of the King.
In the service of the King
Ev’ry talent I will bring.
I have peace and joy and blessing
In the service of the King.
2
I am happy in the service of the King.
I am happy, O so happy!
Through the sunshine and the shadow I can sing,
In the service of the King.
3
I am happy in the service of the King.
I am happy, O so happy!
To His guiding hand forever I will cling,
In the service of the King.
4
I am happy in the service of the King.
I am happy, O so happy!
All that I possess to Him I gladly bring,
In the service of the King.
|
Download KPRI 146 |
► Play KPRI 147 Pakailah Ku Bagai Pelita |
Lyric
VERSI 1
1
Pakailahku bagai p’lita menyinari dunia
Meski kecil namun terang di manapun jua.
2
Pakailahku bagai lagu menghibur yang susah
Dan menguatkan yang lemah menjadi gembira.
3
Pakailahku bagai tongkat pesandar yang lelah
Seg’nap t’naga kesehatan untuk pelayanan.
VERSI 2
1
God make my life a little light within the world to glow;
A tiny flame that burneth bright, wherever I may go.
2
God make my life a little flow’r that giveth joy to all,
Content to bloom in native bow’r, although its place be small.
3
God make my life a little song that comforteth the sad
That helpeth others to be strong, and makes the singer glad.
4
God make my life a little staff whereon the weak may rest,
That so what health and strength I have, may serve my neighbor best.
5
God make my life a little hymn of tenderness and praise,—
Of faith, that never waxeth dim, in all His wondrous ways.
|
Download KPRI 147 |
► Play KPRI 148 Korban Hidup |
Lyric
Tuhan ‘ku berserah jadi korban hidup.
Roh-Mu dan darah-Mu bakar sucikan t’rus.
B’rikanku Firman-Mu; Curahkan kasih-Mu;
Pakailah hidupku mengabarkan Injil-Mu.
|
Download KPRI 148 |
► Play KPRI 149 Angkat Suaramu |
Lyric | History
VERSI 1
1
Angkat suaramu, pandanglah musuh
turut p’rintah-Nya, maju t’rus,
Pakai firman-Nya, tinggal setia
Tuhan tolong kita s’lamanya.
Reff:
Maju, maju tetaplah percaya,
maju, maju, maju dalam p’rang.
Maju, maju, sorak Haleluya!
Tuhan Raja G’reja yang menang.
2
Kami hamba-Mu dengan kuasa-Nya
membawa kabar kasih-Nya.
Tengah bah’ya pun tak nanti gentar
kar’na Tuhanlah Raja benar.
3
Tuhan pada-Mu kami berseru,
b’rilah kuasa-Mu s’lamanya,
K’lak sehabis p’rang semua yang menang
berkumpul bersama di sorga.
VERSI 2
1
Sound the battle cry! See, the foe is nigh;
Raise the standard high for the Lord;
Gird your armor on, stand firm every one;
Rest your cause upon His holy Word.
Reff:
Rouse, then, soldiers, rally round the banner,
Ready, steady, pass the word along;
Onward, forward, shout aloud Hosanna!
Christ is Captain of the mighty throng.
2
Strong to meet the foe, marching on we go,
While our cause we know, must prevail;
Shield and banner bright, gleaming in the light,
Battling for the right we ne’er can fail.
3
O! Thou God of all, hear us when we call,
Help us one and all by Thy grace;
When the battle’s done, and the vict’ry’s won,
May we wear the crown before Thy face.
Sound the Battle Cry
Teks: William F. Sherwin, 1826-1888
Musik: William F. Sherwin, 1826-1888
Tune: BATTLE SONG
Firman Tuhan: Efesus 6:10 “Akhirnya hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.”
Latar Belakang:
William Fiske Sherwin lahir di Buckland, Manhattan lalu pindah ke Boston saat ia remaja. Ia belajar musik pada Lowell Mason dan kemudian bekerja di New England Conservatory of Music dan mengajar menyanyi di Massachusetts serta New York. Ia juga menjadi music director di Chautauqua Festival New York dan juga editor musik di Biglow and Main Publishers di kota itu.
Sherwin juga menulis tune puisi karya Fanny Crosby, tetapi tune Battle Song menjadi lebih terkenal. Tune lain yang terkenal adalah himne ‘Break Thou the Bread of Life’ dan ‘Day is Dying in the West.’ Sound the Battle Cry dipublikasikan pertama kali tahun 1869 di Biglow and Main Bright Jewel. Himne ini mengingatkan kita akan peperangan rohani yang besar yang harus dihadapi oleh setiap orang Kristen.
|
Download KPRI 149 |
► Play KPRI 150 Api Roh Suci |
Lyric
VERSI 1
Api Roh Suci, bakar hatiku,
dengan kasih yang murni dari Kalvari,
Roh Pentakosta, giat bagi nama Hu,
Api Roh Suci bakar hatiku.
VERSI 2
Let the fire burn on, in my heart, O Lord;
With a pure and cleansing flame, Love from Calvary;
Pow’r from Pentecost, zeal for Thy Holy name;
Let the fire burn on, Let the fire burn on.
|
Download KPRI 150 |
► Play KPRI 151 Tunaikan TugasNya |
Lyric
Malam g’lap ‘kan lalulah, fajar merekah
b’ritakan Injil Kristus ke s’luruh dunia,
Malam g’lap ‘kan lalulah, fajar merekah,
b’ritakan Injil Kristus ke s’luruh dunia.
Tinggikanlah panji salib-Nya,
menangkan jiwa yang sesat.
Malam g’lap ‘kan lalulah, fajar merekah,
banyak yang nantikan kabar kes’lamatan.
|
Download KPRI 151 |
► Play KPRI 152 Brilah Trang |
Lyric | History
|